Generasi Muda Berperan, Lestarikan Bahasa Daerah

Generasi Muda Berperan, Lestarikan Bahasa Daerah
info gambar utama

Negeri yang kita pijak saat ini,  merupakan bangsa yang kaya. Baik dari segi keindahan  alam, keunikan warna kulit, ciri khas adat istiadat dan budayanya yang beragam. Bumi pertiwi kita merupakan negara yang paling kaya akan budayanya. Identitas utama nusantara adalah keberagaman budaya yang memiliki ciri khas tersendiri pada tiap- tiap wilayah.

Indonesia tercatat memiliki 1.239 warisan budaya tak benda. Salah satu budaya tak benda adalah bahasa daerah. Pada akhir tahun 2019 lalu tercatat sebanyak 718 bahasa daerah yang ada di Indonesia yang tersebar di wilayah Indonesia dan itu tentunya yang menjadi faktor kentalnya kearifan lokal pada setiap daerah di Indonesia.

 

Bahasa-bahasa yang sering kita kenal seperti Bahasa Jawa, Sunda, Bugis, Minangkabau dan tentunya masih banyak lagi. Merupakan sebagian bahasa daerah yang kita kenal. Bahasa daerah sendiri merupakan alat komunikasi untuk berinteraksi seseroang pada daerah, orang dan memiliki ciri khas tertentu. Maksudnya adalah orang Jawa tengah biasa menggunakan Bahasa Jawa untuk berinteraksi setiap harinya sedangkan orang Sumatera belum tentu bisa menggunakan Bahasa Jawa untuk berinteraksi dengan orang Jawa Tengah, begitupun sebaliknya.

 

Lalu untuk apa jika banyaknya keanekaragaman bahasa daerah yang dimiliki tetapi tidak ada yang melestarikanya? Akankah aset berharga bangsa ini hilang ditempa angin begitu saja?

Itulah yang menjadi kekhawatiran bangsa ini adalah tidak adanya rasa simpati dalam melestarikan budaya yang sudah ada sejak zaman nenek moyang. Di era gempuran globalisasi sekarang banyak muda-mudi harapan bangsa yang seakan bangga mengikuti tren- tren yang diracuni budaya oleh orang barat sana. Contohnya seorang pemuda yang bangga akan fasihnya dia dalam menguasai berbagai macam bahasa asing sedangkan Bahasa daerah yang tempatnya ia berasal tidak bisa sama sekali. Sikap tersebut tidak ada salahnya dengan menguasai berbagai macam bahasa asing tetapi siapa lagi yang akan mewariskan budaya seperti bahasa daerah kepada generasi-generasi selanjutnya.

 

Generasi muda saat ini,  seakan malu menggunakan bahasa daerah karena tidak mau dinilai sebagai orang “kampungan” dan “kuno”. Dengan contoh tersebut maka tidak heran beberapa tahun kedepan bahasa-bahasa daerah yang sekarang masih sering digunakan oleh orang-orang tua kita saja, akan hilang seperti deburan ombak di laut.

 

“Saya mah sebagai generasi muda bisa dibilang generasi Milenium jangan sampai kita terbawa arus globalisasi. Arus globalisasi yang sangat cepat sehingga kita melupakan bangsa kita yang memiliki banyak budaya, banyak suku bangsa, itu jangan sampai kita melupakan asal muasal kita lahir di mana kita tumbuh," ucap Lukman, mahasiswa UIN Sunan Gunung Jati, Selasa (24/6).

 

Maka dari itu satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk tetap melestarikan bahasa daerah, yaitu dengan menjadikan bahasa daerah dijadikan mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD).

 

Serta sudah banyak cagar budaya yang tetap melestarikan budaya dan harapanya untuk muda-mudi penerus bangsa merasa bangga bisa berbahasa daerah serta dapat melestarikanya.

 

Selain itu, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah yaitu membentuk generasi yang cinta akan bahasa dan sastra yaitu melalui Duta Bahasa yang dinaungi oleh kantor bahasa di setiap daerah di seluruh Indonesia. Pernahkah anda mendengar Duta Bahasa? Iya mereka adalah generasi muda yang memiliki peran untuk melestarikan bahasa daerah.

 

“Eksistensi bahasa daerah saat ini sangat mengkhawatirkan, pasalanya sekarang banyak bahasa daerah yang hilang karena penutur bahasanya semakin berkurang, jika bahasa daerah hilang maka sama saja dengan hilangnya jati diri bangsa”. Ungkap Siti Raudlah Gofur, salah satu Duta Bahasa provinsi Banten.

 

Lalu bagaimana cara melestarikan bahasa daerah itu sendiri? Di bawah ini merupakan langkah yang dapat  dilakukan agar generasi muda tetap mencintai dan melestarikan bahasa yang menjadi identitas daerahnya, diantaranya adalah:

 

Meningkatkan literasi sejak dini

 

Memupuk anak untuk giat literasi merupakan langkah pertama agar bahasa daerah mudah untuk diterima oleh generasi muda. Literasi yang dimaksud di sini adalah literasi ringan seperti literasi baca tulis dengan metode pembelajaran menggunakan bahasa daerah.

 

 

 

Menggunakan bahasa daerah di lingkungan keluarga

 

Cara yang kedua meruapakan langkah yang dapat diambil oleh masyarakat kita saat ini, karena bahasa daerah pada dasarnya adalah bahasa ibu, maka sudah sepaptunya bahasa yang diberikan kepada anakanya adalah bahasa daerah yang dimiliki oleh seorang ibu tersebut.

 

Menggunakan bahasa daerah di ruang publik

 

Terkadang di kampung atau pedesaan di Indonesia memiliki sebuah acara bersama,contohnya merayakan hari kemerdekaan RI pada saat berlangsungnya acara utamakan menggunakan bahasa daerah, karena kemungkinan besar yang terlibat dan hadir dalam acara tersebut adalah masyarakat yang memiliki latar bahasa daerah yang sama. Selain itu, menerapkan bahasa daerah bisa dilakukan di sekolah, kantor, atau bahkan kampus. Terapkan penggunaan bahasa daerah ketika sedang bertemu dengan teman yang memiliki latar bahasa daerah yang sama.

 

Dengan sangat beragamnya bahasa daerah yang terdapat di Nusantara tetapi itu justru yang menjadi tonggak untuk menyatukan bangsa melalui keragaman, seperti bahasa daerah. Selain dapat patut bangga dengan bahasa daerah kita seyogyanya jangan melupakan bahasa kesatuan kita yaitu bahasa Indonesia. Serta sudah banyak cagar budaya yang tetap melestarikan budaya dan harapanya untuk muda-mudi penerus bangsa merasa bangga bisa berbahasa daerah serta dapat melestarikanya. Karena kehilangan budaya seperti bahasa daerah sama saja dengan kehilangan identitas bangsa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini