Meninjau Kembali Ide Dinar Emas Sebagai Mata Uang Cadangan di Malaysia, Kata PM

Meninjau Kembali Ide Dinar Emas Sebagai Mata Uang Cadangan di Malaysia, Kata PM
info gambar utama

Baru-baru ini, Pemerintah Malaysia berencana untuk meninjau kembali konsep penggunaan dinar emas sebagai mata uang cadangan. Hal ini diungkapkan oleh Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim, yang mengungkapkan niatnya untuk mendiskusikan wacana ini dalam pertemuan Ekonomi dan Keuangan Islam (Islamic Economic and Financial Summit) yang dijadwalkan pada bulan Desember mendatang.

Menurutnya, rencana penggunaan dinar emas ini diharapkan dapat dimulai dalam skala terbatas. Sebelumnya, perdagangan Malaysia dengan Cina telah menggunakan ringgit dan renminbi dengan proporsi sekitar 25 persen, seperti yang dinyatakan oleh Perdana Menteri.

Dalam sesi tanya jawab, Datuk Seri Anwar Ibrahim menekankan bahwa pengenalan dinar emas dapat menjadi langkah awal yang positif untuk mencapai peningkatan perdagangan dengan negara-negara Islam sebesar lima sampai enam persen. Beliau menekankan bahwa langkah ini akan berkontribusi pada stabilitas ekonomi yang lebih besar dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS, yang pada akhirnya akan memberikan kekuatan finansial yang lebih besar.

Sebelumnya, mantan Perdana Menteri Tun Dr. Mahathir Mohamad telah mempromosikan gagasan untuk menggunakan dinar emas sebagai mata uang cadangan internasional untuk negara-negara Muslim sebagai alternatif dari dolar AS yang terkadang tidak stabil. Namun, proposal ini mendapat reaksi beragam dari para ekonom. Beberapa ekonom berpendapat bahwa Arab Saudi mungkin tidak tertarik dengan ide tersebut, sementara yang lain lebih memilih "mata uang multilateral" sebagai langkah untuk mengurangi ketergantungan pada dollar AS.

Terlepas dari itu, Anwar menekankan bahwa penggunaan dinar emas dapat menjadi sebuah pendekatan alternatif yang pada gilirannya dapat memperkuat ketahanan ekonomi domestik masing-masing negara. Ia juga menjelaskan bahwa penggunaan dinar emas bukanlah konsep yang asing bagi negara-negara Islam. Terlebih lagi, dalam konteks pertumbuhan industri halal yang mencapai lebih dari $1 triliun, dinar telah menjadi perhatian banyak negara lain di luar dunia Islam.

Oleh karena itu, penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan diproyeksikan dapat diterima dengan baik, terutama oleh negara-negara seperti Cina, Indonesia, dan Thailand.

Sumber: New Straits Times | Free Malaysia Today

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini