Rumah Belajar sebagai Wadah Anak Ekspresikan Diri

Rumah Belajar sebagai Wadah Anak Ekspresikan Diri
info gambar utama

#FutureSkillsGNFI

Pendidikan merupakan perangkat penting untuk menunjang kehidupan manusia agar dapat menjalani hari-harinya. Dewasa ini, segala sesuatu yang dilakukan oleh setiap individu tidak akan pernah lepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan pilar bangsa untuk menciptakan generasi bertalenta agar mampu mencerahkan kehidupan bangsa di masa mendatang. Memiliki sistem pendidikan yang baik dan sempurna merupakan cita-cita setiap negara, salah satunya Indonesia.

Anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), daya pikir, daya cipta, bahasa dan komunikasi, hal ini tercakup dalam kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) atau kecerdasan agama atau religius (RQ), sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.

Rumah Belajar adalah wadah bagi anak-anak untuk belajar serta mengekspresikan diri dengan beragam kegiatan yang menyenangkan di luar pelajaran sekolah. Rumah Belajar ini layaknya tempat les anak yang membutuhkan tambahan pelajaran di luar pelajaran sekolah.

Asal Mula Rumah Belajar di Bangun

Zalfa Nur Zeliana merupakan founder Rumah Belajar sekaligus seorang mahasiswa semester akhir dan guru Bahasa Arab di sekolah Madrasah bernama MDTA AS-SALAM. Selain berprofesi sebagai guru, ia juga sering mengikuti kegiatan volunteer yang berfokus di bidang pendidikan.

Zalfa mulai merintis Rumah Belajar pada 2020, tepatnya saat seluruh dunia, termasuk Indonesia, mengalami dampak akibat adanya penyakit menular COVID-19, yang pada akhirnya pemerintah Indonesia mengambil tindakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa daerah di Indonesia.

PSBB merupakan imbauan dari pemerintah agar masyarakat untuk tidak banyak melakukan aktivitas maupun pekerjaan di luar rumah sehingga anak-anak yang biasanya melakukan pembelajaran di sekolah, harus tetap belajar namun secara online di rumah.

Selama pembelajaran secara online, banyak orang tua yang mengeluh tentang susahnya mengajar sang anak di rumah sehingga ketika mereka merasa lelah, akhinya memarahi anak agar tetap mau belajar.

Pada saat itu, Zalfa melihat merasa sedih melihat orang tua memarahi anaknya. Ia pun berpikir untuk membangun sebuah wadah agar anak-anak bisa tetap belajar dengan hati yang senang.

Zalfa beranggapan bahwa ketika seorang anak yang belajar itu dimarahi oleh orang tuanya, maka anak tersebut akan semakin susah untuk belajar karena adanya trauma dalam pola pikir mereka sehingga mereka tidak ingin belajar lagi.

Zalfa membangun Rumah Belajar di wilayah tempat tinggalnya. Rumah ini ia peruntukkan bagi anak-anak yang mau belajar, tetapi tidak mempunyai dana yang memadai. Pada mulanya, Zalfa hanya mengajar 2 anak. Namun semakin lama, sampai saat ini ia mengaku telah mengajar 20 anak setiap harinya

Terbesit pertanyaan dari saya, apakah ia merasa senang dengan apa yang ia lakukan?

Zalfa pun berkata, “Saya sangat senang melakukannya karena dengan pekerjaan ini saya mendapatkan berkah yang melimpah, berupa canda tawa anak-anak yang tidak akan pernah saya lupakan."

Kegiatan Seru untuk Menumbuhkan Kreativitas Anak

Karya lukis oleh anak-anak | Foto: Dokumentasi pribadi
info gambar

Kegiatan Rumah Belajar ini ternyata tidak tentang pelajaran di sekolah saja, loh! Banyak kegiatan seru yang Zalfa lakukan untuk anak-anak pada saat weekend. Misalnya saja, melukis gambar apapun yang ada di pikiran mereka. Banyak anak yang mengekspesikan dirinya dengan menuangkan gambar dalam lukisan sehingga hasilnya nampak indah.

Seiring berjalannya waktu, Zalfa pun membuka kelas Bahasa Inggris dengan harapan bahwa anak-anak yang tidak mendapatkan pelajaran Bahasa Inggris di sekolah tetap dapat mengetahui kosakata dan percakapan dasar dalam Bahasa Inggris untuk bekal mereka di kemudian hari. Hal ini Zalfa lakukan karena menyadari bahwa Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang akan sangat dibutuhkan di masa sekarang maupun mendatang.

Selain kegiatan di atas, Zalfa pun sering membuka percakapan, jadi anak-anak bebas menyampaikan apapun yang mereka rasakan dan yang mereka inginkan. Salah satunya, ia pernah membuka percakapan tentang minat dan bakat, anak-anak diminta untuk menyampaikan cita-cita mereka dan kegiatan yang ingin mereka lakukan agar cita-cita mereka terwujud.

Hampir semua anak merasa senang dengan percakapan tersebut, Zalfa melihat bahwa ada rasa lega ketika mereka menyampaikan yang mereka rasakan, baik senang maupun sedih, serta cita-cita mereka di masa mendatang.

“Saya melihat bahwa anak-anak semakin pandai berekspresi sehingga mereka menganggap saya bukan hanya sebagai guru, tetapi seorang kakak yang dengan senang hati mendengarkan setiap cerita mereka," pungkas Zalfa.

 

Referensi: Wawancara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini