Gastrodiplomasi, Sunset Diplomacy, Diplomasi Seperti Apa Itu?

Gastrodiplomasi, Sunset Diplomacy, Diplomasi Seperti Apa Itu?
info gambar utama

Beberapa dari kalian mungkin sering mendengar gastrodiplomasi atau diplomasi melalui makanan, tetapi pernahkah kalian mendengar sunset diplomasi? dan apakah perbedaan diplomasi-diplomasi ini dengan diplomasi biasanya?

Ada berbagai jenis diplomasi yang dilakukan pada hubungan antar negara. Dimana saat ini tidak hanya negara yang menjadi aktornya, tetapi juga aktor non-negara. Alasannya adalah karena semakin berkembangnya bidang kajian hubungan internasional antar negara, ini juga berarti berkembang pula aktor-aktor yang terlibat dalam hubungan antar negara. Aktor-aktor non-negara disini dapat berupa korporasi, NGO, kelompok akademisi, aktivis, ataupun masyarakat sipil.

Diplomasi yang melibatkan aktor non-negara ini biasanya dilakukan pada sektor-sektor yang sifatnya low politics, seperti pariwisata, kebudayaan, teknologi, dan pendidikan, dibandingkan dengan high politics, seperti politik, pertahanan, dan keamanan. Pendekatan diplomasi seperti ini seringkali memanfaatkan soft power yang dimiliki suatu negara. Soft power sendiri berarti atribut dalam mempengaruhi negara lain berupa kelebihan yang dimiliki suatu negara yang sifatnya tidak menggunakan fisik, tetapi non-fisik, contohnya budaya. Soft power saat ini banyak digunakan oleh negara-negara di dunia, bahkan di Asia Tenggara. Alasannya tentu karena pengaruh yang diplomasi jenis ini lebih efektif dalam memberikan pengaruh ke negara lain, tanpa harus menelan korban ataupun menghabiskan biaya yang besar.

Tentu kalian pernah mendengar pertukaran pelajar antar negara-negara ASEAN, bukan? Ini merupakan pemanfaatan soft power oleh pemerintah negara-negara ASEAN melalui citizen diplomacy dimana masyarakat yang menjadi elemen dari diplomasi ini. Pertukaran profesional ini bisa dimanfaatkan bagi sebuah negara karena memiliki peran yang signifikan. Dengan adanya kontak langsung antar masyarakat, terutama masyarakat internasional, ini bisa menjadi cara paling efektif untuk mengubah persepsi orang lain, bahkan suatu negara terhadap kultur dan citra negaranya. Bagi negara-negara ASEAN sendiri, diplomasi ini berperan untuk mempromosikan kekayaan dan keragaman budayanya ke masyarakat negara ASEAN lainnya.

Kembali ke judulnya, mungkin kalian sudah sering mendengar istilah gastrodiplomasi. Ini dikarenakan diplomasi melalui makanan ini sangat sering digunakan oleh banyak negara, termasuk negara-negara ASEAN. Diplomasi ini merujuk pada penggunaan makanan khas suatu negara sebagai alat diplomasi agar negara lain bisa memahami budaya yang dimiliki negara tersebut. Salah satu contohnya adalah Thailand melalui upaya gastrodiplomasi “Kitchen to the World” and “The food basket of Asia”. Hal ini kemudian sangat berdampak pada peningkatan jumlah restoran Thailand di luar negeri, dimana yang tadinya hanya terdapat 5.500 restoran 2001, menjadi 8.000 restoran pada tahun 2003. Thailand sendiri merupakan pencetus pertama praktek gastrodiplomasi di kawasan Asia Tenggara. Salah satu tujuan Thailand menggunakan strategi diplomasi ini adalah untuk mempromosikan kulinernya ke negara lain.

Kemudian, pada ASEAN Summit di Indonesia beberapa hari lalu, sempat tercetus kata “Sunset Diplomasi” di laman web asean2023.id. Sunset Diplomasi sendiri dapat mengacu pada momen ketika melakukan diplomasi tersebut, yakni ketika matahari akan terbenam. Diplomasi dengan cara ini dimanfaatkan oleh Presiden Indonesia untuk mempromosikan Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi wisata yang menarik di Indonesia.

Selain itu, ada jenis diplomasi lain yang menarik, yakni diplomasi selebriti, dengan menggunakan selebritas sebagai agen diplomasi. Tujuan dari diplomasi selebritas ini adalah untuk mempengaruhi opini dan mendapatkan dukungan masyarakat terkait suatu kebijakan atau kampanye yang sedang dilakukan. Salah satu contohnya adalah artis Indonesia, Melody JKT48 yang menjadi Goodwill Ambassador Japan ASEAN on Food and Agriculture. Keberadaan dari selebriti diplomasi ini juga ada karena untuk menjembatani hubungan internasional yang sebelumnya konvensional, agar kemudian mampu menghasilkan ruang diplomasi yang baru.

Lalu, pernahkah kalian menonton kartun asal Malaysia, Upin-Ipin? Ternyata ini juga merupakan bentuk pemanfaatan soft power yang dilakukan oleh Malaysia. Sejak tahun 2005, pemerintah Malaysia mulai memberikan hibah kepada Les’ Copaque yang memproduksi kartun ini untuk meluaskan tayangan animasi ini di seluruh dunia. Bukan hanya sebagai hiburan, animasi ini kemudian membawa banyak pesan dan kepentingan, serta membantu Malaysia menyebarkan budayanya dan menaikkan branding negaranya.

Di sisi lain, ada keberhasilan diplomasi energi dari Laos sebagai contoh lain dari pemanfaatan soft power ini. Dengan menjadi “Battery of Asia”, Laos berhasil menciptakan branding tentang negaranya melalui penggunaan energi. Melalui kerjasama dengan berbagai perusahaan, Laos pada akhirnya mampu memanfaatkan energi terbarukan di negaranya hingga mampu mengekspor listrik ke negara lain. Laos bisa mencapai titik saat ini pun tidak terlepas dari kemampuan negaranya dalam mendefinisikan soft power apa yang dimilikinya.

Diplomasi saat ini tidak hanya terpaku pada aktor negara saja. Karena semakin berkembangnya hubungan antar negara, ini juga berpengaruh pada aktor lain yang terlibat dalam hubungan kenegaraan. Dalam hal ini, pemanfaatan soft power bisa menjadi opsi terbaik untuk melakukan diplomasi antar negara. Karena lingkup dan jenisnya yang begitu luas dan beragam, ini mampu memberikan kemudahan bagi suatu negara untuk melakukan hubungan dengan negara lain, hingga memperbaiki citra nya di negara lain.

Referensi:

  1. Lutabingwa, Jesse, Arshad Bashir. Cultural Diplomacy Through Educational and Cultural Exchanges: The Case of North Carolina-Pakistan School Exchange Project
  2. Kominfo. (2023). Sunset Diplomacy on White Pinisi. asean2023.id
  3. Gracva, Auliva. (2021). Strategi Gastrodiplomacy Thailand untuk Mengubah Image Melalui Kitchen of The World tahun 2003-2010. Skripsi Universitas Islam Indonesia
  4. Lipscomb, Anna. (2019). Culinary Relations: Gastrodiplomacy in Thailand, South Korea, and Taiwan. The Yale review of International Studies (YRIS)
  5. Rauf, Nur Rahmi. (2018). Kartun Upin-Ipin Sebagai Instrumen Soft Diplomacy dalam hubungan Malaysia-Indonesia.
  6. The Jakarta Post. (2018). JKT 48's Melody Named Japan-ASEAN Goodwill Ambassador
  7. Andrew F. Cooper, 2008, Beyond One Image Fits All: Bono and the Complexity of Celebrity Diplomacy, Global Governance: A Review of Multilateralism and International Organization, Vol. 14 No.3.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini