Promosi Soto Banjar Sebagai Diplomasi Kuliner Nusantara

Promosi Soto Banjar Sebagai Diplomasi Kuliner Nusantara
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Sebagai negara kepulauan yang besar, Indonesia memiliki ribuan etnis dengan beragam bahasa, budaya, adat istiadat dan makanan. Tidak kurang dari 300 suku bangsa asli mendiami Indonesia dan masing-masing mempersembahkan tradisi kuliner tradisional yang khas serta beraneka ragam. Keberagamaan hidangan kuliner melekat pada setiap daerah dan melahirkan resep-resep turun temurun dengan karakteristik rasa yang unik dan menggoda selera. Setidaknya ada lebih dari 5.300 jenis makanan asli Indonesia pada setiap sudut nusantara yang menyajikan cita rasa yang berbeda (Yudhistira, et al., 2020). Selain itu, letak geografis mengakibatkan Indonesia dianugerahi kekayaan sumber daya hayati yang tidak terbatas seperti rempah-rempah. Hal tersebut mempengaruhi citra rasa dari sebagian kuliner Indonesia yang memiliki ciri khas bumbu dengan rempah kuat.

Salah satu pulau terbesar di dunia terdapat di Indonesia, yakni Kalimantan. Tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata alam yang menarik bagi para turis, Kalimantan juga dikenal dengan keanekaragaman kulinernya yang juga sukses menjadi sorotan. Terdapat beragam makanan khas seperti amplang, nasi bekepor, gence haruan, dan masih banyak lagi. Namun, di antara berbagai macam kuliner Kalimantan, soto banjar sepertinya menjadi salah satu pemegang predikat sebagai kuliner yang paling terkenal di wilayah tersebut sebab keberadaannya yang mudah dijumpai dan meluas.

Jika berkunjung ke Kalimantan Selatan, menikmati soto banjar merupakan hal yang tidak boleh terlewatkan. Makanan khas Banjar tersebut itu berhasil memanjakan lidah bagi siapapun yang memakannya. Keunikan yang dimiliki mulai dari bahan-bahannya, bumbu-bumbunya, sampai proses pembuatannya menjadikan soto banjar spesial dan pembeda soto-soto daerah lain.

Soto banjar sendiri terbuat dari perpaduan berbagai bahan, termasuk perkedel, daging ayam, sayuran, telur, yang dibalut dengan kuah kaldu dengan rempah-rempah gurih dan taburan bawang goreng. Menariknya, soto banjar memiliki dua varian kuah yang berbeda yaitu dengan kuah encer dan bening, dan kuah kental dengan warna agak keruh. Masyarakat Banjar cenderung lebih menikmati soto banjar dengan lontong atau ketupat ketimbang nasi dengan perasan air jeruk nipis sehingga memberikan kesegaran (Bushairi, 2021).

Sejarah Singkat Soto Banjar

Makanan ikon Samarinda ini memiliki rangkaian sejarah yang menarik. Hidangan tradisional ini berasal dari Kalimantan Selatan, khususnya etnis Banjar. Meskipun soto merupakan bagian dari tradisi kuliner Indonesia, namun nyatanya soto ternyata bukan makanan asli Indonesia. Dilansir dari (Kompas, 2021), disebutkan bahwa soto dibawa oleh orang China yang datang ke Indonesia. Soto sendiri berasal dari kata bahasa China yakni shao du, jao to, dan zhu du. Demikian cao yang berarti rumput, shao yang berarti memasak dan du yang berarti jeroan atau babat (Yudhistira, et al., 2020).

Etnis Banjar melakukan migrasi dari Kalimantan Selatan ke Kalimantan Timur, khususnya Samarinda pada tahun 1400-an. Kelompok etnis ini mendiami dan mendominasi Samarinda selama puluhan bahkan ratusan tahun yang kemudian melahirkan kebiasaan, adat istiadat, dan hidangan tradisional mereka pada daerah tersebut (Nala, I. W. L, 2021).

Kedatangan pendatang dari China ke Tanah Banjar mengenalkan kuliner soto kepada masyarakat Banjar. Hidangan yang dibawa orang China tersebut kemudian diadopsi dan disesuaikan dengan selera serta cita rasa khas masyarakat Indonesia terutama etnis Banjar. Pertemuan kedua kultur ini melahirkan modifikasi bumbu dengan sentuhan rempah-rempah Indonesia serta bahan-bahan tambahan lainnya. Demikian, sampai saat ini, soto banjar memiliki rasa yang khas dan dikenal oleh masyarakat luas sebagai hidangan yang lezat.

Potensi Soto Banjar Sebagai Diplomasi Budaya Nusantara

Citra rasa luar biasa yang ditawarkan soto banjar membuat tidak hanya disegani masyarakat lokal, tetapi juga mendapat apresiasi dari wisatawan internasional. Rasa kuah yang gurih dengan perpaduan ayam dan sayuran mampu memikat selera setiap orang. Hal ini terbukti dalam unggahan video oleh David Allen TV di kanal YouTube berjudul ‘Soto Banjar Bikin Bule Bule2 Ketagihan! Rasanya “Nyaman Babanaran!” | Foreigners Try Soto Banjar!’. Dalam unggahan video tersebut, David Ellen secara acak mengajak beberapa turis asing untuk mencicipi soto banjar. Reaksi yang diekspresikan mereka sangat positif dan memuji kelezatan soto banjar dengan penuh antusiasme.

Hal ini menunjukkan bahwa hidangan Indonesia memiliki potensi untuk mendunia karena kesesuaian rasanya dengan berbagai lidah dan selera. Hal ini dapat dikaitkan dengan konsep gastro branding yaitu suatu aktivitas yang bertujuan untuk mengapresiasi dan mengenali makanan sebagai simbol dari pengalaman yang membentuk hubungan budaya dan emosional (Romanjuk, 2020).

Pemberian nama “Banjar” pada soto banjar kemudian menciptakan manfaat timbal balik, di mana kota Banjarmasin akan mendapatkan reputasi melalui hidangan khasnya, dan soto banjar akan diakui karena asal-usulnya dari kota tersebut. Soto banjar juga dapat dijadikan sebagai alat diplomasi budaya mewakilkan kebudayaan kuliner Indonesia, khususnya wilayah Banjarmasin di kancah internasional (Burton, 2020).

Dalam konteks ini, pemanfaatan soto banjar sebagai diplomasi budaya dapat mengembangkan jangkauan pengaruh budaya Indonesia pada tingkat global dan mempererat hubungan antar komunitas internasional. Selain itu, tak hanya menguntungkan pariwisata dan kuliner, hal ini juga dapat meningkatkan penghargaan dan pemahaman baru terhadap kekayaan budaya Indonesia. Melalui acara atau festival kuliner, memamerkan soto banjar dapat menjadi sarana yang tepat untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan baru mengenai kuliner serta melahirkan hubungan baru antar komunitas budaya dari berbagai belahan dunia.

Demikian, potensi yang dimiliki soto banjar untuk memikat minat wisatawan dari dalam maupun luar negeri akan semakin besar dengan terus memperkuat promosi kuliner Banjar. Hal ini juga akan berdampak positif terhadap industri pariwisata dan ekonomi lokal. Selain itu, promosi dan pengenalan soto banjar dapat menggapai audiens yang lebih luas di seluruh dunia dengan memanfaatkan media sosial dan teknologi terbaru masa kini.

Referensi

David Allen TV. (2022, August 23). SOTO BANJAR BIKIN BULE2 KETAGIHAN! RASANYA "NYAMAN BABANARAN!" | FOREIGNERS TRY SOTO BANJAR! [Video]. Retrieved from https://www.youtube.com/watch?v=2Q2z_Sm3zFQ

Irawan, F. D.,, & Prasetyo, B. D. (2022). Gastro Destination of Banjarmasin City through James William Carey's Ritual Communication Model. ENDLESS: INTERNATIONAL JOURNAL OF FUTURE STUDIES, 5(3), 255-266..

Kompas. (2021, December 21). Sejarah Soto Banjar, Makanan yang Lahir dari Pertemuan 5 Budaya. Retrieved from https://www.kompas.com/food/read/2021/12/21/140800775/sejarah-soto-banjar-makanan-yang-lahir-dari-pertemuan-5-budaya-

Lanang Nala, I. W., & Indriani, N. (2020). Typical culinary as brand image of Samarinda. Global Research on Tourism Development and Advancement, 2(2), 82-95. doi:10.21632/garuda.2.2.82-95

Muhammad Al Bushairi. (2021, March 15). Ke Banjarmasin Belum Menikmati Kuliner Ini? Pasti Nyesel! Retrieved from https://www.kompasiana.com/muhammad18076/604f60a9d541df61221732f5/ke-banjarmasin-belum-menikmati-kuliner-ini-pasti-nyesel

Yudhistira, B., & Fatmawati, A. (2020). Diversity of Indonesian Soto. Journal of Ethnic Foods, 7(1). doi:10.1186/s42779-020-00067-z

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini