Mojosuro (Mojokerto-Suroboyo), Kisah Gerak Jalan Bersejarah Dari Jawa Timur

Mojosuro (Mojokerto-Suroboyo),  Kisah Gerak Jalan Bersejarah Dari Jawa Timur
info gambar utama

“Alun-alun Mojokerto kau dilepas, tepat ketika mentari mulai condong. Dengan nyanyian yang membakar. Kau melangkah dengan mata yang berbinar. Dalam satu barisan yang panjang kekar.Dengan irama.....Kilometer 55 tapak demi tapak, peluh mengucur semangat yang menghentak. Bukan materi yang kau harap, di tengah gemuruh kau melangkah. Drum genderang putra bangsa. Gaung Mojokerto-Surabaya.”

Begitulah lirik lagu berjudul “Gaung Mojokerto-Surabaya” karya musisi kondang, Gombloh. Lagu ini dinyanyikan bersama dengan kolompok Lemon Tree Anno pada tahun 1969. Namun berdasarkan data milik Perpustakaan Nasional Indonesia, lagu ini diterbitkan pada tahun 1978. Lirik lagu ini secara khusus menyampaikan tentang betapa gaung atau populernya acara Gerak Jalan Tradisional dari Mojokerto sampai Surabaya atau yang kini lebih dikenal dengan nama Gerak Jalan Perjuangan Mojosuro.

Kawan GNFI yang berdomisili di wilayah Jawa Timur, terlebih yang tinggal di sepanjang jalur Mojokerto sampai Surabaya harus berbangga karena mempunyai acara tahunan yang sudah dikenal dan dilestarikan masyarakat sejak lama seperti Gerak Jalan Perjuangan Mojosuro ini. Bahkan musisi kondang sekelas Gombloh sampai terinspirasi untuk menciptakan lagu dari acara rutin ini. Dikatakan acara rutin, karena memang acara gerak jalan ini diselenggarakan rutin oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada bulan November setiap tahunnya. Serta dalam rangka memeriahkan hari pahlawan yang diperingati pada tanggal 10 November. Lantas bagaimana awal mula terciptanya acara gerak jalan ini? Mengapa rute gerak jalan ini harus dari Mojokerto menuju Surabaya? dan Mengapa layak disebut sebagai gerak jalan bersejarah? Mari kita bahas lebih lanjut.

Sejarah Gerak Jalan Mojokerto-Surabaya

Menurut Dhahana Adi dalam bukunya yang berjudul Surabaya Punya Cerita Vol.1 menjelaskan bahwa pada awalnya, rute gerak jalan ini bukan dari Mojokerto menuju Surabaya tetapi dari Pandaan (Pasuruan) menuju Surabaya. Karena ketika acara gerak jalan ini pertama kali dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 1955 tujuannya adalah memperingati atau mengenang pertahanan sektor selatan Sungai Brantas dengan Batalyon Cipto dan Abdullahnya. Rute Gerak Jalan dari Pandaan-Surabaya ini digelar rutin mulai tahun 1955-1958.

Pada tahun berikutnya yakni 1959, rute gerak jalan ini dirubah menjadi Mojokerto-Surabaya. Perubahan rute ini dilakukan untuk memperingati sektor pertahanan lainnya yaitu sektor barat dengan Batalyon Hisbullah, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, Batalyon Mansyur, Solikin, Munasir, dan Djarot Subiantoro. Sejak tahun ini pula, acara ini dikenal dengan nama “Gerak Jalan Tradisional Mojokerto-Surabaya” yang menempuh jarak kurang lebih 55 Km.

Sejak tahun 1959-1964 acara ini terus dilaksanakan oleh Pemprov Jatim dengan rute Mojokerto-Surabaya. Namun memasuki tahun 1965, acara gerak jalan ini terpaksa tidak dapat dilaksanakan karena situasi keamanan nasional yang tidak stabil akibat Peristiwa Gerakan 30 September. Akhirnya acara ini vakum dari tahun 1965-1967. Ketika kondisi keamanan nasional dirasa mulai pulih, maka gerak jalan ini dilaksanakan kembali pada tahun 1968 oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur. KONI jatim mengelola acara ini sampai tahun 1973, sebelum akhirnya acara gerak jalan ini dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur pada 1974.

Di bawah pengelolaan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur, Gerak Jalan Tradisional Mojokerto-Surabaya ini tetap rutin diselenggarakan setiap tahunnya. Sampai kemudian pada tahun 1998, dikarenakan kondisi keamanan nasional yang kembali tidak stabil akibat Peristiwa Reformasi, maka acara gerak jalan ini ditiadakan lagi. Ini merupakan kali kedua acara gerak jalan ini ditiadakan setelah tahun 1965. Cukup lama sejak acara gerak jalan ini terakhir dilaksanakan pada tahun 1997, baru kemudian pada tahun 2006 acara ini kembali dapat dilaksanakan. Namun kali ini pengelolanya dari Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Timur dan dengan nama “Gerak Jalan Perjuangan Mojokerto-Surabaya”.

Mulai 2006 hingga 2023 ini pengelolaan terhadap acara Gerak Jalan Perjuangan Mojokerto-Surabaya berada di bawah naungan Dispora Jatim. Meskipun sempat terhenti kembali untuk ketiga kalinya selama 3 tahun sejak 2020 karena kasus Covid-19 yang melanda dunia internasional. Tetapi masyarakat Jawa Timur sepanjang Mojokerto-Surabaya tetap antusias dalam menyambut acara gerak jalan pada tahun 2023 ini.

Populer Pada Dekade 1980-an

Tidak salah jika Gombloh terinspirasi membuat lagu dari acara gerak jalan ini, mengingat Gerak Jalan Mojokerto-Surabaya ini pernah begitu populer di masyarakat pada tahun 1980-an. Hal itu terekam baik dalam arsip-arsip koran sezaman, seperti yang terekam pada koran Berita Yudha tahun 1984 menyebutkan gerak jalan ini diikuti oleh 40.716 peserta yang berasal dari berbagai elemen masyarakat. Terdiri dari kelompok RT/RW/Karang Taruna, Pelajar SMP-SMA, Mahasiswa, Hansip, Karyawan, ABRI, dan organisasi wanita. Tidak hanya dari Jawa Timur saja tetapi dari Yogyakarta, Jawa Tengah, Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Bali. Sepanjang perjalanan sejauh 55 Km dari Mojokerto-Surabaya dipadati oleh masyarakat yang berjejer di sepanjang rute untuk menonton, berjualan, dan berpesta pora menyambut acara setahun sekali tersebut.

Sementara itu pada tahun 1985 dalam koran Waspada, disebutkan bahwa acara gerak jalan ini kembali menarik perhatian karena diikuti juga oleh peserta penyandang disabilitas berkursi roda sebanyak 15 orang yang termotivasi mengikuti acara gerak jalan ini. Memasuki tahun 1988, acara ini mulai dianggap sebagai arena prestasi dan promosi. Gubernur Jatim untuk pertama kali selain memberikan piagam juga memberikan hadiah kepada pemenang gerak jalan. Jumlah peserta meningkat drastis jika dibandingkan tahun 1983, pada tahun 1988 gerak jalan ini diikuti oleh 58.549 orang. Sementara itu, perusahaan swasta juga sudah mulai masuk menjadi peserta dan sponsor untuk promosi. Perusahaan itu seperti PT Sampoerna, PT Gudang Garam, PT Bentoel, Aqua, Ades, dan Coca-cola. Perusahaan-perusahaan swasta tersebut merasa acara ini sebagai acara yang ramai atensi masyarakat sehingga menjadi tempat yang tepat untuk melakukan penjualan dan promosi.

Gerak Jalan Perjuangan Mojokerto-Surabaya 2023

Gubernur Jawa Timur
Gubernur Jawa Timur membuka Gerak Jalan Perjuangan Mojokerto-Surabaya Tahun 2023| Foto: Dok. Kominfo Jawa Timur

Pada pelaksanaannya di tahun 2023 ini tepatnya pada Sabtu, 4 November Gerak Jalan Perjuangan Mojokerto-Surabaya diikuti oleh 8.041 orang peserta. Meskipun jumlah pesertanya sudah tak lagi sebanyak tahun 1980-an, tetapi upaya Dispora Jatim menghidupkan acara gerak jalan perjuangan ini perlu diapresiasi. Rekor Muri baru juga tercipta dengan mengarak kain merah putih terpanjang yakni 178 Meter dan dalam jarak 55 Km dari Mojokerto-Sidoarjo-Surabaya.

Referensi

Adi, Dhahana. (2014). Surabaya Punya Cerita Vol.1. Yogyakarta: Indie Book Corner.

Harian Neraca. 23 November 1988. Gerak Jalan Mojokerto-Surabaya Arena Prestasi dan Promosi.

Berita Yudha. 20 November 1984. Gerak Jalan Mojokerto-Surabaya Diikuti 40.716 Peserta.

Waspada. 27 November 1985. Penyandang Disabilitas Berkursi Roda Ikuti Gerak Jalan Mojokerto-Surabaya.



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NI
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini