Masih Memiliki Gigi Susu Saat Dewasa? Ini Penyebab dan Dampaknya

Masih Memiliki Gigi Susu Saat Dewasa? Ini Penyebab dan Dampaknya
info gambar utama

Gigi susu biasanya muncul pertama kali saat kita masih bayi. Itu sebabnya, orang sering menyebut gigi susu sebagai gigi bayi atau gigi pertama. Melansir dari Hello Sehat, 20 gigi susu muncul dan menetap dalam rentang usia 2,5–6 tahun.

Kemunculannya terdiri dari 4 gigi seri, 2 gigi taring, dan 4 gigi geraham di setiap rahang. Setelah itu, pada rentang usia 6–12 tahun, gigi permanen akan menggantikan gigi susu secara bertahap.

Meski begitu, ternyata tidak semua gigi susu hilang saat seseorang beranjak dewasa. Mungkin Goodmates juga masih memiliki gigi susu yang tak kunjung mangkir dan menjadi gigi permanen.

Nah, ternyata ada penyebab dan dampak kesehatan dari fenomena ini. Dalam artikel ini GoodSide akan membahas dua penyebab dan dampak dari kemunculan gigi susu di usia dewasa.

Hyperdontia: Kelebihan Gigi

Ilustrasi hyperdontia, kelebihan jumlah gigi | Foto: Premier Dental Ohio
info gambar

Istilah ini mungkin terasa asing bagi Goodmates. Hyperdontia merupakan kondisi saat jumlah gigi melebihi seharusnya. Jumlah gigi yang ideal adalah 20 untuk gigi susu dan 32 untuk gigi permanen. Jika jumlahnya lebih, hal itu menyebabkan tidak ada ruang bagi gigi permanen untuk tumbuh sehingga gigi susu pun menetap lebih lama.

Baca juga:Aneka Bahan Alami Sehat Sebagai Pengganti Garam

Melansir dari SehatQ, penyebab hyperdontia masih tidak pasti, tetapi faktor genetik menjadi kemungkinan terbesar bagi kelebihan jumlah gigi pada anak. Selain itu, pria lebih sering mengalami kondisi ini daripada wanita.

Jumlah gigi terlalu banyak membuat penderita hyperdontia merasa kurang nyaman karena gigi cenderung “berdesakan”. Penderita juga lebih sulit untuk membersihkan gigi sehingga akan menimbulkan kerusakan gigi lainnya.

Hypodontia: Kekurangan Gigi

Hypodontia bisa memengaruhi penampilan dan menurunkan percaya diri | Foto: Liza Summer/Pexels
info gambar

Kebalikan dari hyperdontia, hypodontia adalah istilah untuk menggambarkan tidak tumbuhnya gigi permanen pada orang dewasa sebanyak 1 hingga 5 buah gigi. Bila gigi permanen yang tidak tumbuh ada lebih dari 5, Goodmates bisa menyebutnya dengan oligodontia.

Lebih parah lagi, apabila sama sekali tidak ada gigi permanen yang tumbuh itu artinya penderita mengalami anodontia. Lebih banyak terjadi pada wanita, faktor genetik menjadi penyebab umum kondisi ini.

Selain itu, ada juga faktor lain yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami hypodontia. Di antaranya karena cedera, infeksi, atau lahir dari rahim ibu berusia lanjut.

Baca juga:Jangan Bungkuk! Ini 5 Manfaat Duduk Tegak Bagi Kesehatan

Secara garis besar, hyperdontia bisa memicu gigi yang sudah ada untuk bergeser ke area gusi yang kosong. Hal ini bisa menimbulkan komplikasi, seperti kerusakan gusi dan masalah bicara. Di samping itu, penderita kondisi ini juga akan merasa kurang percaya diri.

Ankilosis: Gigi Menyatu dengan Tulang Alveolar

Ankilosis pada gigi geraham kedua | Foto: AEGIS Dental Network
info gambar

Menjadi kondisi yang langka, ankilosis gigi merupakan kondisi saat gigi menempel ke tulang alveolar yang merupakan bagian dari struktur rahang atas dan bawah. Gigi yang menyatu ini dapat menahan perkembangan gigi secara permanen.

Selain itu, ankilosis juga bisa menyebabkan hilangnya gigi geraham dan memicu karies pada gigi di sekitarnya. Perubahan bentuk wajah juga mungkin terjadi akibat membesarnya rahang bagian bawah.

Beberapa penyebab dari kondisi langka ini adalah proses metabolisme yang terganggu dan trauma gigi berlebih. Trauma gigi sendiri adalah istilah untuk menggambarkan cedera fisik pada gigi, gusi, hingga jaringan lunak seperti bibir dan lidah.

Baca juga: Sering Kerja di Tempat Tidur? Simak Dampaknya Bagi Kesehatan

Bila kondisi yang menyebabkan bertahannya gigi susu saat dewasa terlalu parah, penderita harus mempertimbangkan opsi untuk menjalani operasi, memakai gigi palsu (untuk kondisi hypodontia) atau pencabutan gigi.

Meski penyebab yang paling dominan berasal dari faktor genetik, menjaga kesehatan gigi tetaplah sebuah keharusan agar tidak menimbulkan kelainan gigi yang lain. Usahakan pula untuk rutin memeriksakan gigi ke dokter.

Referensi: Jefferson Dental Clinics | SehatQ | Hello Sehat

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini