Mengetahui Sejarah, Keistimewaan dan Makna Filosofi Tugu Jogja

Mengetahui Sejarah, Keistimewaan dan Makna Filosofi Tugu Jogja
info gambar utama

Mengulas Jogja sebagai kota wisata, kota pelajar atau bahkan kota rindu memang tidak akan ada habisnya. Ada begitu banyak alasan untuk mengunjungi kota ini, yang tidak hanya kaya budaya, kuliner, dan pendidikan, tetapi juga memiliki aspek budaya yang menarik. Salah satu contohnya adalah keberadaan Tugu Yogyakarta yang memiliki nilai historis dan filosofis yang luar biasa.

Untuk melengkapi pengetahuan kita, mari kita eksplor lebih dalam tentang sejarah dan keistimewaan Tugu Jogja.

Sejarah dan Keistimewaan Tugu Jogja

Tugu Jogja, yang juga dikenal sebagai Tugu Pal Putih, adalah salah satu ikon terkenal Yogyakarta. Dibangun pada tahun 1755 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I, pendiri Kesultanan Yogyakarta, tugu ini awalnya melambangkan persatuan antara raja dan rakyat dalam menghadapi penjajahan. Tugu ini pada jaman dulu dikenal juga dengan nama Tugu Pal Putih, karena warnanya yang putih. Diceritakan bahwa pada masa lalu puncak tugu yang bulat itu sering digunakan oleh Sri Sultan sebagai titik pandang untuk bermeditasi di Bangsal Manguntur Tangkil, yang terletak di Siti Hinggil Lor atau pelataran keraton yang tanahnya ditinggikan (Siti=Tanah; hinggil=tinggi; lor=utara).

Namun setelah terjadi gempa dahsyat, pada tahun 1889, pemerintah Belanda merenovasi tugu ini, mengubahnya menjadi bentuk persegi dengan prasasti di setiap sisinya. Mengubah bentuk bulatnya menjadi kerucut yang tajam, dan menurunkan ketinggiannya menjadi 15 meter dari 25 meter aslinya. Renovasi ini, dikenal sebagai De White Paal. sebenarnya dimaksudkan untuk memecah persatuan antara rakyat dan raja, tetapi upaya tersebut tidak berhasil karena perlawanan yang gigih dari rakyat dan raja Yogyakarta.

Keistimewaan Tugu Jogja tidak hanya terletak pada bentuknya yang unik, tetapi juga pada posisinya yang strategis. Tugu ini terletak di titik pertemuan antara Jalan Margo Utomo (Jalan P. Mangkubumi) dan Jalan Jend. Sudirman, menjadikannya pusat orientasi bagi banyak wisatawan dan penduduk setempat. Selain itu, Tugu Jogja juga dianggap sebagai simbol spiritual dan filosofis bagi warga Yogyakarta, mewakili harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Makna Filosofis Tugu Jogja

Makna filosofis dari Tugu Jogja sangat mendalam dan beragam. Pertama-tama, bentuknya yang tinggi dan tegak mencerminkan kekuatan serta stabilitas, mencitrakan keteguhan hati dan semangat penduduk Yogyakarta.

Kedua, struktur tiga segmen pada tugu tersebut melambangkan konsep Triguna dalam filsafat Hindu-Buddha, yang mewakili tiga aspek kehidupan: Satwa (alam semesta), Rajas (aksi), dan Tamas (ketiadaan), mencerminkan filsafat perubahan yang berkelanjutan dalam kehidupan.

Terakhir, Tugu Jogja dianggap sebagai penghubung antara empat lokasi penting di Jogja. Garis imajiner yang dapat ditarik dari Tugu Jogja akan melewati Keraton, Gunung Merapi, Panggung Krapyak, dan Pantai Selatan. Keempat tempat tersebut memiliki makna simbolis yang dalam bagi masyarakat Jogja. Panggung Krapyak ke arah Utara hingga Keraton melambangkan perjalanan manusia sepanjang hidup, dari kelahiran hingga kembali ke Sang Pencipta.

Sementara perjalanan dari Tugu ke Gunung Merapi melambangkan pencarian spiritual manusia. Panggung Krapyak juga merupakan simbol kesuburan, melambangkan Lingga dan Yoni, sementara Pantai Selatan, dengan gelombangnya yang besar, mencerminkan kesatuan dan keharmonisan dalam keberagaman, nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Yogyakarta.

Tips Berfoto di Tugu Jogja

Dikutip dari Antaranews.com Wakil Wali Kota Jogja, Heroe Poerwadi, menyarankan wisatawan untuk tidak berfoto di tengah jalan kecuali saat kebijakan bebas kendaraan diterapkan. Untuk mendapatkan foto yang menarik dari Tugu Jogja, wisatawan memiliki beberapa pilihan.

Pertama dengan mengambil foto dari sisi tenggara, di mana terdapat miniatur Tugu Golong Gilig yang menawarkan latar belakang yang menawan. Tempat ini juga dilengkapi dengan taman, dinding batu bertuliskan sejarah Tugu Jogja, dan spot foto yang instagramable. Alternatif lainnya adalah mengunjungi kafe-kafe terdekat yang menawarkan pemandangan Tugu Jogja. Dari lantai atas kafe-kafe tersebut, pengunjung bisa menikmati makanan dan minuman sambil berfoto dengan latar belakang Tugu.

Semoga ulasan ini bermanfaat untuk sobat GNFI baca. Perlu diingat, Tugu Jogja bukan hanya sebagai lambang romantisme sejarah, tetapi juga lambang perjuangan, persatuan, dan perubahan yang perlu kita hayati dengan sungguh-sungguh.

Referensi :
https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/detail/645/tugu-pal-putih
https://pariwisata.jogjakota.go.id/detail/index/333
https://jogja.idntimes.com/travel/destination/idn-times-hyperlocal/6-sejarah-tugu-jogja-dari-bentuk-yang-berbeda-hingga-makna-ornamen?page=all

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Meita Astaningrum lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Meita Astaningrum.

MA
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini