Jejak-jejak Laut Kuno: Perahu Maluku dalam Seni Cadas Australia

Jejak-jejak Laut Kuno: Perahu Maluku dalam Seni Cadas Australia
info gambar utama

Para arkeolog Flinders University telah mengidentifikasi gambar-gambar langka kapal-kapal Maluku dalam seni cadas dari pulau-pulau di Indonesia bagian timur. Temuan ini merupakan bukti arkeologi pertama yang menunjukkan adanya pengunjung dari Asia Tenggara dari tempat lain selain Makassar di Sulawesi.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa seni cadas yang ditemukan di Awunbarna, Arnhem Land, tidak hanya memberikan bukti baru, tetapi juga membawa kita pada pertemuan yang jarang didokumentasikan dan sulit dipahami antara penduduk asli wilayah tersebut dan pengunjung dari Maluku di Australia utara.

Arnhem Land dan Maluku Tenggara (Map by Mick de Ruyter)
info gambar

Seni Cadas

Seni cadas ini menggambarkan dua perahu yang mirip, masing-masing dengan layar segitiga, panji-panji, dan dekorasi di buritan. Dekorasi pada perahu juga menunjukkan status militer. Detail yang digambarkan dengan jelas pada seni cadas ini memberikan bukti yang meyakinkan untuk mengonfirmasi identitas perahu-perahu tersebut.

Perahu-perahu ini berbeda dengan perahu-perahu Macassan (sekarang biasa disebut Makassar) dan perahu-perahu Barat yang digambarkan di situs-situs kontak lain di Australia utara, dan lebih mirip dengan perahu-perahu yang tercatat dalam sejarah dari Maluku Tenggara, Indonesia bagian timur. Perahu-perahu Macassan cenderung lebih besar dan memiliki konfigurasi layar yang berbeda. Perahu-perahu dari Barat cenderung lebih kecil dan memiliki bentuk lambung yang berbeda.

Sebuah papan kemudi atau kora ulu pada sebuah perahu di Maluku, sekitar tahun 1924. (Gambar milik Nationaal Museum van Wereldculturen)
info gambar

Seni cadas ini memberikan bukti adanya kontak antara penduduk asli Australia dan pelaut Maluku. Para penulis jurnal berpendapat bahwa seni cadas ini memberikan bukti pertemuan yang sulit dipahami antara orang Aborigin Australia dan orang-orang dari pulau-pulau di utara. Mereka menunjukkan bahwa kapal-kapal Maluku mungkin telah mengunjungi Australia untuk berdagang, menangkap ikan, mengeksploitasi sumber daya alam, atau perbudakan.

Hal ini karena ilustrasi pada seni cadas tersebut mencerminkan pengetahuan yang mendalam tentang kerajinan pembuatan kapal, yang diperoleh melalui pengamatan yang cermat dan terperinci atau melalui pengalaman dan kontak langsung dengan kapal tersebut.

Perahu Upacara dari Kepulauan Kai, Maluku. (Foto milik Nationaal Museum van Wereldculturen)
info gambar

Kontak antara penduduk asli Australia dan pelaut Maluku kemungkinan besar bersifat kompleks dan penuh nuansa. Kedua kelompok ini mungkin telah berdagang, berbagi cerita, dan belajar dari satu sama lain. Kontak ini mungkin juga menyebabkan konflik dan unjuk kekuatan.

Perahu upacara dari kepulauan Kai, Maluku. (Foto milik Nationaal Museum van Wereldculturen)
Perahu upacara dari kepulauan Kai, Maluku. (Foto milik Nationaal Museum van Wereldculturen)

Signifikansi

Penemuan seni cadas ini sangat penting karena memberikan wawasan baru tentang sejarah kontak antara penduduk asli Australia dan orang-orang dari belahan dunia lain. Penemuan ini juga menantang narasi tentang aktivitas perdagangan dan penangkapan ikan Macassan di Australia utara, yang menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan yang lebih kompleks dan bernuansa antara kedua kelompok tersebut.

Para penulis berpendapat bahwa penelitian lebih lanjut mengenai seni cadas dan kontak antara orang Aborigin Australia dan pelaut Maluku dapat memberikan wawasan yang berharga mengenai sejarah Aborigin Australia dan wilayah yang lebih luas.

Penemuan menarik ini membuka jendela baru ke dalam interaksi budaya yang kompleks yang tersembunyi dalam sejarah dan mengundang kita untuk mengeksplorasi narasi yang lebih dalam tentang pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara dua masyarakat yang berbeda.

Sumber:

de Ruyter, Mick, et al. Moluccan Fighting Craft on Australian Shores: Contact Rock Art from Awunbarna, Arnhem Land. Hist Arch (2023).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini