Seni Pertunjukan Tradisional Ebeg: Memperkenalkan Budaya Indonesia yang Energik

Seni Pertunjukan Tradisional Ebeg: Memperkenalkan Budaya Indonesia yang Energik
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbang untuk Melambung

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan seni tradisional yang sangat beragam. Salah satu seni tradisionalnya adalah Ebeg. Seni ini menggabungkan tarian, musik tradisional, dan mistis.

Sejarah Ebeg
Kesenian Ebeg adalah seni tradisional yang berasal dari Jawa Tengah khususnya wilayah Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Kebumen, dan Banjarnegara. Kesenian Ebeg termasuk seni tradisional yang bercerita tentang kesatria yang berlatih perang (Pangeran Diponegoro). Simbol kesatria lainnya juga dilambangkan dengan menunggangi kuda kepang yang menggambarkan kegagahan prajurit berkuda. Menurut https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kesenian ini telah berkembang sejak Perang Diponegoro pada tahun 1925-1930. Tarian ini melambangkan dukungan rakyat terhadap Pangeran Diponegoro dalam melawan imperalisme kolonial Belanda.

Elemen-Elemen dalam Ebeg

  1. ​Tari: Ebeg dikenal dengan gerakan-gerakan tari yang kuat dan energik. Para penari Ebeg terdiri dari 7 hingga 11 personil yang diiringi oleh gamelan. Tarian ini tidak perlu memerlukan gerakan yang rumit, tetapi para penari dituntut untuk bergerak secara selaras dan mengikuti alunan ritme gamelan. Tarian ini dilakukan di lapangan yang terbuka dan dipentaskan pada waktu sore hari hingga malam hari dengan jeda waktu yang berbeda (biasanya ketika akan memasuki waktu salat magrib dan isha). Penari Ebeg tersusun berdasarkan formasi, 1 orang sebagai Penthul Tembem (pemimpin) dan lainnya sebagai penari biasa yang mengikuti pemimpin. Penthul Tembem memiliki tanda khusus seperti tampilan kostum dan wajah yang lebih garang, kuda yang memiliki warna beda dari penari lain, dan membawa pecut atau cambuk yang digunakan oleh Delman.
  2. Musik Tradisional: Musik gamelan memiliki peran yang sangat penting dalam petunjukan seni tradisional Ebeg. Alat musik yang sering digunakan dalam petunjukan ini adalah kendang, saron, kenong, bonang, gong, dan drum. Lagu-lagu yang dimainkan pada pertunjukan ini merupakan lagu-lagu Banyumasan atau berlogat khas ngapak seperti ricik-ricik, tole-tole, eling-eling, waru doyong, blendrong, dan masih banyak lagi.
  3. Mistis: Setelah melakukan tarian yang panjang, para penari akan mengalami kesurupan atau kerasukan roh. Kesurupan ini bernama "mendhem". Para penari mengalami kesurupan yang ditimbulkan akibat pembakaran kemenyan dan menjadi salah satu syarat pementasan untuk persembahan kepada para roh maupun penguasa makhluk halus di sekitar. Ketika roh sedang menari, mereka tanpa sadar akan memakan pecahan kaca, bara api, rumput liar, ayam, sesajen, kelapa muda, dan benda-benda berbahaya lainnya, serta bertingkah sesuai roh mereka seperti monyet, ular, harimau, banteng, kerbau, anak kecil, kuntilanak, pocong, dan sebagainya. Pertunjukan ini juga dilengkapi dengan atraksi warok, hanoman, dan barongan yang berbentuk hewan seperti harimau, kerbau, dan singa. Setelah itu, mereka yang kesurupan akan disembuhkan oleh Penimbun. Penimbun merupakan tokoh masyarakat setempat yang ahli dalam menyembuhkan akan hal tersebut.

Keunikan dan Kepopuleran Ebeg

  • Energik: Ebeg dikenal dengan gerakan tari yang kuat, penuh semangat, energik, dan kompak. Ini dapat menarik penonton yang belum pernah melihat seni pertunjukan tersebut.
  • Musik Tradisional: Gamelan adalah salah satu warisan budaya Indonesia. Melodi dan ritme pada gamelan sangat enak didengar dan ini menjadi salah satu keunikan dan kepopuleran dari Ebeg. Suara ini dapat didengar oleh masyarakat sekitar dan mereka tahu akan ada pentas seni tersebut.
  • Kostum: Pakaian pada penari Ebeg sangat beragam dan memiliki warna yang cerah. Selain itu, kostum Ebeg juga berbeda-beda dari setiap daerah, akan tetapi perbedaan ini hanya beberapa bagian saja pada kostum penari.
  • Mistis: Pertunjukan seni tradisional Ebeg sangat ikonik dengan adanya kesurupan atau kerasukan roh yang membuat masyarakat sekitar sangat menyukainya dan menjadi pelengkap Ebeg.

Pentingnya Melestarikan Ebeg
Melestarikan seni pertunjukan tradisional seperti Ebeg adalah salah satu menjaga warisan budaya Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir, ada kekhawatiran bahwa seni tradisional tersebut dapat terancam punah karena kurangnya perhatian, dukungan, dan minat dari generasi muda.

Berikut beberapa upaya dalam melestarikan Ebeg:

  1. Pendidikan: Mendidik generasi muda tentang nilai budaya Ebeg dan memberikan pelatihan bagi mereka yang ingin memahami dan menjalankan seni ini.
  2. Dukungan Keuangan: Memberikan dukungan finansial kepada komunitas dan kelompok seni yang mempertunjukkan Ebeg. Ini bisa membantu memperbaiki kostum, instrumen musik, dan infrastruktur pertunjukan.
  3. Promosi: Mengadakan pertunjukan dan festival seni untuk memperkenalkan Ebeg kepada masyarakat lebih luas, termasuk wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.
  4. Kerja Sama Komunitas: Menggalang kerja sama antara komunitas, lembaga pemerintah, dan organisasi non-pemerintah dalam usaha melestarikan Ebeg.

Kesimpulan
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan seni tradisional yang sangat beragam. Salah satu seni tradisionalnya adalah Ebeg, yang menggabungkan tarian, musik tradisional, dan unsur mistis. Ebeg berasal dari Jawa Tengah, khususnya wilayah Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Kebumen, dan Banjarnegara, dan memiliki sejarah yang berkaitan dengan Perang Diponegoro. Seni Ebeg terdiri dari elemen-elemen seperti tari energik, musik gamelan, dan unsur mistis. Seni Ebeg memiliki keunikan yang mencakup gerakan tari yang kuat, musik gamelan yang enak didengar, kostum yang beragam, dan unsur mistis yang menarik minat penonton. Namun, pada dasarnya kesenian ini membawa pesan yang baik yaitu tentang imbauan kepada manusia agar senantiasa melakukan kebaikan dan ingat kepada Sang Pencipta. Selain itu, melestarikan Ebeg juga penting untuk menjaga warisan budaya Indonesia, dan upaya seperti pendidikan, dukungan keuangan, promosi, dan kerja sama komunitas dapat membantu dalam melestarikannya untuk generasi mendatang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini