Jejak Kuno di Tengah Modernitas: Taman Purbakala Waruga di Sulawesi Utara

Jejak Kuno di Tengah Modernitas: Taman Purbakala Waruga di Sulawesi Utara
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Dalam kerindangan alam Sulawesi Utara, tersembunyi sebuah warisan budaya yang memukau yaitu taman Purbakala Waruga. Taman ini adalah perpaduan sempurna antara keindahan alam dan jejak sejarah yang membawa kita kembali ke masa lalu.

Dari hutan belantara yang masih lebat hingga batuan-batuan purba yang membentuk pemandangan alam yang begitu dramatis, akan mengungkap keindahan dan sejarah yang menjadikan taman ini berharga. Kawan GNFI mari kita memahami kenapa Taman Purbakala Waruga adalah tempat yang memikat dan berharga dalam warisan budaya Sulawesi Utara yang misterius dan menawan.

Taman Purbakala Waruga berada di Desa Sawangan, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara. Di taman Purbakala ini wisatawan akan menjumpai waruga atau kuburan tua. Jumlah waruga di taman ini sebanyak 143 buah dan waruga tersebut berukuran lebar 50 cm hingga 1 meter, panjangnya berukuran 50 cm hingga 1 meter dan memiliki tinggi sekitar 1 meter.

Kuburan batu tersebut berwujud balok batu yang berongga. Di dalam rongga itulah orang-orang kuno Minahasa dikuburkan dalam posisi jongkok. Sebagai penutup bagian atas waruga digunakan cungkup yang berukir atau berpahat keterangan atau profesi si mayat sebelum meninggal.

Cungkup yang berpahat atau berukir binatang menandakan bahwa mayat yang dikubur di dalam waruga itu semasa hidupnya adalah seorang pemburu. Cungkup bermotif perempuan yang sedang melahirkan menandakan mayat yang dikubur di dalam waruga tersebut semasa hidupnya adalah seorang dukun beranak. Sementara itu cungkup yang bermotif beberapa orang sekaligus menandakan yang dikubur di dalam waruga itu adalah satu keluarga utuh yang meninggal dan dikubur satu per satu.

Ada pula cungkup yang polos, tanpa ukiran dan pahatan apapun. Cungkup polos itu menandakan bahwa warga tersebut telah berusia jauh lebih tua dibandingkan waruga lainnya, berusia lebih dari 1.200 tahun. Pada zaman itu budaya mengukir dan memahat cungkup dengan keterangan atau profesi belumlah ngetrend.

Penampakan Kubur Batu di Taman Purbalaka Waruga
info gambar

Di dalam setiap waruga tersebut, si jenazah dikubur dalam posisi jongkok yang di atasnya terdapat benda-benda bekal kuburan, seperti: parang, gelang, manik-manik, piring, padi, uang benggol, mangkuk, sendok, dan kolintang. Namun kini tidak ada lagi benda-benda bekal kuburan yang dapat dijumpai di dalam waruga karena benda-benda itu sudah diamankan di museum.

Kawan GNFI, dalam bahasa Minahasa Kuno, kata waruga merupakan gabungan dari dua kata, yakni wale dan maruga. Wale berarti rumah dan maruga berarti badan yang akan menjadi hancur. Sementara itu, posisi mayat yang dikubur dalam keadaan jongkok berkaitan erat dengan posisi bayi yang jongkok di dalam rahim ibu. Filosofinya, manusia mengawali kehidupan dengan posisi jongkok dan semestinya mengakhiri hidup dengan jongkok pula. Dalam bahasa setempat, filosofi ini disebut whom.

Taman Purbakala Waruga dahulunya sangat terbengkalai, kuburuan-kuburan banyak tersebar di lingkungan rumah warga. Hingga akhirnya tahun 1977 pemerintah setempat melakukan pengumpulan dan pemugaran di taman itu. Kini Taman Purbakala Waruga bisa kawan GNFI kunjungi saat berada di Sulawesi Utara.

Menurut juru kunci taman yang dilansir dari Portal Informasi Indonesia Anton mengatakan Waruga mulai digunakan oleh orang Minahasa pada abad ke-IX. Namun kebiasaan mengubur jenazah dalam Waruga dilarang oleh Belanda sejak tahun 1860. Alasannya saat itu berkembangnya wabah penyakit seperti pes, tipus, dan kolera yang dapat menular. Maka muncul kekhawatiran apabila orang yang dikubur dalam Waruga dapat menyebarkan penyakit lewat celah cungkup Waruga.

Anton juga mengatakan sejak ajaran agama Kristen yang dibawa oleh Belanda masuk ke Minahasa, masyarakat Minahasa mulai meninggalkan tradisi mengubur jenazah dalam Waruga. Setelah ajaran agama Kristen masuk, orang yang sudah meninggal dimasukkan dalam peti mati kemudian dikubur kedalam tanah.

Taman Prubakala Waruga ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, oleh Bapak Dr. Daud Yusuf pada tanggal 18 Oktober 1978. Sekarang warisan budaya ini menjadi salah satu tempat favorit wisatawan lokal maupun luar negeri. Bahkan dulunya raja, ratu, dan pangeran dari Negeri Belanda, Belgia dan Inggris pernah berkunjung ke Taman Purbakala Waruga.

Kawan GNFI bagaimana cerita kebudayaan dari daerahmu?

Referensi:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini