Ribuan masyarakat Cirebon dan sekitarnya berbondong-bondong menyaksikan arak-arakan tradisi nadran dan sedekah bumi yang digelar di Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Belasan ogoh-ogoh diarak dari komplek makam Sunan Gunung Jati hingga bundaran Krucuk Kota Cirebon.
Ogoh-ogoh atau replika patung raksasa yang diarak dalam satu karnaval jalanan, menjadi bukti ekspresi estetis masyarakat yang secara tradisional bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani.
Nadran dan Sedekah Bumi Gunung Jati, selalu menyedot kehadiran puluhan ribu warga, mereka datang juga dari Indramayu, Majalengka, Kuningan bahkan beberapa daerah di Tegal, Brebes, termasuk Subang dan Karawang. Bahkan para sultan dan raja Nusantara juga turut hadir menyaksikan. Mereka menjadi tamu kehormatan yang menyaksikan langsung tiap mata acara, dari mulai pelarungan sesaji di muara Kali Condong hingga karnaval ogoh-ogoh.
Percampuran
Pada momen ritual, ada nilai-nilai sinkreitisme (percampuran) yang lebih bersifat relijius antara tradisi kuno Hindu, Budha dengan nilai-nilai yang lebih modern (Islam). Fenomena lain ialah percampuran dua kultur yang berbasis pada mata pencaharian masyarakat, ialah bertemunya secara sosiologis nilai-nilai lama pada masyarakat agraris (petani) dan maritim (nelayan).
“Percampuran-percampuran itu melahirkan nilai-nilai filosofis dan spiritual yang menarik pada upacara adat di Gunung Jati,” tutur budayawan Cirebon, Dr. Opan Raffan Hasyim pada Pikiran Rakyat.
“Karnaval ogoh-ogoh itu lebih bersifat hiburan. Yang menarik, dari karnaval itu, kita bisa lihat bagaimana masyarakat pesisir ternyata memiliki darah seni luar biasa. Ogoh-ogoh berupa replika patung, menunjukan bagaimana nilai-nilai artisitik dan estetik pada masyarakat setempat,” tutur filolog asal Desa Mertasinga (Gunung Jati), yang juga masih menjadi bagian dari masyarakat pesisir tersebut.
Ciri terpenting dari karnaval ini ialah bahhwa replika-replika itu sebagai bentuk ekspresi artistik masyarakat pesisir yang juga tidak jauh-jauh dari kesadaran mistis terhadap simbol-simbol yang memiliki daya magis spiritualitas pesisir. Dari tahun ke tahun, simbol-simbol seperti naga, harimau, semar, dewa-dewa, menjadi ide yang menjadi dasar kreasi pembuatan replika patung, termasuk juga hewan-hewan laut seperti udang, ikan dan sejenisnya.
Pada karnaval ogoh-ogoh Sabtu pekan lalu, diikuti sedikitnya 150 replika patung dengan motif yang sangat beragam.
Menurut laporan Radar Cirebon dan Pikiran Rakyat, Festival Budaya Cirebon Nadran dan Sedekah Bumi Gunungjati resmi masuk kalender event nasional Kementerian Pariwisata RI dan event-nya djual sebagai paket wisata budaya oleh Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI).
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News