Era Baru Tantangan Dunia, Rudal Hipersonik

Ahmad Cholis Hamzah

Seorang mantan staf ahli bidang ekonomi kedutaan yang kini mengajar sebagai dosen dan aktif menjadi kolumnis di beberapa media nasional.

Era Baru Tantangan Dunia, Rudal Hipersonik
info gambar utama

Kalau kita melihat sejarah masa-masa lalu, maka kita bisa mempelajari cara-cara manusia berperang. Di zaman batu, manusia menggunakan batu sebagai senjata, lalu pada zaman sesudahnya manusia menggunakan senjata pedang dan panah.

Ribuan pasukan berhadap-hadapan dan dengan satu komando dari masing-masing pihak ribuan pasukan itu saling membunuh dengan pedang dan panah itu. Setelah itu ada zaman di mana manusia menggunakan senapan yang sangat sederhana, bahasa Surabayanya “Ceklek –Dor”, yang artinya dikokang sekali--diisi satu peluru--terus ditembakkan.

Hal ini bisa dllihat pada pertempuran perang saudara di Amerika Serikat atau dinegara-negara lain.

Di Perang Dunia I, manusia sudah menciptakan tank ringan, mitraliur. Lalu pada Perang Dunia II, kita saksikan perang sudah menggunakan senjata modern, misalkan pesawat tempur, kapal selam, kapal destroyer, tank, dan ampibi, bahkan di akhir perang itu dunia menyaksikan bom atom yang pertama digunakan oleh Amerika Serikat yang akibatnya mengerikan.

Satu bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, sudah membunuh sekitar 300 ribu orang, satu kota rata dengan tanah. Sejak itu manusia mulai berlomba menciptakan senjata yang mutakhir yaitu nuklir yang daya ledaknya beberapa puluh kali bom atom.

Kalau terjadi perang di mana bom nuklir digunakan, maka dunia nampaknya akan kiamat. Bayangkan, Rusia dan Amerika Serikat memiliki lebih dari 5.000 bom nuklir. Selain itu Prancis, Inggris, Israel, Pakistan, India, dan China, juga memiliki bom nuklir itu.

Mengerikan!

Lalu sekarang, kita saksikan penemuan jenis senjata baru yang lebih mengerikan lagi, yaitu senjata peluru kendali (rudal) hipersonik yang diciptakan Rusia dan China. Amerika Serikat saat ini masih ketinggalan dalam perlombaan membuat senjata hipersonik ini.

Lalu mengerikannya dalam hal apa? Coba kita lihat apa senjata hipersonik ini.

Rudal hipersonik akan memainkan peran besar dalam kebijakan luar negeri di tahun-tahun mendatang, karena pilar inti geopolitik seperti geografi dan kekuatan teknologi dapat dirusak oleh rudal hipersonik. Dan memaksa penilaian ulang global tentang gagasan tradisional pencegahan senjata pemusnah masal ini.

Sebelumnya kita perlu tahu perbedaan rudal dengan kecepatan subsonik, supersonik, dan hipersonik

Rudal subsonik lebih lambat dari kecepatan suara. Rudal paling terkenal termasuk dalam kategori ini, seperti rudal jelajah Tomahawk AS, Exocet Prancis, dan Nirbhay India. Rudal subsonik bergerak dengan kecepatan sekitar Mach-0,9 (705 mph).

Rudal ini lebih mudah dicegat, tetapi mereka masih memainkan peran besar di medan perang modern. Tidak hanya mereka secara substansial lebih murah untuk diproduksi karena tantangan teknologi telah diatasi dan dikuasai, tetapi rudal ini memberikan lapisan tambahan nilai strategis karena kecepatannya yang rendah dan ukurannya yang kecil.

Setelah rudal subsonik diluncurkan, ia dapat berkeliaran di dekat target yang dimaksudkan, sebagai akibat dari efisiensi bahan bakarnya. Ini, dikombinasikan dengan kecepatan yang relatif rendah. Memberi para pembuat keputusan militer senior cukup memiliki ruang waktu untuk memutuskan

Sementara sebuah rudal supersonik, mempunyai kecepatan suara (Mach 1) tetapi tidak lebih cepat dari Mach-3. Sebagian besar rudal supersonik bergerak dengan kecepatan antara Mach-2 dan Mach-3, yang mencapai 2.300 mph.

Rudal supersonik yang paling terkenal adalah BrahMos India/Rusia, saat ini merupakan rudal supersonik operasional tercepat yang mampu kecepatan sekitar 2.100-2.300 mph.

Sedangkan rudal hipersonik, kecepatannya melebihi Mach-5 (3.800 mph) dan lima kali lebih cepat dari kecepatan suara (3.836 mph), yang sekitar 1 mil/detik.. Saat ini, tidak ada sistem pertahanan operasional yang dapat melawan penggunaan senjata strategis ini. Akibatnya, banyak kekuatan dunia, termasuk AS, Rusia, India, dan China, sedang berlomba membuat rudal hipersonik.

Beberapa rudal, seperti rudal balistik seperti Kinzhal Rusia diduga mampu mencapai kecepatan Mach 10 (7.672 mph) dan jarak hingga 1.200 mil. Sebagai perbandingan, rudal jelajah Tomahawk AS--Angkatan Laut Amerika Serikat dan sistem rudal jarak jauh Angkatan Laut negara lain--adalah subsonik, menempuh jarak sekitar 550 mph dan menempuh jarak maksimum sekitar 1.500 mil.

Rudal hipersonik Rusia | Popular mechanic
info gambar

Kecepatan rudal hipersonik 1 mil per detik ini sama dengan 1,7 km per detik. Biasanya, kita menghitung detik itu dengan satu ketukan saja di meja, jadi bayangkan dalam satu ketukan rudal ini langsung melesat ke sasaran yang jaraknya 1,7 km.

Karena itu Presiden Rusia Vladimir Putin, pernah mengatakan bahwa rudal hipersonik Rusia bisa mencapai target ke negara lain dalam hitungan menit.

Ada lagi yang disebut sebagai kendaraan peluncur hipersonik. Jenis rudal hipersonik ini menggunakan kendaraan masuk kembali ke atmosfir bumi.

Awalnya, rudal diluncurkan ke luar angkasa pada lintasan melengkung, di mana hulu ledak dilepaskan dan jatuh ke atmosfer pada kecepatan hipersonik dengan hulu ledak melekat pada kendaraan yang meluncur kembali atmosfer, dan melalui bentuk aerodinamisnya dapat melewati gelombang kejut yang dihasilkan oleh dorongan sendiri karena melampaui kecepatan suara, serta memberikan kecepatan yang cukup untuk mengatasi sistem pertahanan rudal yang ada.

Kendaraan itu berselancar di atmosfer antara 40-100 km di ketinggian dan mencapai tujuannya dengan memanfaatkan kekuatan aerodinamis.

Dimana letak kengeriannya?

Seperti diketahui sekarang ini, satu rudal dapat memuat hulu ledak nuklir 3-4. Bayangkan kalau ribuan rudal nuklir hipersonik diluncurkan ke negara lawan. Padahal satu bom nuklir itu daya ledaknnya puluhan kali bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima Jepang bulan Agustus 1945.

Semoga tidak akan pernah terjadi perang nuklir di dunia ini.

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Penulis aktif menulis di Koran Jawa Pos, Surya, dan rutin menulis di GNFI. Beberapa tulisannya acapkali dimuat/dikutip Koran Malaysia dan Thailand. Penulis yang juga tersohor sebagai akademisi sekaligus profesional di kota kelahirannya, Surabaya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

Tertarik menjadi Kolumnis GNFI?
Gabung Sekarang

AH
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini