Pelestarian Wayang Suket sebagai Warisan Budaya yang Mulai Ditinggalkan

Pelestarian Wayang Suket sebagai Warisan Budaya yang Mulai Ditinggalkan
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbungUntukMelambung

Wayang merupakan salah satu warisan budaya yang ada di Indonesia. Wayang memiliki jenis yang beragam seperti wayang golek, wayang kulit, wayang batok, wayang orang, wayang beber, wayang sasak, wayang garing, wayang suket, dan lain sebagainya yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Sebagai salah satu jenis wayang, sayangnya wayang suket menjadi wayang yang hampir ditinggalkan dan dilupakan.

Diambil dari istilah suket yang berasal dari bahasa Jawa, suket sendiri memiliki arti sebagai rumput. Tidak hanya sebatas istilah dan bahasa, wayang suket pada dasarnya terbuat dari rumput kering atau mendong yang dianyam sedemikian rupa hingga membentuk wayang.

Berdasarkan asal usulnya, wayang suket pada mulanya dibuat untuk mengisi waktu luang bagi anak-anak dari para petani yang pada kala itu tengah bosan menunggu orang tua mereka yang sedang bekerja di sawah. Bermodalkan sisa-sisa rumput yang ada, dibuatlah wayang suket dengan kreativitas lewat mengayam suket atau rumput hingga menyerupai wayang kulit.

Wayang suket banyak ditemui di wilayah perdesaan Jawa yang masyarakatnya hidup dengan bermata pencaharian sebagai petani. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pergeseran terhadap beberapa nilai kebudayaan yang ada di Indonesia, tak terkecuali dengan wayang suket yang kini sudah mulai jarang ditemui.

Dokumentasi Pribadi

Terdapat beberapa jenis bentuk dari wayang suket yang umum digunakan dalam penokohan cerita, di antaranya; bentuk anak kecil laki-laki, anak kecil perempuan, wanita muda, wanita tua, laki-laki, ksatria, prajurit, raksasa, dan beragam bentuk lainnya.

Pada bentuk wayang suket anak kecil sendiri, baik laki-laki maupun perempuan cenderung memiliki bentuk yang lebih kecil jika dibandingkan dengan wayang suket lainnya. Sementara untuk wayang wanita yang terbagi ke dalam wanita tua dan wanita muda, memiliki perbedaan ukuran pinggul.

Lain halnya dengan wayang pria dan ksatria, wayang pria memiliki bentuk dasar yang tidak segagah wayang ksatria sebab pada wayang ksatria memiliki bagian yang menjuntai ke depan di mana bagian tersebut diibaratkan sebagai kaki dari sang ksatria yang ketika hendak berperang tengah memasang posisi kuda-kuda yang gagah.

Berbeda dengan wayang suket lain yang memiliki bentuk perorangan, wayang prajurit memiliki bentuk wayang menyerupai wayang ksatria di mana yang menjadi pembedanya ialah wayang tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan dianyam saling bertautan bersama dengan tujuh wayang lain yang serupa hingga membentuk gerombolan prajurit.

Terdapat juga wayang suket bentuk raksasa yang memiliki ukuran lebih besar dan tak beraturan jika dibandingkan dengan wayang lainnya. Wayang dengan bentuk raksasa ini seringkali digunakan dalam cerita seperti Timun Mas yang mana terdapat tokoh selain manusia di dalam cerita tersebut.

Tidak seperti wayang kulit dan golek yang harus sesuai dengan pakem atau cerita pewayangan pada umumnya yang seringkali mengangkat cerita Ramayana, Mahabarata, dan beragam cerita yang sudah diturunkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lain, wayang suket memiliki cerita yang bebas dan tidak terikat.

Siapapun dapat membuat alur cerita, menentukan tokoh, latar belakang tempat, dan amanat cerita yang ingin mereka sampaikan lewat wayang suket. Fleksibelitas penokohan dalam wayang suket didasari dari lakon yang akan dimainkan oleh dalang. Satu wayang suket dapat digunakan untuk beragam nama, sifat, dan karakter.

Menariknya, wayang suket yang dibuat dengan menggunakan rumput kering atau mendong lewat teknik mengayam rupanya sangat mudah dibuat. Proses yang membutuhkan ketelatenan dan kesabaran dalam mengayam satu bagian dengan bagian lainnya menjadikan wayang suket menarik untuk dilestarikan sebab siapapun dapat membuatnya dikarenakan bahan utama dari pembuatannya pun juga terbilang lebih mudah dan memiliki harga yang relatif terjangkau jika dibandingkan dengan bahan-bahan dari pembuatan jenis wayang lainnya.

Sayangnya kemudahan tersebut tidak membantu banyak. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak masyarakat yang beralih profesi dari sektor pertanian ke sektor industri yang disebabkan oleh modernisasi yang terus menjangkau berbagai kawasan di Indonesia, baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan.

Wayang suket menjadi salah satu hasil kebudayaan yang mulai ditinggalkan sebab kini anak-anak mulai beralih mengisi waktu luang yang mereka miliki dengan bermain gadget yang dinilai lebih kekinian dan tidak ketinggalan zaman. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri terhadap upaya pengenalan dan pelestarian wayang suket agar budaya tak benda yang telah diakui secara nasional tersebut mampu bertahan di tengah gempuran globalisasi yang terus berlangsung di era modern seperti sekarang ini.

Kesadaran akan ragam budaya yang ada di Indonesia juga perlu dimiliki oleh generasi muda dengan beragam cara, di antaranya dapat dilakukan lewat konsumsi konten budaya yang dilakukan secara rutin lewat laman sosial media, aktif mencari informasi terkait ragam budaya yang ada di Indonesia guna memperkaya ilmu pengetahuan, turut aktif mengikuti kegiatan seminar maupun workshop yang berkaitan dengan kebudayaan, turut mengunjungi pameran serta museum guna menghargai dan memberi dukungan terhadap kebudayaan serta para seniman, dan beragam upaya lainnya.

Upaya tersebut berkaitan erat dengan wayang suket sebagai warisan budaya tak benda yang telah menjadi salah satu bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang patut dilestarikan dan dipertahankan. Diharapkan, semoga ke depannya wayang suket dapat semakin dikenal oleh masyarakat dari berbagai wilayah di Indonesia maupun dunia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

PZ
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini