Haruskah Tinggalkan Organisasi Kampus, Lalu Melamar Magang?

Haruskah Tinggalkan Organisasi Kampus, Lalu Melamar Magang?
info gambar utama

Seringkali generasi muda terpapar dengan berbagai informasi yang ada di media sosial, seperti Instagram, YouTube, TikTtok, dan media sosial lainnya. Akibatnya, berbagai informasi yang mereka terima jadi memengaruhi cara atau berperilaku mereka dalam kehidupan masyarakat, tak terkecuali di lingkungan kampus. Salah satu informasi yang mengubah cara pandang mahasiswa adalah magang lebih penting daripada ikut organisasi kampus.

Hal ini disebabkan banyak content creator yang membagikan keseruan dan kenyamanan magangnya, salah satunya berasal dari content creator Tiktok @gansnani. Selama magang, ia bisa merasakan bekerja di kantor, mendapat fee, mendapat relasi yang profesional, dan pelatihan kerja. Benefit-benefit tersebut memang jarang ada dalam organisasi kampus.

Di sisi lain, banyak influencer muda yang menyebarkan informasi tentang kurangnya organisasi kampus. Contohnya pada akun Tiktok @syekharpi yang menjelaskan tentang red-flags organisasi kampus, seperti program kerja yang kurang inovatif (warisan dari periode kepengurusan sebelumnya), sering melakukan rapat yang tidak penting, dan danus (dana usaha) yang membosankan.

Kegiatan danus memang sering disatir oleh influencer. Salah satu contohnya berasal dari akun Tiktok @awkwarddolphin melalui kontennya. Dalam videonya, ia menuliskan teks pada videonya, “Gw yang udah bangga berhasil masuk BEM”. Adegan berikutnya ia malah disuruh untuk jualan risol, “disuruh jualan risol…mas risolnya mas! Lima ribu dua.”

Ilustrasi | Foto: Pexels.com
info gambar

Tidak Sesuai Ekspektasi

Seperti pada contoh-contoh konten sebelumnya, harapan mahasiswa terhadap organisasi kampus terkadang tidak sesuai ekspektasi. Kawan yang berharap untuk mempromosikan jurusannya dengan membuat program kerja yang inovatif. Akan tetapi, mimpi Kawan harus terhalang karena intervensi dari alumni atau kepengurusan periode sebelumnya.

Tidak hanya itu, dengan organisasi kampus yang condong bersifat kekeluargaan, bukan berarti rapat dilaksanakan selama berjam-jam tanpa agenda yang pasti. Akhirnya, rapat dijalankan secara tidak efektif dan output-nya tidak jelas.

Hal ini berbeda dengan magang yang memang bekerja bersama orang-orang profesional. Tentunya, mereka menghargai waktu dan efektifivitas kerja. Untuk itu, rapat hanya membahas tentang laporan penting sekaligus evaluasi, tidak sampai ke hal-hal bersifat pribadi.

Organisasi Kampus vs Magang

Lalu, apakah jadinya magang lebih baik daripada ikut organisasi kampus?

Jawabannya ada dua pilihan, yakni penting dan tidak penting.

Ikut organisasi kampus itu penting. Kalau Kawan punya tujuan yang jelas untuk mengikuti kegiatan organisasi di kampus. Contohnya, Kawan mendaftar Himpunan Mahasiswa Jurusan karena ingin mempromosikan jurusannya ke masyarakat. Faktor lainnya, Kawan ingin meningkatkan softskill dan hardskill-nya, seperti jiwa kepemimpinan, berpikir kritis, public speaking, dan manajemen waktu.

Alasan lain, magang tidak disarankan untuk mahasiswa baru karena jadwal kuliahnya lebih padat daripada mahasiswa ketiga dan akhir. Biasanya, pihak kampus lebih menyarankan mahasiswa untuk ikut magang pada semester 5 dan 6 karena jadwal kuliahnya yang tidak begitu padat dan program dari pemerintah, seperti Kampus Merdeka. Maka dari itu, organisasi kampus juga jadi opsi untuk mahasiswa tingkat awal yang sebelumnya pasif dalam kegiatan sekolahnya dulu.

Sebaliknya, bila tidak penting, maka Kawan cenderung bukan tipikal yang menyukai rapat. Alasan lain, Kawan memang merasa belum cukup memiliki waktu luang bila mengikuti kegiatan organisasi. Kemungkinan besar, mereka harus kerja sampingan atau freelancer.

Jadi, Apakah Organisasi Kampus Harus Ditinggalkan lalu Melamar Magang?

Sejak pandemi, kegiatan magang memang populer di kalangan mahasiswa. Bahkan, mahasiswa baru banyak yang melamar magang. Dengan begitu, popularitas organisasi kampus jadi jarang dilirik oleh mahasiswa. Lalu, apakah organisasi kampus harus ditinggalkan lalu lebih memilih ikut magang?

Menurut penulis, organisasi kampus sebenarnya lebih penting daripada magang. Ada beberapa faktor atau alasan penulis menyatakan hal tersebut.

1. Relasi Jurusan Lebih Kuat

Magang memang memiliki manfaat, yakni memperluas relasi. Namun, relasi yang didapat lebih banyak pada kalangan profesional dan rekan magang dari berbagai jurusan serta universitas yang berbeda. Oleh sebab itu, tingkat kekerabatan diantara rekan kerja rendah. Hal itu disebabkan setiap rekan kerja punya tanggung jawabnya masing-masing, sehingga intensitas kerjanya begitu tinggi.

Sementara itu, organisasi kampus lebih kuat untuk jalinan relasinya. Hal ini dikarenakan satu universitas yang sama. Dengan universitas yang sama, para anggota bisa mengetahui informasi yang terjadi dalam kampusnya. Ditambah, relasi tersebut berasal dari kalangan alumni. Dengan demikian, relasi tersebut sebenarnya bisa dijadikan benefit untuk memperbesar peluang Kawan dalam menghadapi tantangan di masa depannya.

2. Langkah Awal untuk Memulai Karir

Sebagai mahasiswa, biasanya dihadapkan dengan pertanyaan besar, “Bagaimana cara awal saya untuk bersaing di masa depan?”

Jawabannya adalah ikut organisasi kampus. Sebenarnya, magang juga bisa merupakan patokan untuk perjuangan karir seorang mahasiswa. Namun, saat ini, magang cenderung memiliki persaingan yang tinggi. Bahkan, rekruter lebih memilih calon magang yang memiliki pengalaman organisasi atau magang sebelumnya. Bukankah pendaftaran organisasi kampus juga memiliki seleksi untuk mahasiswa yang mendaftar?

Benar, organisasi kampus memiliki rangkaian seleksi bagi mahasiswa yang ingin mendaftar. Namun, tingkat persaingan dari seleksi tersebut tidak begitu tinggi. Hal itu disebabkan mahasiswa bersaing dalam lingkup universitas. Bahkan, jika mahasiswa mendaftar pada himpunan jurusannya, tingkat persaingan lebih kecil karena ia bersaing di lingkup satu jurusannya. Jadi, potensi mahasiswa untuk diterima sebagai anggota organisasi juga tinggi.

Dengan begitu, mahasiswa akan lebih mudah untuk mendapat pengalaman dan meningkatkan profil dalam CV-nya.

3. Menentukan Passion

Sebagian besar mahasiswa sulit untuk menentukan passion-nya. Untuk itu, penulis menyarankan untuk daftar organisasi kampus sebagai ajang untuk menentukan passion.

Organisasi kampus memiliki struktur organisasi dengan berbagai divisi yang ada. Contohnya, himpunan mahasiswa memiliki beragam divisi, seperti Pendidikan dan Pengabdian, Komunikasi Media dan Informasi, Advokasi Kemahasiswaan, dan divisi lainnya tergantung dari kebutuhan organisasi. Dari hal tersebut, mahasiswa bisa memilih divisi apa yang sekiranya menunjang karir kedepannya. Biasanya passion berawal dari suatu hobi. Misalnya, Kawan memiliki hobi menulis. Maka, penulis menyarankan untuk masuk dalam divisi yang berkaitan dengan komunikasi dan informasi.

Bagaimanapun, Kawan harus riset terkait deskripsi kerja, workflow, dan budaya organisasi/divisinya sebelum mendaftar organisasi kampus. Hal ini dilakukan agar Kawan tidak salah dalam berekspektasi ketika terjun sebagai anggota organisasi kampusnya.

Hal ini jauh berbeda dengan magang, Kawan harus memiliki pengalaman di divisi atau posisi terkait. Ditambah, setiap pemagang yang memilih role tersebut memang sudah memiliki pengalaman atau menentukan passion-nya.

Hal itulah yang menjadi alasan bahwa organisasi kampus itu penting dan tidak boleh ditinggalkan oleh mahasiswa. Pastinya, Kawan juga harus jeli terhadap organisasi kampus yang Kawan ikuti karena bisa menjadi tonggak untuk perjuangan karir di masa depannya. Dengan demikian, organisasi kampus akan selalu menjadi bagian penting dalam kehidupan kemahasiswaan.

Kalau Kawan GNFI lebih memilih organisasi kampus atau magang?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini