Tari Seblang, Ritual Mistis Di Banyuwangi

Tari Seblang, Ritual Mistis Di Banyuwangi
info gambar utama

Jika berbicara tentang budaya Indonesia, memang tidak akan pernah ada habisnya. Setiap daerah pasti memiliki ciri khas tradisi dan keunikan yang berbeda, termasuk budaya tarian tradisional. Misalnya, Jawa Timur yang memiliki banyak sekali ragam tari daerah, tak terkecuali dengan daerah Banyuwangi.

Kabupaten Banyuwangi memang terkenal kaya akan tradisi dan budayanya, yang selalu masyarakatnya lestarikan dari generasi ke generasi, termasuk dalam hal tarian. Banyuwangi sendiri memiliki beberapa macam tari tradisional. Tarian tradisional yang sudah cukup terkenal dan sudah ada sejak ratusan tahun lalu adalah tari seblang.

Tari seblang adalah salah satu tradisi unik yang ada di Banyuwangi. Tarian tradisional yang berasal dari Desa Olehsari dan Bakungan di Kecamatan Glagah ini dikenal sebagai rangkaian ritual mistis yang cukup melekat pada kalangan masyarakat.

Tarian ini selalu dilakukan dan dijalankan setiap setahun sekali sebagai bagian dari kegiatan bernama ritual bersih desa suku Osing yang ada di Banyuwangi. Lalu, kenapa tarian ini dianggap mistis oleh sebagian besar masyarakat? Alasannya, saat penari melakukan tarian tersebut, sang penari dalam keadaan tidak sadarkan diri. Nah, hal tersebutlah yang membuat penari bisa melakukan gerakan tarian selama 6 jam tanpa berhenti dan tanpa merasa lelah.

Tari seblang selalu digelar pada setiap awal bulan Syawal dalam kalender Islam. Biasanya, dimulai sejak 3 Syawal. Masyarakat suku Osing memercayai bahwa ritual ini mampu menghilangkan marabahaya dan membuang sial dari desa setempat.

Pemilihat kandidat penari dalam tari seblang ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Para calon penari akan dipilih oleh tetua adat. Syarat mutlaknya, penari tersebut harus seorang gadis muda yang belum pernah menikah dan masih perawan. Namun, biasanya juga sang penari harus memiliki garis keturunan dari penari sebelumnya.

Setalah kandidat penari telah terpilih, sang penari akan melalui ritual berupa kekuatan magis yang bisa membuat sang penari menari setiap hari selama 6 jam selama 7 hari berturut-turut tanpa lelah.

Penari dan Mahkota Khususnya | Foto: Merdeka.com
info gambar

Sang penari yang terpilih nantinya akan mengenakan semacam mahkota khusus bernama ongklok, terbuat dari daun pisang muda di bagian sisi depan mahkota dengan bunga-bunga di bagian atasnya. Uniknya, dalam proses pembuatan mahkota ini disertai dengan nuansa magis, yakni dengan cara membakar dupa.

Setelah mahkota telah dikenakan melingkari kepala sang penari, wajah penari tersebut akan terlihat samar karena tertutup oleh rumbai-rumbai dari daun pisang muda itu. Hal tersebut membuat para penonton begitu penasaran akan wajah dari sang penari itu, terutama bagi kaum pria.

Selanjutnya, tetua adat akan memulai prosesi ritual bersih desa dengan mengasapi sang penari menggunakan asap dupa, sambil mengucapkan mantera agar roh para leluhur masuk ke dalam tubuh sang penari.

Proses masuknya roh para leluhur ke dalam raga sang penari diawali dengan gending lukinto, alat musik yang masyarakat Osing percayai sebagai sarana pemanggil arwah atau kekuatan halus untuk datang dalam ritual seblang.

Para penari akan terus menari dengan 28 lantunan gending yang dibawakan oleh para sinden dan penabuh musik yang masih memiliki ikatan sedarah dengan sang penari sebelumnya.

Untuk memastikan jika roh dari leluhur sudah masuk ke dalam raga sang penari, tetua adat akan menggoyangkan tubuh sang penari ke arah kanan dan kiri. Mereka akan melihat apabila nampan bambu yang di tangan sang penari jatuh dan badan sang penari terjungkal ke belakang, maka dapat dipastikan penari telah terasuki oleh roh leluhur.

Maka sang penari tersebut akan menari berputar mengikuti panggung sebanyak 3 sampai 4 kali putaran secara terus menerus. Sesekali, tetua desa akan mendampingi penari dari belakang.

Penari Tari Seblang | Foto: Sastrawacana
info gambar

Setelah proses mengelilingi panggung tersebut, akan dibagikan kembang tujuh rupa kepada para penonton. Menurut kepercayaan, kembang tujuh rupa tersebut bisa menyembuhkan segala jenis penyakit dan membuang sial dalam jiwa.

Lalu, setelah prosesi pembagian kembang selesai, penari akan mulai mengajak para penonton yang ada untuk ikut menari. Dengan keadaan masih dalam kerasukan, sang penari akan melempar selendangnya ke arah penonton. Barang siapa dari mereka yang terkena lemparan selendang tersebut, harus ikut menari bersama dengan penari di atas panggung selama beberapa waktu.

Itulah salah satu tradisi dan tarian unik yang berasal dari Banyuwangi.

 

Referensi: Indonesia Traveler | Banyuwangi Bagus

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini