Bagi Saya, Indonesia Adalah Negara yang Paling Bahagia

Ahmad Cholis Hamzah

Seorang mantan staf ahli bidang ekonomi kedutaan yang kini mengajar sebagai dosen dan aktif menjadi kolumnis di beberapa media nasional.

Bagi Saya, Indonesia Adalah Negara yang Paling Bahagia
info gambar utama

Singapura yang pada tahun 2022 berpenduduk 5,637 juta jiwa dan memiliki PDB perkapita sebesar 72,794.00 USD atau setara dengan Rp. 1,091,910,000/tahun (data tahun 2021) dinobatkan sebagai negara paling bahagia di Asia selama dua tahun berturut-turut menurut World Happiness Report alias Laporan Kebahagiaan Dunia 2024 yang dirilis baru-baru ini. Negara-kota itu menempati peringkat 30 dari 143 tempat yang disurvei, sementara negara yang menduduki posisi teratas pada daftar tahun ini adalah Finlandia, diikuti oleh Denmark dan Islandia.

World Happiness Report adalah upaya bersama dari beberapa peneliti dan ilmuwan kesejahteraan terkemuka dunia. Peringkat kebahagiaan dalam penelitian ini didukung oleh data dari Gallup World Poll yang mengukur evaluasi kehidupan rata-rata individu, yang diambil selama tiga tahun dari 2021 hingga 2023. Dalam laporan itu disebutkan 10 besar peringkat kebahagiaan teratas di Asia nomor satu diduduki negara Singapura, disusul Taiwan, Jepang, Korea Selatan dan selanjutnya berturut-turut Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, China dan terakhir Mongolia.

Para ahli dalam laporan itu menganalisis data enam faktor utama: PDB per kapita, harapan hidup sehat, dukungan sosial, kebebasan, kemurahan hati dan persepsi korupsi. Penelitian mereka ke bidang-bidang ini memberikan wawasan serta penjelasan mengenai kualitas hidup masyarakat di suatu negara berdasarkan penilaian dari warganya sendiri secara subjektif.

"Faktor-faktor ini membantu menjelaskan perbedaan di seluruh negara, sementara peringkat itu sendiri hanya didasarkan pada jawaban yang diberikan orang ketika diminta untuk menilai kehidupan mereka sendiri," demikian sebuah pernyataan oleh World Happiness Report.

Data yang dikumpulkan untuk enam faktor itu berasal dari organisasi seperti Bank Dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Gallup World Poll.

"Singapura melakukannya dengan sangat baik dalam hal PDB per kapita, salah satu peringkat tertinggi dalam kumpulan data kami," Shun Wang, rekan penulis dan editor Laporan Kebahagiaan Dunia 2024 mengatakan kepada “Singapura juga sangat baik dalam hal persepsi korupsi terendah di antara semua negara dalam data kami” kata Shun Wang selaku co-author dan editor World Happiness Report 2024.

Denmark dan Norwegia masing-masing berada di peringkat ke-2 dan ke-7, pada laporan tahun ini. Selain itu, Singapura mendapat predikat "Sangat baik dalam menghasilkan harapan hidup sehat, umur panjang dan hidup sehat," menurut Jan-Emmanuel De Neve, Direktur Pusat Penelitian Kesejahteraan di Universitas Oxford dan editor Laporan Kebahagiaan Dunia 2024. Myanmar, Kamboja, India, Sri Lanka dan Bangladesh termasuk di antara negara-negara Asia yang paling tidak bahagia, menurut laporan itu. India, negara terpadat di dunia, berada di urutan ke-126 dari 143 tempat yang disurvei.

Sahabat saya, Chairul Arifin, seorang purnabhakti dari Kementerian Pertanian dan alumni Universitas Airlangga yang sepantaran dengan saya menanyakan apa dampak dari semua kemajuan tersebut? Ternyata, dampaknya adalah semakin enggannya generasimuda Singapura untuk menikah, juga semakin menuanya penduduk dan semakin tingginya usia harapan hidup penduduk.

Angka kelahiran penduduk Singapura yang ditunjukkan dari TFR atau Total Fertillity Rate menurun drastis selama sepuluh tahun terakhir. Di tahun 2023, TFR mencapai titik terendahnya, yakni 0,75 persen. Dengan kata lain, saat ini perempuan produktif Singapura selama hidupnya hanya menghasilkan anak kurang dari satu atau tidak mau punya anak. Lebih jauh lagi, generasi mudanya lebih suka menjomblo. Singapura pun dipusingkan dengan kondisi semacam ini, karena bisa saja pada tahun 2030 mendatang penduduk asli Singapura mulai punah.

Apakah Singapura berbahagia melihat kondisi masa depannya yang dibayangi kecemasan semacam itu? Yang jelas, punya predikat sebagai negara paling bahagia di Asia tidak ada artinya kalau problematika masa depan kependudukannya belum terpecahkan. Demikian pendapat sahabat saya.

Kalau ada orang yang bertanya pada saya secara pribadi apakah Indonesia itu negara yang bahagia di Asia, maka meskipun dengan berbagai masalah yang ada di negeri ini, saya akan menjawab “Ya.” Indonesia adalah negara yang bahagia. Itu jawaban pribadi saya yang sangat subjektif, mengingat begitu nyamannya saya berada di tengah masyarakat yang memiliki budaya luhur, bisa beribadah dengan tenang, makanan tersedia, orang-orangnya banyak senyumnya – meskipun dalam hatinya mungkin menderita.

Saya menyapa dan disapa orang dengan senyuman, saya dengan mudah melakukan silaturahim dengan para kerabat dan sahabat, biji-biji lombok, tomat, daun pandan, dan sebagainya saya lempar di halaman rumah saya, lalu dalam waktu singkat tumbuh karena suburnya tanah di kawasan di mana saya tinggal. Dan yang penting lagi, meskipun PDB perkapita Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan Singapura, namun saya masih bisa membeli makanan nasi bungkus seharga Rp 5.000- 6.000 di kota saya, Sidoarjo, yang lauknya ada telur dadar, mie goreng dan oseng-oseng tempe. Itu sudah membuat hati saya bahagia.

Pendeknya menurut saya, Indonesia ini tempat yang membahagiakan rakyatnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

Tertarik menjadi Kolumnis GNFI?
Gabung Sekarang

AH
AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini