Millennial: Lifestyle dan Masa Depan Bisa Nggak Dicapai Dua-Duanya?

Millennial: Lifestyle dan Masa Depan Bisa Nggak Dicapai Dua-Duanya?
info gambar utama

Kamu yang lagi giat-giatnya bekerja, pasti pernah donk ingin menghadiahi diri sendiri alias self reward atau menikmati penghasilan dari jerih payah kamu.

Jajan-jajan makan di luar dan beli minuman kekinian, nongkrong di cafe bareng teman-teman, melepas penat di gymtraveling ke tempat baru, atau sekadar beli pernak-pernik lucu.

Kamu nggak sendiri! Bahkan self-reward sebenarnya penting untuk menjaga motivasi dan produktivitas kita lho. Dilansir dari laman resmi Tony Robbins -penulis best seller dan motivator pengembangan diri- self reward membantu otak kita untuk memperoleh emosi positif dan memacu otak untuk bekerja produktif dengan menyadari bahwa usaha kita akan menghasilkan reward.

Namun, masalah akan timbul kalau kita mulai terus menerus memberikan self-reward berupa materi secara berlebihan dan cenderung mendewakan lifestyle atau gaya hidup, sementara sumber daya alias penghasilan kita terbatas. Dengan “kebutuhan” lifestyle yang tidak ada habisnya, sering kali niat menabung pun kandas karena tiba-tiba penghasilan sudah tidak bersisa. 

Padahal, masa-masa merintis karir dan single adalah waktunya menabung sebanyak-banyaknya. Dikatakan demikian sebab saat single umumnya teman-teman belum memiliki tanggungan wajib seperti membiayai anak atau membayar cicilan rumah. Nah masa yang tepat untuk mulai membangun kekayaan dan mempersiapkan tujuan-tujuan keuangan jangka panjang, kan!

Jadi, demi sehat finansial di masa mendatang yuk ikutin tips-tips berikut supaya lifestyle dan masa depan bisa berimbang.

Tips Agar Lifestyle dan Masa Depan Berimbang

Needs Vs Wants

Bedakan kebutuhan dan keinginan. Seringkali kita langsung bereaksi saat timbul keinginan untuk membeli sesuatu setelah melihat iklan atau post teman di Instagram. Padahal sebenarnya belum tentu kita membutuhkan barang/jasa tersebut.  

Kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi dan jika tidak dipenuhi maka keberlangsungan hidup/rutinitas akan terganggu. Sementara keinginan, adalah sesuatu yang jika tidak dipenuhi sebenarnya tidak akan mempengaruhi keberlangsungan hidup/keberlanjutan rutinitas, namun jika dipenuhi dapat menunjang hidup/rutinitas. 

Terlepas dari kebutuhan primer (sandang, pangan papan), kebutuhan setiap individu sebenarnya berbeda-beda lho. Misalnya saja, laptop dengan spesifikasi canggih yang dibandrol puluhan juta mungkin merupakan suatu kebutuhan bagi profesi-profesi seperti programmerdesigner, arsitek, dsb, namun bukanlah merupakan kebutuhan bagi karyawan biasa, juru masak ataupun penyanyi.

Celakanya, dengan berkembangnya sosial media dan meningkatnya kecenderungan untuk berperilaku konsumtif dewasa ini, seringkali batas keinginan dan kebutuhan menjadi kabur. Belum lagi, kadang kita pun menginginkan sesuatu hanya untuk pencitraan atau memperoleh validasi/pengakuan dari orang lain.

Dilansir dari Katadata.co.id (6/2021), Generasi Z dan milenial menghabiskan 3-5% dari pendapatan bulanannya untuk berbelanja di e-commerce. Menurut survei yang sama, semakin muda maka rasio pendapatan yang dibelanjakan pun semakin besar. 

Memang, dengan kemudahan online shopping dan kecenderungan milenial untuk berbelanja online dibandingkan offline, mungkin saja 5% dari survei tersebut dibelanjakan untuk kebutuhan bulanan. Namun jika 5% tersebut habis khusus untuk memenuhi keinginan atau hasil belanja impulsif setiap bulannya…duh, sayang sekali ya. Jadi, sebelum berbelanja atau check out di e-commercetanyakan kepada diri sendiri apakah kita betul-betul membutuhkan barang/jasa tersebut atau hanya sekedar ingin karena ikut-ikutan?

Tentukan Jatah lifestyle dan Menabung, Beri Skala Prioritas

kamu bisa kok tetap menikmati gaji sambil merencanakan masa depan. Caranya dengan menentukan jatah penghasilan untuk pos lifestyle dan pos menabung berdasarkan skala prioritasnya.  

Maksudnya, jika teman-teman memilih memprioritaskan masa depan, maka teman-teman menganggarkan porsi gaji/penghasilan yang lebih banyak untuk menabung, baru kemudian untuk lifestyle, dan sebaliknya. 

Tentunya, ada konsekuensi pada setiap pilihanmu dalam membelanjakan penghasilan teman-teman. Jika teman-teman memprioritaskan lifestyle, teman-teman dapat segera menikmati hasil kerja namun akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan keuangan teman-teman, membeli aset seperti kendaraan atau rumah misalnya.

Sebaliknya, jika teman-teman memprioritaskan masa depan, maka teman-teman harus menguatkan diri untuk bilang tidak terhadap tawaran-tawaran nongkrong atau harus mendisiplinkan diri untuk berhemat demi segera mencapai target menabung. 

Ingat, berhemat tidak selalu harus pelit ya teman-teman. Hidup berhemat berarti teman-teman menentukan prioritas pengeluaran dan menggunakan uang dengan lebih terencana. 

Kebiasaan self-reward masih dapat dilakukan, tapi dengan kadar secukupnya atau dengan mengganti self-reward yang berupa materi menjadi non materi. Misalnya memberikan waktu tidur/bersantai lebih panjang usai kejar target penjualan di akhir bulan.

 

Rencanakan Masa Depan

Sering kali kita tidak sadar akan kebutuhan di masa depan dan menyesal di kemudian hari karena tidak memiliki persiapan, terutama untuk kebutuhan di masa depan yang memakan biaya yang tidak sedikit seperti menikah, memiliki tempat tinggal/kendaraan, perjalanan ke tanah suci, atau membangun bisnis.

Tidak ada salahnya lho mempersiapkan diri untuk kebutuhan-kebutuhan beberapa tahun lagi. Malahan, dengan memberikan waktu persiapan yang cukup panjang, teman-teman dapat memenuhi kebutuhan yang memakan biaya besar dengan nyicil menabung sedikit demi sedikit setiap bulannya. 

Bayangkan jika kamu harus menyiapkan dana 100 juta untuk menikah dalam waktu 1 tahun. Secara sederhana tanpa mengindahkan kenaikan harga dan bunga, kamu harus mengalokasikan 8juta setiap bulannya. Namun jika kamu telah mempersiapkan sejak dini, katakanlah 2 tahun, maka kamu “hanya” mengalokasikan 4 juta setiap bulannya.

Namun dalam prakteknya, kamu harus memperhitungkan tingkat inflasi (kenaikan harga) serta suku bunga tabungan atau imbal hasil produk investasi yang digunakan.

Kontrol diri adalah ‘Koenci’

Ketiga tips di atas tidak dapat membantumu dalam mencapai masa depan idaman jika tidak diimbangi dengan kontrol diri. Sebab godaan untuk terus menuruti lifestyle akan selalu ada, tinggal seberapa kuat keinginan kita untuk mencapai masa depan impian kita. 

 

Berikut tambahan tips agar kamu dapat meningkatkan kontrol diri untuk berhemat.

 

#1 Hitung target nominal tujuan keuangan

Dengan mengetahui nominal target yang ingin dicapai, kamu akan lebih sadar dengan kebutuhan yang akan dihadapi dan semoga menjadi lebih bijak dalam membelanjakan penghasilan.

Selain itu, teman-teman juga dapat lebih termotivasi untuk mencari penghasilan lebih (jika memungkinkan) agar dapat menabung dan berinvestasi lebih banyak.

 

#2 Pisahkan tabungan

Jika teman-teman sudah bertekad memprioritaskan menabung, jangan lupa untuk segera memisahkan target menabung dari rekening operasional agar tidak terpakai. 

Memiliki rekening lebih dari 1 bisa menjadi pilihan sebagai tempat uang operasional.

 

#3 Track pengeluaran

Catat pengeluaran teman-teman dengan rinci dan review catatan pengeluaran secara berkala, terutama saat sebelum berbelanja. Tujuannya agar teman-teman menyadari berapa uang yang masih dapat dibelanjakan, membedakan kebutuhan/keinginan, dan tidak kalap.

Mencatat pengeluaran juga akan memudahkan kamu untuk mengetahui dan memangkas biaya gaya hidup yang dirasa sudah berlebihan.

#4 Ajak teman yang semisi

Terkadang godaan muncul dari lingkaran terdekat, challenge temanmu untuk ikut hidup berhemat supaya kamu bisa saling mengingatkan.

Jika kita memiliki teman yang sama-sama punya tujuan keuangan tertentu, bukan hanya saling mengingatkan tapi kita akan lebih termotivasi kalau teman kita berhasil mencapai tujuan keuangannya, begitu juga sebaliknya. 

#5 Belajar keuangan

Dengan semakin melek keuangan, kamu dapat semakin mahir dalam mengatur keuangan teman-teman, dan otomatis semakin ahli juga dalam mengontrol pengeluaran. 

 

Sumber : Finansialku.com

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini