Cerita Menarik dari Mobil-mobil Futuristik Indonesia

Cerita Menarik dari Mobil-mobil Futuristik Indonesia
info gambar utama

Perlombaan mobil hemat energi besutan perusahaan multinasional Shell kembali digelar. Setelah sepuluh tahun, kali ini kompetisi Shell Eco Marathon (SEM) Asia kembali berlangsung di Malaysia.

Sirkuit Sepang menjadi venue bersejarah bagi tim-tim besutan mahasiswa Indonesia dalam usaha menancapkan cakar-cakar prestasi internasionalnya di SEM Asia 2019.

Setelah tahun lalu Sapuangin ITS Team berhasil menjadi wakil Indonesia sekaligus Asia untuk melaju ke babak final Shell Eco Marathon (SEM) Internasional di London, Inggris, tahun ini Indonesia patut berbangga sekali lagi.

Pasalnya, salah satu tim mobil berbahan bakar hidrogen dari Indonesia, Antasena, juga turut meramaikan bursa SEM Drivers World Championship (DWC) 2019 di London pada bulan Juli nanti, mengikuti jejak pendahulunya.

"Membawa nama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Team 5, tahun ini Antasena menjadi satu-satunya wakil Indonesia untuk SEM DWC 2019. Tentunya semua ini tidak terlepas dari dukungan KM ITS, Alumni Teknik Material ITS, Departemen Teknik Material ITS, berbagai sponsor, serta pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Kami mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan dan doanya," ujar Muhammad Arfani Rizki, Relation and Sponsorship Division Antasena.

Saat ditanya tentang rahasia timnya bisa menyabet tiga posisi juara sekaligus di SEM Asia 2019, mahasiswa Departemen Teknik Material ITS angkatan 2016 ini mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang terlalu spesial, karena tim Antasena menggunakan mesin utama fuel cell seperti mobil berbahan hidrogen pada umumnya.

Hanya saja, mereka berhasil mengembangkan komponen yang digunakan agar mendapat hasil terbaik dengan tujuan utama performa dengan penggunaan bahan bakar yang lebih efisien.

Salah satu yang mereka lakukan adalah dengan melakukan riset pada seluruh bagian mobil Antasena, mulai dari body, chassis, hingga kelengkapan kelistrikan dan komponen otomotifnya, agar semakin ringan dan hemat ruang.

Terlebih lagi, Yoga Mugiyo Pratama selaku driver dari mobil hidrogen ini, agaknya berhasil memanfaatkan kesempatan dan timing dalam memacu Antasena untuk melaju dengan performa terbaiknya, sehingga dapat mencapai target yang melebihi ekspektasi tim di tengah tantangan tinggi dan panjangnya tanjakan di sirkuit Sepang, Malaysia.

"Ada tiga penghargaan yang berhasil kami capai di SEM Asia 2019, diantaranya adalah: The Asia Runner Up in Urban Hydrogen, The 2nd Drivers World Championship, dan Most Innovative Hydrogen Fuel Cell Newcomer," imbuh Arfan.

Salah satu penghargaan yang disabet oleh Antasena ITS Team 5
info gambar

Selain Sapuangin dan Antasena, ada lagi mobil futuristik yang turut menjadi kebanggan Indonesia dalam SEM Asia 2019. Sebut saja Nogogeni, mobil listrik dengan mesin yang mereka namai Nogogeni V Evo ini menggunakan Brushless Direct Current (BLDC) Motor berkapasitas daya 1000W yang dimaksimalkan performanya melalui controller.

Menurut General Manager (Ketua) Nogogeni ITS Team, Ahmad Ibad Maulana, "Kurang lebih 90% komponen kami buat sendiri, mulai dari chassis mobil, body mobil, hingga controller yang kami rancang sendiri. Sisanya adalah komponen yang kami beli dari pabrikan, seperti motor listrik."

Serupa dengan Antasena, mobil Nogogeni juga melakukan riset panjang sebelum mengikuti kompetisi di SEM Asia 2019 kali ini.

Dalam tahap persiapan, yang pertama kali mereka lakukan adalah mereduksi massa chassis untuk meringankan berat akhir mobil. Lalu untuk body mobil, Nogogeni menerapkan desain aerodinamis.

Kemudian yang terakhir di penggerak, motor listrik yang mereka gunakan dimaksimalkan melalui programmable controller yang di-mapping sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan mobil.

Mobil yang debutnya dimulai sejak tahun 2011 ini berhasil tampil sebagai The Asia Runner-Up Urban Concept Battery Electric di SEM Asia 2019 setelah menyisihkan puluhan tim-tim Asia.

Dengan pencapaian 169,12 km/KWh, Nogogeni mampu memecahkan rekor kelas listrik di tiga tahun terakhir dari kompetisi SEM Asia.

"Delegasi Indonesia memang selalu paling banyak tiap tahunnya di Shell Eco Marathon Asia (20 tim). Di kelas kami ada 7 tim dari Indonesia termasuk kami, dan kami berhasil menyisihkan 6 tim lainnya. Posisi pertama di kelas kami ditempati oleh Lac Hong University dari Vietnam, dan posisi ketiga ada Bumi Siliwangi Team 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia," ujar Ibad, yang merupakan mahasiswa tahun ketiga di Departemen Teknik Mesin Industri angkatan 2016 ITS Surabaya.

Jika dirangkum secara keseluruhan, melalui laporan dari Holding Team Mobil Riset ITS, ada tiga tim kebanggan Indonesia yang berhasil menduduki podium di SEM Asia 2019, antara lain:
1. ITS Team Sapuangin pada kategori Internal Combustion Engine memperoleh juara 1 Asia dengan pencapaian 395 Km/L (bensin).
2. Nogogeni ITS Team pada kategori Battery Electric memperoleh juara 2 Asia dengan pencapaian 169 Km/KWh (listrik).
3. Antasena ITS Team pada kategori Hydrogen memperoleh juara 2 Asia dengan perolehan 90 Km/m³ (fuel cell - hidrogen).

Wow, ternyata Indonesia jadi salah satu negara pionir lho di antara para inovator otomotif hemat energi kancah internasional.

Jadi, kapan kita bisa benar-benar berdikari teknologi?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini