Literasi Keuangan - Kunci Kebebasan Finansial Masyarakat Indonesia

Literasi Keuangan - Kunci Kebebasan Finansial Masyarakat Indonesia
info gambar utama

Di era digital ini, mengelola keuangan telah menjadi semakin penting. Literasi keuangan dan inklusi telah menjadi kunci untuk membuka kemajuan ekonomi negara. Dalam wawancara langsung dengan Seasia Viewpoint, Dr. Adi Budiarso, Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan di Kementerian Keuangan Republik Indonesia, menyoroti peran kritis literasi keuangan dan inklusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dr. Budiarso menjelaskan bahwa literasi keuangan memberikan individu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk membuat keputusan keuangan yang bijak. Sementara itu, inklusi keuangan memberikan akses kepada produk dan layanan keuangan, membantu orang mencapai kebebasan finansial.

Kedua elemen ini sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia karena memungkinkan orang untuk menabung lebih banyak, berinvestasi dengan bijak, dan membuat keputusan keuangan yang lebih baik.

Studi Milieu Insight 2024 menemukan bahwa 43% penduduk Asia Tenggara hanya menyimpan 10% dari pendapatan mereka dan lebih dari setengahnya (54%) tidak aktif menginvestasikan uang mereka, menunjukkan peluang pertumbuhan keuangan dan akumulasi kekayaan yang terlewatkan.

Dr. Budiarso menekankan bahwa literasi keuangan adalah kunci menuju kebebasan finansial. Ia mendefinisikan kebebasan finansial sebagai memiliki kontrol penuh atas keuangan seseorang dan mampu membuat keputusan berdasarkan keinginan dan tujuan daripada kendala keuangan.

Dia juga menyoroti pentingnya literasi keuangan untuk pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia. Dianggap sebagai tulang punggung ekonomi, UKM sering menghadapi tantangan dalam mengakses layanan keuangan, akses pasar yang terbatas, adopsi teknologi rendah, dan kurangnya keterampilan.

Sektor ini menyumbang lebih dari 60% PDB Indonesia dan 15,6% dari ekspor non-migas. Oleh karena itu, meningkatkan literasi keuangan dapat membantu UKM membuat keputusan keuangan yang lebih baik dan mendapatkan pembiayaan yang mereka butuhkan untuk berkembang.

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan literasi keuangan, dengan tujuan mencapai 90% populasi dengan pendidikan keuangan pada tahun 2025. Meskipun ada tantangan seperti kurangnya kesadaran dan akses terhadap produk keuangan di daerah terpencil, Indonesia terus mempromosikan literasi keuangan dan inklusi melalui berbagai inisiatif, termasuk pengembangan strategi literasi keuangan nasional dan pembentukan Tim Tugas Inklusi Keuangan.

Ini adalah langkah kritis mengingat populasi muda Indonesia yang besar, banyak di antaranya bekerja di sektor informal. Meningkatkan literasi keuangan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan sosial, terutama bagi generasi muda. Dengan literasi keuangan yang baik, para pemuda dapat menghindari menjadi generasi sandwich karena masa depan tanpa tabungan.

Dr. Budiarso juga menyoroti pentingnya digitalisasi dalam mempromosikan literasi keuangan dan inklusi. Namun, ia memperingatkan bahwa digitalisasi dapat menciptakan risiko baru jika orang tidak cukup teredukasi tentang cara menggunakan produk dan layanan keuangan digital. Oleh karena itu, digitalisasi harus disertai dengan pendidikan keuangan yang memadai untuk memastikan bahwa orang dapat menggunakan produk dan layanan keuangan digital dengan aman dan efektif, menghindari penyalahgunaan, dan mencapai tujuan keuangan mereka.

Di akhir wawancara, Dr. Budiarso membahas pentingnya keuangan berkelanjutan dan menguraikan beberapa inisiatif pemerintah untuk mencapai tujuan ini. Upaya-upaya ini termasuk bekerja sama dengan berbagai pihak seperti lembaga pemerintah, sektor swasta, LSM, dan organisasi masyarakat.

Pemerintah juga telah meluncurkan inisiatif seperti penerbitan obligasi hijau dan pengembangan taksonomi hijau, yang akan berfungsi sebagai sistem klasifikasi untuk mengidentifikasi investasi yang ramah lingkungan. Upaya-upaya ini bertujuan untuk mendukung transisi Indonesia menuju ekonomi rendah karbon.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini