Alat Ukur Kontraksi Rahim, Inovasi Anak Bangsa Untuk Cegah Kematian Pada Saat Persalinan

Alat Ukur Kontraksi Rahim,  Inovasi Anak Bangsa Untuk Cegah Kematian Pada Saat Persalinan
info gambar utama

Ritech Expo 2017 yang berlangsung di Wisma Negara, Center Point of Indonesia menampilkan begitu banyak karya inovasi anak negeri yang datang dari berbagai bidang dan disiplin ilmu. Salah satu yang menarik, dan untuk pertama kalinya diperkenalkan ke publik adalah hasil inovasi dari beberapa akademimi lintas dispilin ilmu. Tidak tanggung – tanggung, menggabungkan konsep fisika dan ilmu kebidanan. Dr. Suryono, M.Si dari Universitas Diponegoro, Dr. Melyana Nurul W, M.Kes, dan Tecky Afifah SA., M.Tr.Keb dari Politeknik Kesehatan Semarang mennciptakan sebuah alat untuk mendeteksi kontraksi rahim.

Hal yang memicu Suryono dan kedua rekannya menciptakan alat ini adalah sederhana. Angka Kematian Ibu (AKI) pada saat melahirkan di Indonesia masih cukup tinggi, yakni 395 dari setiap 100 ribu kelahiran. Ini adalah hal yang sangat disayangkan, mengingat salah satu penyebabnya adalah penanganan yang kurang efisien serta ketidakmampuan seorang bidan untuk mengambil deduksi apakah sang ibu harus melahirkan normal ataukah tidak. “Kontraksi rahim sangat berpengaruh terhadap keputusan apakah seorang ibu akan melahirkan normal atau tidak. Sayangnya, bidan yang umumnya mendeteksi hal tersebut dengan menggunakan tangan kadangkala terlambat mengambil keputusan,” jelas Tecky Afifah.

Senada dengan hal tersebut, Suryono juga menambahkan bahwa selama ini tidak banyak yang mengetahui bahwa tekanan kontraksi rahim bisa dihitung secara kuantitatif. Hal itulah yang kemudian menyebabkan Dosen Departemen Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro ini tertarik untuk membedah lebih dalam mengenai hal tersebut. Mengajak dua rekannya yang menekuni dunia kebidanan, ketiga orang ini bersama mengolah, mengetes dan menggarap proyek ini dengan visi yang sama, membantu para ibu dan bidan untuk bisa mengurangi resiko kematian akibat persalinan.

Dari kiri ke kanan : Tecky, Suryono dan Melyana
info gambar

Dimulai pada akhir 2015, ketiga ilmuwan ini bahu membahu menciptakan alat ini. Suryono menggawangi laboratorium dengan menggodok ide, sementara Melyana dan Tecky berada dalam bagian pengujian dan pengetesan produk. Kurang lebih 50 kali melakukan pengetesan, produk buatan mereka akhirnya dinyatakan berhasil dan terdesain dengan komplit.

Sistem kerja dari alat ini cukup sederhana. Terdapat tiga elektroda dengan permukan bioelektrik dengan bahan AGCI yang tentunya dipastikan tidak berbahaya dan tidak beracun bagi tubuh manusia, terutama tubuh dang ibu dan bayi yang akan lahir. “listrik yang diserap pun adalah listrik yang berasal dari kontraksi rahim sang ibu. Alat ini tidak menghasilkan listrik sendiri, sehingga dijamin aman untuk sang ibu maupun sang bayi,” jelas Suryono.

Elektroda yang ada mampu untuk membaca kontraksi rahim, lalu menghitung kualitas kontraksi dengan parameter seperi tegangan puncak durasi, interval, frekwensi dominan serta periode antar kontraksi. Sederhananya, alat ini mampu membaca kemungkinan bahwa sang ibu bisa melahirkan dengan proses normal ataukah membutuhkan penanganan lain seperti operasi dan sebagainya. Dengan bantuan alat tersebut, tenaga yang membantu persalinan seperti bidan tidak perlu lagi bersusah payah untuk mengambil deduksi melalui perhitungan kontraksi rahim dengan menggunakan tangan. Mesin yang ada mampu untuk memberikan kalkulasi yang tepat dan sederhana. Dengan demikian, pencegahan dini akan kematian pada saat persalinan bisa terlaksana dengan baik dan tidak memakan waktu yang cukup lama. “waktu yang dibutuhkan oleh seorang perempuan yang akan melahirkan adalah 24 jam, lebih dari itu maka akan berbahaya bagi sang ibu maupun janin,” kata Tecky.

Tecky, Melyana dan Suryono ketika mempresentasikan inovasi mereka di Panggung Outdoor arena pameran Ritech Expo 2017 di Central Point of Indonesia, Makassar, Jumat, 11 Agustus 2017
info gambar

Alat ini sangat bermanfaat dalam ranga pemantauan aktivitas kontraksi rahim baik pada saat hamil maupun melahirkan. Dengan pendeteksian secara dini, segala kemungkinan yang akan terjadi pada saat persalinan bisa diprediksi dengan baik, dan akan meminimalisir resiko persalinan yang ada. Dr. Melyana Nurul, M.Kes turut menjelaskan bahwa alat ini sedang berada dalam proses pengurusan paten. “Jika paten telah terselesaikan, maka kami akan mengurus proses selanjutnya agar bisa diproduksi secara massal,” ungkapnya.

Harapan terbesar dari mereka bertiga adalah dengan adanya alat ini, tingkat kematian ibu akibat persalinan bisa terkurangi. Selain itu, bidan – bidan bisa memiliki standar ukur yang pasti dalam menentukan tingkat kontraksi ketika melakukan persalinan, sehingga kecenderungan untuk terjadinya kesalahan pengambilan keputusan mengenai persalinan seorang ibu bisa terhindarkan. “proyek ini adalah proyek yang bertujuan untuk kemanusiaan, karena itu kami sangat berharap dukungan dari berbagai pihak. Sebab dukungan tersebut adalah dukungan pula untuk kemanusiaan,” tutup Suryono.


*GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini