SohIB Berkelas: Konten & Digital Campaign di Media Sosial

SohIB Berkelas: Konten & Digital Campaign di Media Sosial
info gambar utama

Di era digitalisasi yang sangat dinamis ini, setiap pelaku usaha ‘dituntut’ untuk terus berinovasi dalam pemanfaatan teknologi dalam digital marketing. Dalam pengaplikasiannya, dibutuhkan proses yang tidak instan dan strategi, mulai dari mengenalkan produk, melakukan promosi, adanya interaksi dengan konsumen, hingga menjaga loyalitas mereka terhadap perusahaan.

Dalam workshop SohIB Berkelas: Konten & Digital Campaign di Media Sosial, Dirga Naufal Widyatama (Digital marketing specialist dan founder Browcooly) dipandu dengan host Era dari GNFI akan berbagi ilmunya seputar dunia marketing terkini. Acara tersebut telah berjalan pada Selasa, 29 Maret 2022 lalu. Berikut adalah cuplikan liputannya!

Marketing = Promosi?

SohIB Berkelas: Konten & Digital Campaign di Media Sosial

Dirga menuturkan, bahwa kebanyakan orang sering salah kaprah menyamakan marketing dengan promosi. Padahal, pemasaran membahas perihal komunikasi, sedangkan promosi adalah bagian dari marketing itu sendiri.

Pada prosesnya, komunikasi menjadi tonggak pertama dalam dunia marketing. Komunikasi akan berjalan ketika ada informasi yang bersumber dari data yang valid. Kemudian, data ini diteruskan melalui pesan, baik langsung maupun tidak langsung. ‘Pintu terakhir’ dari hasil proses ini adalah adanya pengambilan keputusan oleh audiens.

“Jadi, apabila pemasaran yang kita jalankan ternyata kurang optimal, berarti ada yang salah, entah dari marketingnya, komunikasinya, informasinya, atau komponen yang lain seperti pemilihan medianya,” tandas Dirga.

Ia menambahkan, dalam sosmed, terdapat aturan algoritma yang berbeda dari satu ke yang lainnya. Sebab, pada dasarnya algoritma berjalan dengan cara memahami kebiasaan audiensnya. Sehingga, jangan salahkan algoritma ketika campaign tidak berjalan dengan yang kita harapkan. Bisa jadi, strategi kitalah yang kurang memahami audiensnya.

Ciptakan Hubungan dengan Konsumen!

“Ciptakan hubungan dengan customer-mu untuk membangun sebuah sustainability diawali dengan komunikasi,” kata Dirga memulai sesinya.

Ia memberikan ilustrasi poin tersebut dengan bahasa relationship dalam konteks percintaan. Baginya, proses membangun hubungan diawali dengan berkenalan. Dalam bisnis, hal ini sama artinya dengan ciptakan sebuah awareness pada audiens. Kemudian, langkah kedua adalah bangun interest-nya atau berikan berbagai informasi agar para konsumen kita tertarik.

Selanjutnya PDKT atau pendekatan, yakni memberikan promosi yang dapat membuat target melibatkan diri lebih dalam pada produk kita. Dalam step ini, penawaran yang dibagikan dapat berupa voucher belanja, potongan harga, cashback, hadiah, dan lainnya. ‘Jadian’ adalah hasil dari trik tersebut, yaitu adanya penjualan atau action dari audiens.

Senada dengan hal di atas, Dirga membagi tipe hubungan dalam bisnis menjadi empat tahapan:

  1. Kenalan: konsumen mulai atau hanya aware dengan keberadaan kita.
  2. Gebetan: terbentuknya segmentasi pasar. Namun perlu diingat, segmen berbeda dengan target, di mana target memiliki definisi yang lebih khusus lagi. Contohnya: Wanita (segmen), wanita berusia produktif yang memiliki anak berusia balita dan menyukai kepraktisan (target).
  3. Pacar: konsumen terprospek, orang-orang sudah tertarik dan melakukan konversi. Akan tetapi, dalam proses ini pun, audiens yang telah masuk dapat meninggalkan kita, sehingga perlu adanya poin selanjutnya,
  4. Nikah: adanya komitmen dan loyalitas audiens terhadap produk kita. Oleh sebab itu, tidak ada namanya proses yang instan.

Digital Marketing Fundamental

SohIB Berkelas: Konten & Digital Campaign di Media Sosial

Dalam presentasinya, Dirga menyatakan bahwa digmar adalah suatu kegiatan pemasaran atau promos sebuah brand atau produk yang memanfaatkan media digital. Platform yang dimaksud ini tidak hanya menggunakan internet, tetapi juga dari arus radio, televisi dan lainnya.

Sebenarnya, digital marketing bukanlah hal yang baru, akan tetapi adanya transformasi, adaptasi, dan informasi. Bahkan, sudah ada sejak dulu. Bila kita menarik sejarah ke belakang, World Wide Web atau ‘www’ lahir di tahun 1989, sedangkan di Indonesia sendiri, baru berproses menuju digitalisasi baru-baru ini. Ia menyontohkan, pada berita harian Kompas, dari yang dulunya berupa koran cetak, kini juga merambah ke dunia online media. 

Pertanyaannya, mengapa kita butuh transformasi ini?

Dirga menerangkan, jika terdapat beberapa perbedaan signifikan dari pemasaran konvensional dengan digital marketing:

    1. Dari segi biaya, gaya lama lebih memakan banyak biaya, dibandingkan digmar yang bahkan bisa ‘nol rupiah’. Sebagai ilustrasi, pada pembuatan koran yang harus membutuhkan ribuan eksemplar kertas dan mesin cetak, online media unggul karena nonampas.
    2. Waktu distribusi kurang efisien, tidak real time.
    3. Pemasaran tradisional lebih sulit diukur performanya (seperti billboard, boklet, spanduk dan sebagainya), sedangkan dengan teknologi terkini, kita bisa men-tracking audiens dengan Google Ads, Instagram insight, dan lainnya.
  • Return of Investment (ROI) lebih lama dibandingkan digital.

Sebagai tambahan, diperlukan adanya mindset digital marketing. Banyak pemilik usaha yang menginginkan hasil cepat setelah menggelontorkan sejumlah uang dalam marketing campaign. Padahal, digmar adalah long term investment, kita tidak bisa segera panen secara instan karena membutuhkan proses yang tidak sebentar. Misalkan, jika membuka bisnis dengan media sosial Instagram, dalam sebulan belum tentu kita akan langsung mendapatkan followers, ada transaksi penjualan, dan sebagainya.

Campaign apapun, budget berapapun, jika tidak paham mindset-nya nanti malah akan stres,” tegas Dirga dalam sesinya. 

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang berbagai kelas pelatihan dan webinar yang diadakan indonesiabaik.id dan SohIB, dapat melalui Instagram @id_sohib dan join Telegram t.me/gabungSohIB atau official WhatsApp SohIB (081339491767).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini