Buntil Makanan Khas Banjarnegara yang Diadaptasi Hingga ke Eropa

Buntil Makanan Khas Banjarnegara yang Diadaptasi Hingga ke Eropa
info gambar utama

Apakah Kawan mengetahui bahwa salah satu daya tarik suatu tempat adalah makanannya? Cita rasanya masih dikenang hingga setelah sampai di daerah sendiri. Tak heran kalau kita mencoba untuk membuat makanan tersebut. Ketika sebagian bahan bakunya tidak tersedia, kita menggantinya dengan bahan baku lain yang mirip atau berfungsi sama. Tanpa sadar Kawan sudah mengadaptasi makanan dari daerah lain ke daerah Kawan sendiri.

Dikutip dari kbbi.web.id, adaptasi adalah penyesuaian terhadap lingkungan. Jadi, ketika lingkungan tidak mendukung maka individulah yang berusaha untuk menyesuaikannya. Misalnya, ketika ingin memasak pepes ikan, tetapi lingkungan sekitar kita tidak ada pohon pisang. Maka, kita mengganti daun pisang dengan aluminium foil untuk membungkus ikannya.

Ada sebuah makanan khas kota Banjarnegara yang diadaptasi hingga ke Eropa. Banjarnegara adalah nama kabupaten yang masuk dalam wilayah Banyumas, provinsi Jawa Tengah. Makanan itu bernama buntil.

Nama yang unik. Dikutip dari banyumas.tribunnews.com, nama buntil diambil dari proses pembuatannya. Orang Banyumas menyebut buntil karena proses pembuatannya daun talas atau daun singkong diuntil-until (diikat memutar).

Buntil terbuat dari parutan kelapa yang dibumbui dengan bawang merah, bawang putih, cabe, kemiri, lengkuas, dan kencur yang ditumbuk halus. Ada yang diberi ikan teri asin, tetapi ada yang tidak. Kemudian, buntil dibungkus dengan daun talas air, daun singkong, atau daun pepaya. Setelah itu, buntil diikat memutar menggunakan tali tipis dari bambu dan dikukus. Setelah matang, tali bisa dilepas. Penyajiannya ada yang mencampurnya dengan kuah santan berbumbu pedas gurih hingga bungkusan daun talas air itu terlihat mengambang disebut buntil kambang. Ada yang disajikan tidak berkuah disebut buntil kering.

Dikutip dari budparbanjarnegara.com, saking terkenalnya makanan buntil, konon di daerah Laut Tengah seperti Yunani dan Turki dikenal pula makanan semacam buntil dengan pembungkus daun anggur muda dan diisi dengan nasi.

Mungkin makanan tersebut bisa diadaptasi hingga ke Eropa lewat jalur perdagangan. Sebagaimana diketahui dari sejarah, Indonesia sudah terkenal dengan rempah-rempahnya hingga menarik kehadiran pedagang-pedagang dari Eropa termasuk dari Yunani dan Turki. Rempah-rempah Indonesia sangat laku di pasaran Eropa. Rempah-rempah dari Indonesia seperti jahe dan merica sangat berguna bagi penduduk Eropa saat menghadapi musim dingin.

Sebagai daerah pegunungan, Banjarnegara mempunyai tanah yang subur. Tidak heran kalau daerah Banjarnegara pada masa lalu menjadi salah satu penyedia rempah-rempah.

Interaksi antar pedagang lokal Indonesia dengan pedagang dari Turki dan Yunani memungkinkan pedagang dari Turki dan Yunani mengenal masakan asli Indonesia seperti buntil. Hingga setelah kembali ke negara asal, mereka mencoba memasak buntil kembali. Namun, mereka tidak ada daun talas air, daun singkong ataupun daun pepaya maka digunakan daun anggur. Bahan isian juga digunakan menyesuaikan bahan yang tersedia di negara Turki maupun Yunani. Sebab, tidak ada kelapa, bahan isian menggunakan nasi.

Sampai saat ini, buntil masih menjadi makanan khas Banjarnegara. Kawan bisa mendapatkannya di pasar maupun restoran seputar kota Banjarnegara dan kabupaten-kabupaten terdekat seperti Purbalingga dan Wonosobo. Kawan bisa merasakan perpaduan rasa gurih, sedikit pedas dan nikmat. Cocok sekali sebagai teman bersantap nasi.

Perempatan Buntil Banjarnegara
info gambar

Buntil melegenda di Banjarnegara tidak kalah dengan dawet ayu asli Banjarnegara. Jika Kawan berkunjung ke kota Banjarnegara, Kawan akan menjumpai perempatan jalan yang bernama Perempatan Buntil. Ada seorang pedagang buntil bernama Mbah Abu pernah berjualan di sana. Sayangnya, dagangan Mbah Abu tidak diteruskan lagi oleh anak dan cucunya. Namun, jangan khawatir buntil sudah tersebar di banyak tempat. Apakah Kawan ingin mencoba membuatnya? Jika ada bahan yang tidak tersedia di tempat Kawan, silakan mengadaptasinya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DY
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini