TikTok: Senjata Tak Kasat Mata Bagi Amerika Serikat

TikTok: Senjata Tak Kasat Mata Bagi Amerika Serikat
info gambar utama

Aplikasi media sosial dan berbagi video asal Tiongkok, Tiktok, sedang menjadi tren di kalangan anak muda dan memiliki jumlah pengguna yang sangat banyak. Hampir semua orang tahu tentang keberadaan TikTok, bahkan jika mereka bukan pengguna aplikasi tersebut. Kepopuleran TikTok bahkan mendorong aplikasi sejenis seperti Instagram untuk membuat fitur serupa agar tidak tertinggal dari TikTok.

Namun. akhir-akhir ini TikTok membuat Negeri Paman Sam khawatir serta waspada dengan keberadaan aplikasi ini di negaranya. Senada dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Direktur FBI Christopher Wray kepada anggota parlemen serta telah penulis lansir dari situs CNBC Indonesia, ia mengatakan, “Kami memang memiliki masalah keamanan nasional setidaknya dari ujung FBI tentang TikTok.”

Beberapa bulan terakhir, pemerintah AS telah memblokir penggunaan TikTok karena kekhawatiran bahwa aplikasi tersebut dapat mencuri data pribadi penggunanya. CEO TikTok, Shou Zi Chew, telah mencoba meyakinkan pemerintah AS bahwa TikTok bukanlah ancaman, tetapi upayanya gagal. Beberapa pihak di Amerika Serikat masih yakin bahwa TikTok dapat memanipulasi, mengganggu kebebasan, dan menjual data pengguna.

Oleh karena itu, sebagian besar pemerintah di wilayah Amerika telah memblokir penggunaan TikTok. Hal ini terbukti pada 27 Februari 2023, Amerika Serikat melarang penggunaan TikTok dalam tataran pemerintahan federal. Lalu, pada 1 Maret 2023 kemarin, DPR Amerika Serikat mengusulkan agar TikTok dilarang penggunaannya secara meluas di Amerika Serikat. Dari sana kita bertanya-tanya, "Mengapa Amerika Serikat takut akan hal itu?"

Membicarakan hal ini, tentu kita tidak bisa lepas dari hubungan yang terjalin antara Amerika Serikat dengan negara asal TikTok sendiri yaitu Tiongkok. Jika kita berkaca pada hubungan yang terjalin diantara keduanya, hubungan antara kedua negara ini sangatlah kompleks, lebih kepada ketegangan tensi kedua negara. Terbukti di tahun 2018, Amerika serikat terlibat perang dagang dengan Tiongkok serta perselisihan kedua negara yang sering kali meningkat jika membahas status Taiwan dan Laut Cina Selatan.

TikTok, aplikasi media sosial asal Tiongkok
info gambar

Baca juga: Indonesia Gandeng TikTok China untuk Promosikan Pariwisata

Dari hal ini, terlihat seberapa sering panasnya hubungan antar kedua negara. Akibat dari track record seperti ini muncul satu kecurigaan tersendiri dalam diri Negeri Paman Sam apabila melihat sesuatu yang berhubungan dengan Tiongkok, termasuk cara pandang mereka terhadap TikTok.

Bagi Amerika Serikat, TikTok dianggap sebagai ancaman bagi negaranya karena pemerintah AS khawatir bahwa aplikasi ini dapat digunakan sebagai alat spionase oleh Tiongkok. Melalui data pengguna TikTok, Tiongkok dapat mengakses data pribadi para pengguna di Amerika Serikat dan melacak lokasi keberadaan mereka. Oleh karena itu, Amerika Serikat was-was bahwa Tiongkok dapat mengakses data-data yang dimiliki oleh pemerintah AS melalui TikTok.

Namun di sisi lain, bagi Tiongkok sendiri, melalui TikTok mereka bisa membangun hegemoni untuk mengimbangi pengaruh Amerika Serikat. Tiongkok bisa memanfaatkan sistem yang digerakkan oleh algoritma dan sistem rekomendasi TikTok yang memungkinkan Tiongkok untuk mengendalikan konten yang terlihat oleh pengguna.

Hal inilah yang dapat mempengaruhi jenis konten yang menjadi populer dan menyebar dengan cepat. Selain itu, pengaruh TikTok memberikan Tiongkok kemampuan untuk mempromosikan konten yang sesuai dengan nilai dan naratifnya, serta menyensor atau membatasi konten yang dianggap sensitif atau bertentangan dengan kepentingannya.

Kontrol atas konten ini memungkinkan Tiongkok untuk membentuk narasi dan mengendalikan wacana di platform. Tentunya ini berpotensi membangun hegemoni dengan mempromosikan perspektif yang lebih disukai. Selain melalui pengaruh, Tiongkok juga bisa menekan Amerika Serikat melalui data pribadi yang bisa saja diakses kapanpun. Hal ini tidak hanya akan terjadi di Amerika Serikat saja, melainkan bisa terjadi di negara yang membiarkan akses masuk TikTok ke negaranya.

*Artikel ini merupakan artikel opini yang disusun oleh mahasiswa Hubungan Internasional dari Universitas Kristen Indonesia

Penulis: Patricia Christine, Brian Rudolf, Bagas Zesi, Rafael Morgan, dan Raquel Olivia

Referensi: CNBC Indonesia | CNN Indonesia | kumparan.com | nytimes.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini