Bersiap Menjadi Saksi Ekonomi Korsel Melampaui Jepang

Bersiap Menjadi Saksi Ekonomi Korsel Melampaui Jepang
info gambar utama

Secara ekonomi (PDB) Jepang memang jauh di atas Korsel. Saat ini, PDB Jepang sekitar 5.200 trilyun dolar AS, sedangkan PDB Korsel sekitar 1.660 trilyun dolar AS.

Besarnya PDB Jepang tentu memang tak lepas dari populasi Jepang yang 2.5 kali lebih besar dari Korsel, meski tentu saja secara ekonomi, Jepang memang menjadi negara maju dan kuat.

PDB nominal Korea tumbuh 476,3 persen dari tahun 1990, dan mencapai 1,66 triliun dolar AS pada 2020, yaitu sekitar sepertiga dari Jepang. Padahal 30 tahun yang lalu, PDB Korsel kurang dari 9 persen dari PDB nominal Jepang kala itu.

Tentang judul di atas, yang dimaksud adalah PDB per kapita, atau kira-kira kekayaan individu per orang, yang boleh jadi dalam waktu tak lama lagi, PDB per kapita Korsel akan melewati Jepang. Korea Selatan siap untuk melewati Jepang dalam produk domestik bruto per kapita lima tahun dari sekarang. Demikian kata para analis.

Prediksi tersebut semakin menarik perhatian karena nyatanya bukan berasal dari Korea Selatan, melainkan dari Jepang sendiri.

Surat kabar Nikkei Jepang menerbitkan sebuah artikel yang mengutip data dari Japan Center for Economic Research yang memprediksi bahwa dalam hal PDB per kapita--indikator kemakmuran individu--Jepang akan dilampaui oleh Korea Selatan pada tahun 2027.

Riset tersebut menggarisbawahi reformasi digital yang tertunda di Jepang, dan tentunya produktivitas tenaga kerja yang stagnan sebagai salah satu indikator dalam prediksinya.

Pada tahun 2020, PDB per kapita Jepang berjumlah 39.890 dolar AS, atau 25 persen lebih tinggi dari Korea Selatan, namun PDB per kapita Korea Selatan diperkirakan tumbuh dengan tingkat tahunan sekitar 6 persen. Sementara perkiraan tingkat pertumbuhan tahunan Negeri Sakura hanya 2 persen saja.

Nikkei lalu menyatakan bahwa perbedaan mencolok angka pertumbuhan tersebut dikarenakan perbedaan dalam produktivitas tenaga kerja.

“Tingkat peningkatan produktivitas tenaga kerja selama tahun 2020-an dan 2030-an diperkirakan akan meningkatkan tingkat kenaikan PDB per kapita sebesar 4 poin persentase di Korea Selatan, tetapi kurang dari 2 persen di Jepang,” tulis Nikkei.

Berita tersebut tentu disambut hangat di Korsel. Apalagi, menurut Dana Moneter Internasional (IMF), secara riil, Korea telah melewati Jepang pada tahun 2018. Pada tahun 2026, IMF memproyeksikan, Korea akan menjadi 12 persen di depan Jepang.

Sumber IMF
info gambar

IMF menggunakan ukuran standar, yang disebut Purchasing Power Parity (PPP), yang membuat penyesuaian fluktuasi harga dan nilai mata uang untuk membandingkan standar hidup yang sebenarnya di masing-masing negara.

Selain itu, tidak seperti Jepang, Korsel telah mewariskan buah pertumbuhannya kepada para pekerjanya. Selama tiga dekade--dari 1990 hingga 2020, rata-rata pekerja Jepang hampir tidak menikmati kenaikan upah riil tahunan (tidak termasuk tunjangan), sedangkan gaji pekerja Korea berlipat ganda.

Fakta saat ini tercatat, para pekerja Korea sekarang menikmati upah riil yang lebih tinggi daripada para pekerja di Jepang.

Sumber: OECD
info gambar

Pada tahun 1970, setiap pekerja Jepang dapat menghasilkan dalam satu jam hanya 40 persen ketimbang para pekerja di AS. Pada tahun 1995, angka ini naik lagi menjadi 71 persen.

Kemudian Jepang sempat mengalami dekade yang hilang (The Lost Decade) yang terjadi pada 1991-2001, di mana ekonomi Jepang tumbuh secara stagnan. Tapi kini, Jepang hanya 63 persen dari tingkat upah di AS.

Di sisi lain, Korea terus mengejar ketertinggalannya dengan lonjakan dari hanya 10 persen dari tingkat upah AS pada tahun 1970, menjadi 58 persen pada tahun 2020. Segera, Korea akan melewati Jepang dalam hal ini.

Investasi besar vs investasi bijaksana

Untuk menuju kemakmuran, memang akan tergantung dari seberapa besar suatu negara berinvestasi dalam infrastruktur, industri modern, dan pendidikan.

Tetapi, begitu suatu negara mencapai tingkat kematangan ekonomi tertentu, yang lebih penting bukanlah seberapa banyak suatu negara berinvestasi, tetapi seberapa bijaksana negara tersebut berinvestasi. Artinya, berapa banyak keuntungan yang dihasilkan dari setiap uang yang diinvestasikan.

Samsung telah lama meninggalkan Sony, bukan karena memiliki mesin yang lebih baik atau pekerja yang lebih cerdas, tetapi karena strategi dan eksekusi yang unggul.

Seperti apa? Ukuran seberapa besar manfaat yang diperoleh suatu negara dari modal fisik dan sumber daya manusia disebut Total Factor Productivity (TFP).

Jika input modal dan tenaga kerja tumbuh 2 persen dan output PDB tumbuh 3 persen, perbedaan 1 poin persentase itu adalah TFP. Dalam jangka panjang, pertumbuhan TFP yang solid merupakan jaminan terbaik bagi pertumbuhan PDB per kapita.

Selama 2014-2019, Korea menempati urutan pertama di antara 23 negara OECD, dengan TFP mendorong pertumbuhan sebesar 1,5 persen per tahun. Jepang malah sebaliknya, hanya berada di urutan 10 dengan 0,6 persen.

Pemanfaatan teknologi digital

Beberapa pertumbuhan TFP datang hanya dari investasi dalam teknologi yang lebih modern. Tetapi semua negara kaya memiliki akses ke teknologi yang sama. Jadi, salah satu alasan utama negara kaya berbeda dalam pertumbuhan TFP adalah seberapa baik mereka menggunakan teknologi itu. Misalnya teknologi digital.

Baik Korea maupun Jepang mengalami kesenjangan digital yang besar, antara perusahaan raksasa dan UKM. Namun, perusahaan Korea yang berinvestasi pada teknologi digital telah melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam memanfaatkan berbagai potensinya.

Misalnya, apakah perusahaan memanfaatkan teknologi hanya untuk memotong biaya tenaga kerja yang besar melalui otomatisasi pekerjaan administrasi dan pabrik, atau apakah mereka menggunakannya untuk menghasilkan produk baru atau lebih baik, atau untuk menargetkan pelanggan dengan lebih baik?

Institute for Management Development memeringkatkan negara-negara pada "kelincahan bisnis" (business agility) semacam itu di area digital. Dari 64 negara pada tahun 2021, Korea berada di urutan ke-5 sedangkan Jepang tertinggal di urutan ke-53.

Perusahaan-perusahaan tidak dapat memanfaatkan teknologi secara maksimal kecuali para pekerjanya mereka memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menggunakannya dengan baik.

Ketika World Economic Forum (WEF) memberi peringkat 141 negara menurut keterampilan digital tenaga kerjanya, Korea berada di urutan ke-25 tetapi Jepang berada di urutan ke-58 .

Kewirausahaan

Kedua negara sama-sama berupaya mendorong terciptanya lebih banyak kewirausahaan dan membantu UKM tumbuh. Namun dalam hal ini, Korea lebih unggul.

Mengapa?

Karena negara tersebut berinvestasi dalam R&D (Riset dan Pengembangan) yang membuat perbedaan besar dalam jumlah UKM dengan pertumbuhan tinggi yang lahir di suatu negara.

Di Jepang, hanya 12 persen dari bantuan keuangan pemerintah untuk R&D diberikan kepada perusahaan dengan kurang dari 250 karyawan (UKM).

Sementara di Korea, jumlahnya 50 persen yang masuk ke UKM seperti itu. Itulah salah satu alasan bahwa 22 persen dari semua R&D bisnis Korea dilakukan oleh UKM, lebih banyak dari AS atau Prancis. Di Jepang, hanya 4 persen.

Hasilnya, pada tahun 2017, Korea memiliki lebih dari 8.000 perusahaan dengan pertumbuhan tinggi (HGE/high-growth enterprises), yaitu perusahaan dengan setidaknya 10 karyawan yang tumbuh setidaknya 20 persen per tahun selama tiga tahun berturut-turut.

Di antara 12 negara kaya, Korea menempati urutan ke-5 dalam jumlah HGE per juta pekerja. Sayangnya, Jepang tidak pernah mengukur indikator penting keberhasilan wirausaha ini.

Globalisasi

Negara-negara menikmati pertumbuhan produktivitas yang lebih cepat jika mereka memiliki rasio yang lebih tinggi terhadap PDB terkait perdagangan internasional dan Penanaman Modal Asing (FDI).

Globalisasi semacam itu membantu pertumbuhan sebagian karena transfer teknologi dan sebagian lagi karena suatu negara dituntut untuk mampu bersaing..

Ekspor dan impor Korea masing-masing sekitar sepertiga dari PDB, dua kali lebih tinggi dari rasio Jepang. Stok kumulatif FDI masuk adalah 16 persen dari PDB di Korea, sementara itu di Jepang hanya 5 persen.

Daya saing

Peringkat Daya Saing (Competitiveness Ranking) IMD 2020, menempatkan Korea Selatan di peringkat ke-23 dan Jepang di peringkat ke-34. Pada tahun 1995, Korea Selatan ada di peringkat 26, jauh di belakang Jepang yang berada di posisi ke-4.

Dalam daftar Kinerja Industri Kompetitif (Competitive Industrial Performance), yang dibuat oleh United Nations Industrial Development Organization dan digunakan untuk mengukur produktivitas industri suatu negara, Korea naik ke posisi ke-3 pada tahun 2018 dari peringkat ke-17 pada tahun 1990, sementara Jepang turun dari peringkat ke-2 pada tahun 1990 menjadi peringkat ke-5 pada tahun 2018 .

Sumber:

Jae-eun, Kang. “Despite Major Advances, Korea Still behind Japan in Basic Sciences: Report.” The Korea Herald, The Korea Herald, 12 Aug. 2021, https://www.koreaherald.com/view.php?ud=20210812000768.

“Japanese Think Tank Predicts S. Korea's per Capita GDP Will Surpass Japan's in 2027.” Japanese Think Tank Predicts S. Korea's per Capita GDP Will Surpass Japan's in 2027 : Business : News : The Hankyoreh, https://english.hani.co.kr/arti/english_edition/e_business/1023798.html.

“Korea Has Already Passed Japan in per Capita GDP: Business.” The ORIENTAL ECONOMIST, https://toyokeizai.net/articles/-/537393.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini