Stop Plastic Bag, Mari Beralih ke Cassava Bag!

Stop Plastic Bag, Mari Beralih ke Cassava Bag!
info gambar utama

Maraknya penggunaan tas plastik tentu berbahaya bagi lingkungan. Gerakan gogreen harus terus dilestarikan. Salah satunya, peralihan dari tas plastik ke cassava bag.

Plastik adalah salah satu penyebab masalah pencemaran lingkungan. Sifat sampah plastik yang sulit terurai memberikan dampak negatif yang mana jika dibiarkan, maka timbul bahaya yang tak diinginkan.

Bahkan, menurut data ScienceMag, penggunaan plastik tahun 1950 sudah mencapai lebih dari 2 juta ton. Sedangkan, saat ini di tahun 2022 terdapat 7,8 ton sampah plastik berdasarkan data Plastic Bank Indonesia. Seperti yang sudah diterapkan Bali, toko-toko kecil pun dilarang untuk menyediakan plastik .

Hal tersebut betul-betul dilaksanakan oleh semua penjual. Tentu ini merupakan tindakan baik yang dapat membantu meningkatkan kesadaran semua pihak. Di bandara pun, jika masih terlihat ada yang mengenakan tas plastik, maka akan di minta untuk menggantinya.

Baca Juga: Kendalikan Food Waste Mulai dari Piring Makanmu

Memang betul, jika GoodMates cenderung sulit untuk bebas sepenuhnya dari plastik, maka dari itu kamu harus dapat membiasakan diri untuk mulai tidak menggunakannya. Dengan membantu pemerintah mewujudkan 2025 bebas sampah plastik. Salah satu caranya dengan beralih ke cassava bag.

Cassavabag merupakan tas yang terbuat dari daun singkong. Pastinya ini sangat ramah lingkungan. GoodMates, daun singkong memiliki siklus daur ulang yang dapat diperbaharui dengan alami dan berkala. Cassava bag mudah menyatu dengan alam hanya dalam waktu 180 hari dan dapat dilarutkan dalam air bersuhu lebih dari 80 derajat celcius dengan cepat.

Sebuah riset yang dilakukan Sustainable Waste Indonesia (SWI), terdata bahwa 1,3 juta sampah plastik per tahun tidak di daur ulang. Tentunya, dengan menggunakan tas singkong ini jauh lebih mudah diperbaharui karena iklim tropis Indonesia mudah membudidayakan singkong. Hanya dengan memotong batang singkong kemudian menanamnya kembali, singkong baru akan tumbuh.

Baca Juga: Life Cycle Analysis untuk Lingkungan Lebih Baik

Selain itu, tas singkong dikatakan ramah lingkungan juga dikarenakan tidak mengandung zat berbahaya. Tidak seperti plastik yang terbuat dari bahan bakar fosil, cassava bag memanfaatkan bahan organik, seperti singkong, minyak sayur, dan polimer biodegradable yang mana sama sekali tidak berbahaya baik untuk lingkungan, tanaman atau pun hewan.

Memanfaatkan bahan utama singkong, itu berarti GoodMates turut ikut membantu petani singkong untuk terus membudidayakannya. Produksi singkong yang terus menurun sejak tahun 2013 tentunya membuat para petani tidak bersemangat. Maka dari itu, dengan adanya produksi cassava bag yang di harapkan meningkat akan membantu para petani singkong.

Meskipun harga cassava bag lebih mahal dari plastic bag, tentunya karena pembuatan dan manfaat yang dihasilkan pun jauh berbeda. Tidak masalah membeli kantong yang sedikit lebih mahal, tetapi kamu juga ikut berkontribusi menghasilkan sebuah lingkungan yang sehat.

Baca Juga: Maelo Pukek, Tradisi Menangkap Ikan di Ranah Minang yang Ramah Lingkungan

Nah, GoodMates, melihat banyak fakta yang tercantum diatas membuat peningkatan kesadaran bahwa di dunia ini, utamanya Indonesia sudah terlalu lama terus mengenakan maupun menormalisasikan penggunaan tas plastik yang padahal memberikan dampak bahaya cukup banyak.

Yuk, sama-sama beralih menggunakan cassava bag atau tas singkong yang sangat bermanfaat sekali bukan? Kamu perlu bangga jika pemanfaatan singkong untuk dijadikan tas merupakan inovasi orang Indonesia yang beberapa merek pun sudah ada, mulai dari Ecoplas, Telobag, dan Bio Cassava Bag.

Sungguh hebat! Sudah seharusnya dari diri kamu sendiri memulai untuk memutus penggunaan tas plastik dan mulai membangun kesadaran untuk ikut menciptakan lingkungan yang lebih baik dan aman.

 

Referensi: Kompasiana | Kumparan | National Geographic

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini