Climate Change Denial: Efektifkah Biofuel Microalgae Menggantikan Fossil Fuels?

Climate Change Denial: Efektifkah Biofuel Microalgae Menggantikan Fossil Fuels?
info gambar utama

Kini, sudah banyak teknologi yang digunakan untuk membantu berbagai aspek kehidupan manusia. Seluruh perkembangan teknologi secara besar-besaran tentunya didukung oleh satu hal yang sangat penting keberadaannya, yaitu energi. Sebagian besar sumber energi yang kita gunakan ini masih berbahan bakar fosil.

Masalahnya, bahan bakar fosil juga membawa dampak negatif bagi lingkungan. Berbagai jenis sistem yang bergerak degan bantuan bahan bakar fosil dapat menghasilkan residu yang mengandung gas karbon. Karbon tersebut dilepaskan ke atmosfer dan menjadi pemicu meningkatnya suhu permukaan bumi.

Hal inilah yang kemudian menjadi topik hangat di dunia internasional adalah perubahan iklim (climate change). Sebuah persetujuan dalam Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCC) yang dikenal dengan Paris Agreement, menyatakan untuk menguatkan respon global terhadap ancaman perubahan iklim dengan tujuan untuk menekan kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2°C sebelum masa pra industrialisasi dan melanjutkaan upaya menekan kenaikan di bawah 1,5°C setelah masa pra industrialisasi bagi negara-negara berkembang.

Oleh karena itu, banyak upaya yang dilakukan oleh para ilmuwan, pemangku kebijakan, maupun pihak-pihak yang terlibat untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim di masa depan. Salah satunya dengan menciptakan energi alternatif agar dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Kehadiran energi alternatif diharapkan mampu mengurangi penggunaan energi yang bersumber dari fosil. Hal ini karena adanya kekhawatiran akan habisnya cadangan fosil mengingat bahwa fosil merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.

Fosil terbentuk dari tumpukan jasad renik di dalam sedimen dalam kurun waktu yang sangat lama, sehingga berbagai inovasi untuk memperoleh cadangan energi kian dikembangkan. Para peneliti mulai melirik sumber daya energi berbasis sifat fisik dan kimia di alam. Salah satu eksplorasi energi yang mulai berkembang adalah pemanfaatan biomassa mikroalga.

Biofuel merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari bahan organik. Biofuel dari biomassa mikroalga menjadi sebuah penemuan sumber energi baru yang prospektif di masa depan.

Dosen mata kuliah biologi laut program studi Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB, Dea Fauzia Lestari, menerangkan bahwa biofuel mikroalga dapat diperoleh lebih cepat daripada fosil yang mana proses dekomposisi memerlukan waktu hingga ratusan tahun.

Biomassa mikroalga ini diperoleh dengan cara kultivasi untuk memperbanyak populasinya hingga kemudian jumlah biomasssanya cukup untuk diekstrak. Hasil ekstraksi tersebut mengandung bahan kimia yang berpotensi sebagai sumber energi.

“Proses ini memotong rantai panjang waktu untuk jadi minyak”, paparnya.

Biofuel mikroalga menjadi sumber energi berdasarkan kelimpahan biomassanya di alam. Proses kultur mikroalga tidak terbatas oleh lahan karena wilayah laut dan pesisir sebagai media kultur begitu luas, serta tidak perlu melakukan penanaman yang lama.

Dea menambahkan bahwa mikroalga dikategorikan mudah tumbuh, yakni hanya memerlukan waktu berkisar antara satu sampai dua minggu untuk panen. Hal ini menjadi kelebihan biofuel mikroalga sebagai sumber energi alternatif.

Akan tetapi, upaya scaling up biomassa mikroalga masih menjadi salah satu tantangan. Selain itu, penelitian untuk mengembangkan biofuel mikroalga perlu valuasi dari segi ekonomi.

Nilai ekonomi dari biofuel mikroalga tidak dapat menutup biaya produksinya. Industri biofuel mikroalga yang belum banyak berkembang serta daya jual yang rendah membuat biofuel mikroalga kurang kompetitif dengan bahan bakar yang marak di pasaran.

Kerjasama dari institusi akademik, pemerintah dan swasta diperlukan agar pengembangan energi alternatif didukung oleh multistakeholders.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini