Menilik Bangunan Cagar Budaya Keraton Tayan di Kalimantan Barat

Menilik Bangunan Cagar Budaya Keraton Tayan di Kalimantan Barat
info gambar utama

Jika mendengar kata keraton, hal yang pertama kali terlintas di pikiran banyak orang pasti berpusat pada bangunan yang berada di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan terutama Yogyakarta.

Bukan tanpa alasan, karena nyatanya hingga saat ini wujud keraton terutama yang berada di Yogyakarta jadi salah satu yang terkenal masih ditinggali dan berada di bawah kepemimpinan Sultan atau turunan dari Kerajaan di masa lampau.

Di sisi lain, tak sedikit pula keraton terutama di luar wilayah Pulau Jawa yang tak lagi ditinggali oleh keturunan keluarga Kerajaan karena garis kepemimpinan yang terhenti, sehingga membuat bangunannya saat ini sekilas difungsikan sebagai cagar budaya agar nilai sejarahnya tetap terjaga.

Salah satu dari sekian banyak bangunan keraton yang saat ini ditetapkan sebagai cagar budaya bahkan dijadikan sebagai destinasi wisata budaya adalah Keraton Tayan, yang berada di Kalimantan Barat.

Tentang Kerajaan Tayan

Di masa lampau, Kerajaan Tayan berpusat di Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Tayan, Provinsi Kapuas Raya. Sedangkan untuk lokasi Keratonnya sendiri berada di Desa Pedalaman, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Dapat dicapai dengan jarak sekitar 94 kilometer dari kota Pontianak atau dapat ditempuh melalui jalan darat selama kurang lebih 1,5 jam. Keraton Tayan berada di tepi Sungai Kapuas yang menghadap ke arah sungai atau menghadap selatan.

Jarak keraton dari sungai sekitar 57 meter, di mana pada seberang sungai terdapat Bukit Belungai dengan ketinggian sekitar 1.000 meter yang menjadi orientasi pemilihan arah saat pembangunan keraton.

Kerajaan Tayan sendiri diketahui aktif sejak tahun 1683 hingga 1967, sebelum Kalimantan Barat diresmikan sebagai bagian dari NKRI. Semenjak tahun 1967, Kerajaan Tayan vakum dan mulai tertinggal karena tidak adanya raja yang memerintah dan sudah berada di dalam kekuasaan NKRI.

Semenjak saat itu pula, istana atau keraton mulai tidak terurus dan terlupakan, demikian juga dengan kebudayaan Kerajaan Tayan yang tidak lagi dilestarikan. Sampai akhirnya pada tahun 2012, salah satu keturunan Raja bernama Gusti Yusri dianugerahi gelar Panembahan Anom Pakunegara XIV.

Penganugerahan tersebut bukan untuk kembali memimpin kerajaan di masa lampau, melainkan hanya sebagai simbol Kerajaan Tayan agar nilai-nilai kebudayaan masa lalu tidak hilang.

Sementara itu mengenai bangunannya sendiri, Keraton Tayan diketahui telah mengalami dua kali perbaikan yakni pada tahun 1998 oleh pemerintah provinsi Kalimantan Barat dan tahun 2012 oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Samarinda.

Detail bangunan keraton

Keraton Tayan
info gambar

Menilik wujudnya secara detail, bangunan Keraton Tayan memiliki bentuk berupa bangunan panggung dua lantai berbahan kayu ulin. Terbagi menjadi lima bagian atau ruang yakni serambi, balairung, ruang sidang, ruang singgasana, dan dapur.

Seperti umumnya keraton-keraton di Kalimantan, Keraton Tayan menghadap ke arah selatan Sungai Kapuas. Bangunan fisik keraton memiliki ukuran panjang 110 meter dan lebar 70 meter, serta dibangun di atas 110 tiang kayu belian setinggi dua meter.

Pada bagian serambi depan memiliki 10 buah jendela kaca dan pintu masuk di sisi selatan yang berada di bagian tengah berupa dua daun pintu dari kaca. Sementara itu ruang balairung sendiri merupakan bangunan tambahan yang dibuat pada tahun 1931.

Dulunya, bagian balairung digunakan sebagai tempat bagi Sultan untuk menerima tamu-tamu penting dan para pejabat kerajaan. Bagian lain yang terdapat di area ini adalah kamar yang saat ini digunakan untuk menyimpan benda pusaka kerajaan, gamelan, persenjataan meriam, dan lain-lain.

Terdapat pula ruang sidang yang terletak di bagian tengah bangunan keraton dan berfungsi sebagai ruang pertemuan keluarga, ruang upacara perkawinan, dan ruang rapat staf kerajaan.

Selain itu, ada pula ruang singgasana di bagian paling belakang bangunan yang dulunya berfungsi sebagai tempat duduk sultan dan permaisuri. Awalnya lantai ruangan ini lebih tinggi dibandingkan ruang sidang, tetapi saat ini ketinggian lantai setara dengan ruang sidang.

Terakhir bagian dapur, yang awalnya hanya merupakan lorong penghubung antara bangunan utama dengan dapur, namun saat ini sudah difungsikan sebagai tempat memasak.

Menurut kesaksian salah satu keluarga Kerajaan Tayan, dahulu sempat terdapat satu pendopo besar yang terletak tepat di depan bangunan keraton. Namun bangunan pendopo tersebut saat ini sudah hancur dan tidak bersisa. Padahal, pada masa itu Sultan kerap menggunakan pendopo tersebut sebagai tempat bersantai menikmati pemandangan dan taman-taman di depan keraton.

Wujud Keraton Tayan saat ini

Meski sudah dilakukan pemberian gelar terhadap Gusti Yusri sebagai bentuk simbolis agar sejarah Kerajaan Tayan dan nilai-nilai kebudayaan masa lalunya tidak hilang, namun ternyata hal tersebut tidak memberikan dampak berarti bagi bangunan Keraton Tayan yang sempat terancam kelestariannya.

Hal itu disebabkan karena kawasan di sekitar Keraton Tayan yang telah berubah fungsi menjadi pemukiman penduduk.

Berangkat dari hal tersebut, pihak pemerintah melalui Kementerian PUPR diketahui baru saja melakukan penataan kawasan Keraton Tayan, sehingga selain sebagai destinasi wisata budaya kawasan ini juga difungsikan sebagai ruang terbuka publik baru.

Penataan yang dilakukan meliputi peningkatan jalan kawasan Keraton Tayan, drainase kawasan, ramp dan kansteen, gerbang kawasan, lapangan sepak bola, taman rekreasi, halaman keraton dan Masjid Jami, beautifikasi serta lampu penerangan.

“Dengan adanya penataan diharapkan kebudayaan Kerajaan Tayan dapat terlestarikan dan masyarakat setempat dapat hidup berdampingan,” ungkap pihak PUPR.

referensi :

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/menapaki-sejarah-melayu-di-keraton-tayan-di-sanggau/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

SA
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini