Kebutuhan akan energi tiap harinya semakin bertambah, hal tersebut banyak dipengaruhi oleh kemajuan peradaban seperti teknologi dan industri. Sebagai salah satu kebutuhan mendasar, penggunaannya tak pernah lepas dari kehidupan manusia sehingga inovasi pun terus dilakukan pada pengelolaannya.
Energi terbarukan merupakan salah satu pilihan untuk memberi asupan pada kebutuhan energi. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki letak geografis menguntungkan dengan berbagai kondisi alam yang potensial untuk menghasilkan energi terbarukan.
Pemakaian energi terbarukan tersebut pun telah menjadi salah satu program pemerintah yang tertera dalam kebijakan energi nasional pada 2014, tepatnya pada PP No. 79. Tertulis bahwa pemerintah telah menargetkan pemanfaatannya hingga 23 persen pada tahun 2025.
Jenis-jenis sumber energi terbarukan
Berbagai sumber yang dapat diolah menjadi energi terbarukan sebenarnya telah tersedia di alam di antaranya lewat panas bumi, air, angin, bio-energi dan matahari. Kampanye terkait pentingnya pengetahuan terkait hal tersebut juga telah banyak dilakukan. Pada Selasa, 17 September 2019 telah diluncurkan hasil survei tentang Persepsi Publik Mengenai Energi Terbarukan yang dilakukan oleh Coaction Indonesia bersama Change.org.
Dari survey yang dilakukan pada 96.651 responden, ada tiga sumber energi terbarukan yang dipilih para responden yaitu matahari, bio energi dan angin. Salah satu pemanfaatan sumber-sumber tersebut sebenarnya dapat ditemukan dalam kesehariaan, dan yang paling dekat adalah energi listrik.

Matahari menjadi sumber dengan pilihan terbanyak yaitu 23,8 persen. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan salah satu cara menghasilkan listrik dari cahaya matahari. Penggunaan sumber daya ini sebenernya dapat mengurangi ketergantungan masyarakat pada Perusahaan Listrik Negara (PLN), sehingga ketika gangguan terjadi masyarakat tetap dapat beraktivitas.
Salah satu kota yang telah banyak memanfaatkan sumber energi tersebut adalah Surabaya. Sejak 2016 kota tersebut telah banyak memanfaatkan PLTS sebagai sumber energi bagi fasilitas publik, seperti lampu lalu lintas, penerangan jalan umum, rumah pompa, terminal Purabaya, sekolah hingga kantor instansi pelayanan publik.

Pilihan kedua responden adalah bio-energi dengan hasil 22,4 persen. Energi ini berasal dari biomassa yang merupakan energi terbarukan dari hasil kandungan organik yang terdapat pada hewan atau tumbuhan. Berbagai pengembangan dilakukan sehingga kita dapat menemukan bio-energi dalam bentuk moderen. Beberapa bentuk bioenergi modern tersebut diantaranya adalah biodiesel, bioethanol, Pure Vegetable Oil (PPO)/ Straght Vegetable Oil (SVO), biogas dan biosyngas.
Biogas merupakan salah satu bio-energi yang paling dikenal di Indonesia. Penerapannya juga telah banyak dilakukan. Sanan merupakan salah satu desa di Malang yang telah ikut memproduksi bio-gas. Tidak hanya memiliki industri kripik tempe, kampung tersebut juga memiliki jumlah ternak sapi dengan jumlah tak sedikit.
Hal tersebut akhirnya dimanfaatkan warga sekitar dengan melakukan pengolahan limbah kotoran sapi menjadi bio-gas. Program tersebut dilakukan dengan bantuan Universitas Brawijaya dalam Program Doctor Mengabdi pada 2018.

Pilihan ketiga para responden jatuh pada angin dengan presentase 19,7 persen. Pemanfaatan angin di Indonesia telah dilakukan lewat Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di kabupaten Sidrap dan Jeneponto, Sulawesi Selatan. Pada 2018 energi yang dihasilkan dari kincir angin atau Wind Turbin Generator (WTG) itu pun telah resmi masuk sistem kelistrikan Sulawesi Selatan.
Sumber: cnbcindonesia.com | goodnewsfromindonesia.id | rimbakita.com | kompas.com
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News