Filosofi Japin, Menghibur dan Sarat Makna

Filosofi Japin, Menghibur dan Sarat Makna
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Ribuan orang berpakaian tradisional Melayu menyemut di Jalan Rahadi Oesman, Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Para lelaki berbusana teluk belanga, dan kaum perempuan mengenakan baju kurung.

Mereka berkumpul untuk memeriahkan Pontianak Berjepin. Atraksi itu digelar pada puncak Peringatan Hari Jadi ke-252 Kota Pontianak, Senin, 23 Oktober 2023.

Peserta Pontianak Berjepin terdiri atas pejabat dan pegawai pemerintah serta sejumlah komponen masyarakat. Pihak panitia mengklaim Pontianak Berjepin diikuti sebanyak 12 ribu peserta.

“Jepin massal [Pontianak Berjepin] melambangkan kekompakan seluruh masyarakat dalam membangun Kota Pontianak. Itu sejalan dengan tema Hari Jadi Kota Pontianak tahun ini, Pontianak Bersinar, Harmonis, dan Tangguh,” kata Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono.

Pontianak Berjepin digelar sekitar 35 menit dan berlangsung di bawah mentari pagi yang mulai menerik sinarnya. Para peserta menari dengan dipandu sejumlah instruktur yang berdiri di baris terdepan.

Sejak 2018, Pontianak Berjepin selalu mewarnai puncak Peringatan Hari Jadi Pontianak. Agenda tahunan itu bahkan meraih penghargaan sebagai Tarian Jepin dengan penari terbanyak di Indonesia dari Museum Rekor Indonesia (Muri) pada 2019.

Jepin yang dibawakan para peserta merupakan jenis kreasi dengan iringan musik pop Melayu Pontianak. Gerakannya pun lebih sederhana, mengingat mayoritas peserta bukan penari profesional.

“Itu Jepin kreasi. Kalau Jepin tradisi, gerakannya lebih rumit, dan berpola [memiliki pakem tertentu],” kata Seniman Tari Melayu Kalbar Juhermi Thahir, saat ditemui pada kesempatan terpisah, Minggu, 29 Oktober 2023.

Jepin yang dibawakan para peserta merupakan jenis kreasi dengan iringan musik pop Melayu Pontianak. © Aries Munandar
info gambar

Gerak dan makna

Jepin atau Japin merupakan salah satu kesenian utama pada budaya Melayu di Nusantara. Dinamis atau energik menjadi ciri khas tarian berkelompok tersebut.

“Gerakan utama pada Jepin ialah langkah kaki. Gerak tangan dan pundak itu hanya pelengkap,” ujar Juhermi.

Gerakan utama Japin dapat dikelompokan menjadi tiga, yakni langkah biasa, langkah gantung, dan langkah gencat. Langkah biasa ialah gerakan kaki bertempo normal. Adapun langkah gantung ialah gerakan dengan mengangkat salah satu kaki. Sementara itu, langkah gencat ialah gerakan kaki bertempo cepat.

Gerakan-gerakan tersebut sering dikombinasikan dalam sebuah Tarian Japin. Para penari menyesuaikan gerakan mereka dengan tempo musik pengiring.

Menurut Juhermi, setiap daerah memiliki ciri khas dalam berjapin. Karakteristik tersebut, di antaranya terlihat dari jenis gerakan.

“Langkah gencat hanya ada dalam Jepin Pontianak. Pada Jepin Riau, tidak ada gerakan seperti itu. Gerakan kaki dalam Jepin Pontianak juga bertumpu pada tumit,” kata lelaki kelahiran Terempa, Kepulauan Riau, 64 tahun lalu tersebut.

Juhermi menjelaskan setiap gerakan Japin mengandung pesan moral. Langkah biasa, misalnya melambangkan kesetaraan. Langkah gantung bermakna kehidupan manusia selalu bergantung satu sama lain dan dengan Yang Maha Kuasa. Langkah gencat bermakna kecepatan dalam bertindak ataupun mengambil keputusan.

Pontianak memiliki beragam jenis Japin tradisi, seperti Jepin Tembung Pendek, Jepin Jala, Jepin Tali Bui, dan Jepin Gerangkang. Setiap jenis tarian tersebut pun sarat makna.

Jepin Tali Bui, misalnya melambangkan kesetiaan, persaudaraan, dan kasih sayang terhadap sesama manusia. Makna itu tercermin dari permainan rangkaian tali sehingga tersimpul dan memerangkap atau menjerat salah seorang penari.

“Para penari harus berhati bersih. Kalau tidak, jeratannya tidak bisa dilepas. Pertunjukannya pun bisa bubar karena jeratan harus dibuka paksa. Percaya, tidak percaya, saya pernah menyaksikan kejadian seperti itu,” kata Juhermi, yang juga Koreografer dan Pelatih Tari di Sanggar Nada Serumpun.

Pontianak Berjepin selalu mewarnai puncak Peringatan Hari Jadi Pontianak, Sejak 2018. © Aries Munandar
info gambar

Tarian rakyat

Japin berasal dari Bahasa Araf, yakni Zafn, yang berarti langkah, atau gerakan cepat. Tarian tersebut merupakan akulturasi budaya dari Negeri Yaman.

Japin dari Yaman dikenal dengan Japin Arab. Kesenian itu diperkirakan masuk ke Nusantara pada sekitar Abad XIII, seiring penyebaran agama Islam.

“Pengaruh Arab [Yaman] itu hanya pada musik [pengiring] dan bukan pada gerak [tariannya]. Jadi, Jepin Melayu bukan berasal ataupun pengembangan dari Jepin Arab,” kata Kusmindari Triwati, Peneliti Japin Kalbar.

Dia melanjutkan pola maupun gerakan dari kedua jenis japin tersebut sangat berbeda. Japin Arab lebih lincah dan gerakannya berpola zig-zag. Adapun gerakan pada Japin Melayu lebih teratur, yakni maju-mundur. Japin Arab di Indonesia juga hanya berkembang pada komunitas Arab peranakan.

“Di Kalbar, Jepin Melayu pertama kali masuk di daerah [Kabupaten] Sambas. Setelah itu, menyebar ke sejumlah wilayah pesisir hingga perhuluan Kalbar,” kata Kusmindari.

Japin Melayu merupakan tarian rakyat karena berkembang di luar keraton. Warga menggelarnya sebagai hiburan saat pesta pernikahan atau hajatan penting lain.

“Jepin menjadi salah satu tari hiburan populer di Kalbar. Itu mungkin karena tariannya energik. Syairnya juga mudah dimengerti orang awam karena menggunakan Bahasa Melayu ataupun Indonesia,” ujar Kusmindari.

Gerakan pada Japin Melayu diilhami dari kondisi lingkungan di pesisir laut maupun sungai. Ada Simpul Pakis, Nyiur Melambai, Sorong Dayung, dan gerakan lain yang terinspirasi dari aktivitas keseharian warga setempat.

Adapun syair Japin berisikan pujian terhadap Allah SWT, dan Nabi Muhammad SAW. Selain itu, ada pula berisikan petuah ataupun nasihat religi dalam bentuk pantun dan senandung.

Kepopuleran Japin Melayu di Kalbar mencapai puncaknya pada era 1970--1980. Saat itu, banyak berdiri kelompok Japin di setiap kampung. Namun, kesemarakannya perlahan meredup saat memasuki era 2000 karena dampak modernisasi, dan makin langkanya para pelestari.

Menurut Kusmindari, kesenian Japin perlu diajarkan di sekolah-sekolah supaya tidak punah. Selain itu, sejumlah tariannya perlu diperbarui atau direvitalisasi sehingga menarik untuk ditonton oleh para generasi muda.

“Revitalisasi hanya menambahkan beberapa gerakan baru tanpa menghilangkan gerakan utama dan makna tarian. Itu untuk kebutuhan seni pertunjukan, seperti yang saya lakukan terhadap Jepin Tali Bui,” kata Koreografer, dan Pemilik Sanggar Tari Andari, tersebut. (*)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini