Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sedang membangun observatorium nasional di Timau, Amfoang, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Menariknya, wilayah tempat observatorium ini nantinya akan jadi destinasi Taman Nasional Langit Gelap pertama di Indonesia.
Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan observatorium nasional di Timau akan menggantikan observatorium Bosscha di Lembang, Bandung, Jawa Barat.
"Dari tahun 1923 sampai dengan 1970an observatorium Bosscha masih berfungsi baik. Pada 1980an kota Bandung sudah semakin terang, polusi cahayanya sudah terlalu tinggi. Jadi untuk memotret galaksi dan objek yang redup sudah sangat sulit," tutur Djamal.
Maka, pada sekitar tahun 2011, tim astronom dari Institut Teknologi Bandung melakukan survei di seluruh Indonesia untuk mencari lokasi yang cocok dijadikan tempat observatorium baru. Pilihan akhirnya jatuh di sekitar lereng gunung Timau, NTT.
Yang istimewa, disebutkan Djamal bahwa observatorium di Timau ini akan menjadi rumah bagi teleskop terbesar di Asia Tenggara, dengan diameter 3,8 meter. Keberadaan observatorium nasional Timau, bisa menyumbang perkembangan sains dan teknologi antariksa di Indonesia. Selain itu, observatorium Timau juga akan mampu menjadi daya tarik wisatawan karena menjadi observatorium terbesar di Asia Tenggara.
Masih menurut Djamal, dari wilayah Gn Timau ini, susunan tata surya bisa dilihat dari berbagai penjuru, baik sisi utara maupun selatan sehingga akan memiliki daya tarik tersendiri bagi para peneliti dunia untuk melakukan penelitian. Kabag Humas Setda Kabupaten Kupang Stefanus Baha menambahkan bahwa observatorium nasional di pegunungan Timau dengan segala kondisi nya tidak dimiliki Observatorium di negara lain.
Observatorium yang dimiliki Australia, misalnya, hanya dapat melihat tata surya dari bagian selatan, sedang Observatorium Jepang dan Amerika hanya melihat tata suria dari bagian utara saja.
"Kalau Observatorium di pegunungan Timau bisa melihat tata surya dari bagian utara maupun selatan. Kelebihan itulah yang mendorong LAPAN untuk membangun Observatorium di sana," ujarnya.
Ditambahkannya, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur membangun jalan sepanjang 40 kilometer menuju ke kawasan obsevatorium terbesar di Asia Tenggara di Gunung Timau. dengan dibangunnya jalan tersebut, maka akses jalan menuju ke kawasan observatorium yang dibangun oleh Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) sudah bisa dilalui tanpa ada jalan yang rusak.
Kawasan Gunung Timau yang terletak sekitar 65 kilometer arah timur laut Kupang ini memiliki topografis yang bergelombang dan terjal, dengan bentangan kawasan hutan mulai dari ketinggian 200 meter di atas permukaan laut dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, seperti hutan Eucalyptus urophylla dan hutan semi awet hijau.
Pada daerah yang lebih rendah ditutupi oleh hutan savana yang ditumbuhi oleh Eucalyptus alba, Casuarina junghuhniana, dan regenerasi hutan semi-luruh daun.
Kawasan ini mencakup hutan dataran rendah yang terbaik dan terluas di Pulau Timor bagian barat, Nusa Tenggara Timur.
Kawasan pegunungan Timau seluas sekitar 15.000 hektare itu, berada pada titik koordinat 09'-34' LS 123-51' BT dengan ketinggian 500 - 1.774 meter di atas permukaan laut.
Sebelumnya, GNFI pernah menulis mengapa Gn Timau menjadi lokasi yang sangat menarik. Simak tulisannya berikut ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News