Sejarah Gorengan - Tentang Kenapa Orang Indonesia Suka Menggoreng Makanannya

Sejarah Gorengan - Tentang Kenapa Orang Indonesia Suka Menggoreng Makanannya
info gambar utama

Siapa di antara kalian yang tidak suka dengan gorengan atau makanan berminyak?. Rasa-rasanya sukar menjumpai orang Indonesia dewasa kini yang tidak sekalipun pernah menyantap makanan tanpa digoreng.

Bahkan jika kalian keliling rumah makan di berbagai penjuru Nusantara, menu makanan yang digoreng selalu saja menjadi menu utama.

Mulai ayam goreng, ikan goreng, cumi goreng, udang goreng, bakso goreng, tempe-tahu goreng, hingga isu SARA pun ikut digoreng.

Tapi tahukah kalian kalau tekni memasak makanan dengan menggoreng sebenarnya bukanlah karakter asli masakan orang Nusantara ?. Itupun geliat makanan yang digoreng baru muncul sejak 200 tahun terakhir.

Seperti apa perjalanannya? Simak ulasan berdaging berikut ini.

Asal Usul Teknik Menggoreng dari Orang Tionghoa

Melansir laman Historia bahwa metode menggoreng makanan sebenarnya berasal dari kebudayaan Tionghoa. Bahkan kuali dan alat penggorengan pun dibawa oleh orang-orang Tionghoa.

Menurut Thomas Holmann dalam The Land of the Five Flavors: a Cultural History of Chinese Cuisine bahwa menggoreng adalah salah satu teknik memasak yang sudah lama dikenal oleh orang Tionghoa. Termasuk didalamnya teknik Stir-Fry (Jian Chao) dan Deep Fry (Zha).

Hal ini diaminkan pula oleh ahli kuliner Indonesia William Wongso dan Kevin Soemantri yang beberapa waktu lalu diinterview oleh Jurnalis Vice.

Yang menjadi pembeda saat awal-awal teknik ini masuk ke Nusantara hanyalah jenis minyaknya.

Orang Tionghoa menggunakan minyak babi, sementara kita orang Indonesia menggunakan minyak kelapa, yang saat itu masih banyak diproduksi oleh industri rumahan.

Adapun teknik menggoreng Jian Chao yang dimaksud adalah dengan cara menumis makanan di atas sedikit minyak dengan api yang bersuhu tinggi. Sedangkan teknik Zha adalah mencelupkan makanan ke dalam genangan minyak goreng, sama saat menggoreng kudapan.

Lebih lanjut, sebelum teknik menggoreng diadopsi oleh orang-orang Nusantara, nenek moyang kita dahulu memasak dengan cara mengeringkan, memanggang, merebus, mengasinkan, mengukus atau diasap.

Hal ini terabadikan dalam prasasti-prasasti Jawa Kuno maupun Bali kuno. Misalnya dalam prasasti Rukam yang ditemukan di Temanggung dari abad 10 yang menyebutkan bahwa hidangan makanan - baik daging dan ikan - saat itu dengan cara dipanggang dan diasinkan.

Alasan Orang Indonesia Suka Gorengan : Minyak Kelapa Melimpah dan Tentu Saja Enak

Alasan pertama kenapa orang Indonesia suka menggoreng makanan adalah karena melimpahnya bahan baku berupa minyak kelapa sawit.

Jauh sebelum industri kelapa sawit menjamur seperti saat ini, orang-orang Nusantara saat itu masih memproduksi minyak kelapa secara tradisional.

Terkait kapan tepatnya makanan bergoreng beredar di masyarakat Indonesia, dikatakan telah ada sejak abad 19. Hal ini tercatat dalam Serat Centhini (1814) yang menyebutkan bahwa saat itu hidangan makanan untuk sajian upacara pernikahan di Keraton Surakarta cukup beragam, mulai dari makanan yang dibakar, dikukus, diasap hingga digoreng.

Kemudian menurut Rucianawati (peneliti LIPI) yang dikutip oleh Historia mengatakan bahwa, budidaya minyak kelapa telah berkembang sejak awal abad 20. Jika orang-orang Nusantara masih memproduksi secara tradisional, maka pengusaha Eropa dan Tionghoa telah menghasilkan minyak kelapa dengan mesin modern.

Hal ini diperkuat dalam catatan seorang pengusaha Kolonial, Justus van Maurik yang melawat ke Jawa pada abad 19. Ia menyaksikan di pinggir jalan saat itu telah banyak berseliweran pedagang dan warung kecil yang menghidangkan berbagai sajian, termasuk ikan goreng dan ikan asap.

Berikutnya alasan kedua adalah makanan berminyak memang rata-rata enak dan gurih.

Menurut Kevin Soemantri, seorang penulis dan editor Boga mengatakan bahwa makanan yang bisa dibilang enak adalah makanan yang memainkan sebanyak mungkin pancaindra.

Memakai indikator ini, maka gorengan menang banyak karena minimal memainkan tiga indra lewat suara (bunyi “kriuk”), rasa (gurih), dan tekstur (garing).

Efek Makanan Berminyak terhadap Kesehatan Tubuh

Mengutip laman hellosehat.com bahwa terlalu sering makan makanan berminyak dapat meningkatkan risiko penyakit kronis, terutama penyakit jantung dan diabetes.

Hal ini didasarkan pada penelitian di Harvard School of Public Health, kepada 100.000 orang pria dan wanita selama 25 tahun.

Selain itu, dampak lain jika berlebihan mengkonsumsi makanan yang digoreng dapat meningkatkan resiko obesitas, resiko kanker dan mengganggu fungsi otak.

Cara Menggoreng Makanan yang Benar

Untuk mentaktisi “kecanduan” kalian akan makanan berminyak, Kevin Soemantri yang juga Mantan peserta MasterChef Indonesia ini menyatakan bahwa dampak buruk makan makanan berminyak tidak akan terlalu ekstrem apabila cara memasaknya dilakukan dengan benar.

Maka ia menyarankan, Pertama, jangan gunakan minyak yang sama berulang-ulang. Kedua, goreng makanan setelah memastikan minyak benar-benar panas agar menekan peluang minyak masuk ke makanan.

Referensi: historia.id | vice.com | hellosehat.com

Baca Juga : 11 Jenis Gorengan Khas Andalan Orang Indonesia yang Mudah Dijumpai Dimana-Mana

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Achmad Faizal lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Achmad Faizal.

Terima kasih telah membaca sampai di sini