Ngaliwet, Tradisi Sunda yang Kaya Makna

Ngaliwet, Tradisi Sunda yang Kaya Makna
info gambar utama

Ngaliwet, Tradisi Sunda yang Kaya Makna

Oleh Fabian Satya Rabani

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Salah satu tradisi unik masyarakat Sunda adalah "ngaliwet". Ngaliwet berarti memasak nasi liwet. Kata ngaliwet termasuk kata bahasa Sunda yang halus. Walaupun kata ini memiliki makna umum menanak nasi, ada hal yang khas dan unik dari ngaliwet. Kekhasan ini terletak pada cara dan bahan menanak nasi, serta cara dan tempat menghidangkannya. Ngaliwet merupakan salah satu tradisi budaya masyarakat Sunda yang bersifat turun-temurun. Tradisi ngaliwet terlihat sederhana, tapi kaya akan makna terkait dengan hubungan antarmanusia dalam masyarakat Sunda.

Nasi liwet dimasak bersama-sama beberapa orang. Biasanya terdiri dari ibu-ibu. Dalam memasak nasi liwet ini, dibutuhkan keahlian dan ketelitian. Pertama-tama, harus mengiris beberapa siung bawang merah. Irisan bawang merah ini bisa digoreng terlebih dahulu, dikukus, atau tidak dibiarkan mentah. Lalu, memasukkan air dengan ukuran yang pas dengan banyaknya beras. Agar aroma dan rasa lebih enak, perlu memasukkan beberapa daun salam, sereh, dan garam. Masak nasi liwet ini hanya sekali, maka dari itu takaran airnya harus pas. Karena jika tidak pas, nasi liwet akan jadi setengah matang atau sebaliknya akan terlalu lembek. Jika air terlalu banyak bukan nasi hasilnya, tetapi akan menjadi seperti bubur dan tidak layak dihidangkan untuk makan bersama.

Selain nasi, disiapkan juga lauk pauknya. Untuk lauk ini disiapkan sesuai dengan selera dan kemampuan keuangan. Biasanya nasi liwet disajikan dengan lauk utama ikan mas atau ayam bakar. Bisa juga disajikan dengan yang lebih sederhana yaitu dengan bawang merah, lalapan, ikan asin, karedok, kerupuk, dan sambal. Irisan bawang merah dan ikan asinnya dimasaknya cukup ditaruh di atas nasi yang sudah hampir matang. Bisa juga ikan asin ini dimasak dengan cara dibakar.

Hal yang paling unik dari tradisi ini adalah jika semuanya sudah matang, nasi liwet, lauk, dan lalapannya akan disajikan di atas beberapa lembar daun pisang utuh sebagai pengganti piring untuk alas makan. Beberapa lembar daun pisang utuh itu digelar di atas tanah yang sebelumnya bisa dialasi dengan tikar terlebih dahulu. Semua nasi, lauk pauk, dan lalapan yang sudah matang disebar di atas daun pisang tersebut. Penyajiannya dibagi rata ke seluruh bagian daun pisang sesuai dengan jumlah orang yang ikut serta dalam ngaliwet ini. Bisa juga lauk-pauk disediakan dengan cara botram. Masing-masing peserta membawa lauk dari rumah kemudian disatukan dengan yang lain. Makan Bersama ini biasanya menggunakan tangan dan tidak memakai sendok.

Biasanya ngaliwet diadakan di luar rumah seperti di kebun, teras, tepi sungai, taman, atau di bawah pohon yang rindang agar lebih terasa tradisionalnya. Jumlah orang yang makan pada ngaliwet ini biasanya paling sedikit 4 orang. Semakin banyak jumah orang yang makan bersama, akan semakin meriah dan bermakna.

Acara ngaliwet dilakukan secara bersama-sama misalnya setelah melakukan kegiatan tertentu. Kegiatan itu bisa setelah selesai kerja bakti, selesai rapat, mancing bersama, dan selesai mengerjakan suatu proyek. Ngaliwet seringkali juga diadakan secara sengaja untuk mengumpulkan banyak orang di lingkungan sekitar. Bisa juga diadakan pada saat berkumpul dengan sanak saudara.

Saat ngaliwet ini terjadi komunikasi yang hangat dan ringan. Biasanya disertai canda tawa dan saling menyapa. Komunikasi yang terjadi bersifat informal. Ada keterbukaan isi perasaan walau biasanya disampaikan dengan gurauan. Perjumpaan dalam ngaliwet yang seperti ini jelas mempererat silaturahmi dan kekeluargaan. Hubungan baik orang-orang yang terlibat dalam ngaliwet menjadi tergaja. Kesalahpahaman dan kecurigaan bisa teratasi karena adanya keterbukaan dalam berkomunikasi yang dilakukan secara ringan dan menyenangkan.

Tadisi ngaliwet ini memang unik dan menarik. Cara makan yang sederhana, menyatu dengan alam, dan dikukan dengan penuh canda tawa. Ngaliwet bisa memungkinkan antarwarga masyarakat saling bisa memahami dan menerima satu dengan yang lain tanpa memandang status sosial dan latar belakang lainnya. Dalam ngaliwet, orang-orang yang makan bersama itu menyatu seperti keluarga.

Sebenarnya ngaliwet bisa dilakukan oleh siapa pun dan di mana pun sebagai salah satu cara untuk mempererat rasa persaudaraan. Ngaliwet bisa membuat sasana menjadi damai dan riang. Gerakan ngaliwet bisa jadi menjadi salah satu alternatif menjaga perdamaian masyarakat dan bangsa. Bagaimana jika diadakan Gerakan Ngaliwet Nasional, seru bukan? Kawan GNFI yang belum pernah ngaliwet, bisa mencobanya bersama rekan-rekan atau saudara-saudara. Dan, rasakan sensasinya!

Penulis adalah siswa SMA Talenta Bandung



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini