Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
info gambar utama

Warung Tegal (Warteg) menjadi primadona bagi masyarakat Jabodetabek sejak era 1960-an. Warteg menjadi solusi murah dari warga untuk melepaskan rasa laparnya ketika siang atau malam hari.

Tetapi tidak banyak yang tahu bahwa Warteg muncul karena perang Sultan Agung ke Batavia. Di mana ketika penyerbuaan ke Batavia, Sultan Agung memerintahkan masyarakat Tegal untuk membantu untuk menyediakan makanan murah bagi prajurit Mataram.

Budaya Manten Tebu dan Cara Kami Berterima Kasih Pada Bumi

Saat itu Bupati Tegal, Kyai Rangga meminta agar rakyat mempersiapkan telur asin dan orek tempe sebagai perbekalan. Dua menu tersebut dipilih karena diyakini bisa bertahan cukup lama saat dibawa oleh prajurit.

“Telur asin dan orek tempe itu makanan yang dibawa prajurit Mataram ke Batavia agar awet dan tahan lama,” ujar Koordinator Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni yang dimuat Valid.

Pusat logistik

Dijelaskan oleh H.J de Graaf, pelabuhan Tegal merupakan depot logistik Sultan Agung dalam perang Jayakarta. Tetapi VOC ternyata sudah mengetahui rencana dari Sultan Agung ini karena adanya pengkhianat.

Setelah mendengar info tersebut, kompeni mengirimkan armadanya ke Tegal, di mana perahu-perahu Mataram, rumah-rumah dan gudang-gudang beras bagi tentara Mataram dibakar habis.

Kelenjehan Tarian Topeng Endel Pemikat Hati

“Total kerugian yang diderita Mataram di Tegal sebanyak 4.000 pikul bersama dengan 200 perahu,” tulis J.W.van. Dapperen.

Karena pusat logistiknya dihancurkan kompeni, pasukan Mataram tidak bisa bertahan lama menyerang Batavia. Karena itu sebagian dari mereka memilih untuk mundur, tetapi ada juga yang tetap bertahan.

Tersisa hingga kini

Meskipun akhirnya kalah, menurut Mukroni para prajurit yang kalah justru mulai berjualan di Jakarta dengan dua menu yaitu telur asin dan orek tempe. Hingga akhirnya pada era 1960-an, perantau dari Tegal mulai mencari peruntungan ke Jabodetabek.

Dikatakan olehnya, ciri-ciri peninggalan khas prajurit pun masih kental dalam desain warteg hari ini. Misalnya model warung dua pintu dari Warteg yang menandakan sebuah kepemimpinan dan kedisiplinan.

Mengenal Kereta Joglosemarkerto, Rute hingga Harga Tiket

Hal yang masih bertahan lainnya adalah warna catnya yang berwarna hijau. Hal ini sangat kental dengan warna seorang prajurit. Juga dalam memesan makanan, masyarakat dibiarkan mengambil sendiri atau menunjuk menu yang dikehendaki layaknya di barak.

“Itu desainnya sama semua dan tertata. Itu yang memiliki kedisiplinan hanya keprajuritan,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini