Upaya Berkelanjutan Pemerintah dan Pelaku Industri MICE di Tengah Wabah Covid-19

Upaya Berkelanjutan Pemerintah dan Pelaku Industri MICE di Tengah Wabah Covid-19
info gambar utama

Kawan GNFI, tak bisa dimungkiri jika wabah Corona (Covid-19) memengaruhi pergerakan para pelaku industri. Salah satunya industri Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran, atau lazim dikenal dengan MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition).

Para pelaku usaha menyebut pembatalan event MICE mencapai hampir 50 persen di kuartal pertama (Q1) 2020.

Ketua Asosiasi Kongres dan Konvensi Internasional (International Congress and Convention Association/ICCA) Indonesia, Raty Ning, mengatakan bahwa pada 2018 industri MICE Indonesia cukup bergairah.

Terlebih saat itu Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan tahunan IMF-World Bank di Bali yang dihadiri sekitar 30.000 peserta dari banyak negara.

Belum lagi di tahun yang sama ada program pemerintah terkait empat objek wisata Bali Baru (Danau Toba, Bromo, Mandalika, dan Labuan Bajo) guna menggenjot devisa wisata. Lain lagi dengan hadirnya konser musik, pameran otomotif, pameran teknologi, pameran furnitur, dll.

Sementara pada 2019 yang merupakan tahun Pemilu dan pemilihan presiden (Pilpres), banyak pengusaha yang menunggu dan melihat perkembangan, sambil melakukan strategi.

Sayangnya, strategi yang diatur dan dirancang pada 2019 yang sejatinya akan diterapkan pada 2020 harus gagal total karena pandemi Corona.

"Di 2020 ini sebetulnya kalau tidak ada virus Corona kita bisa take off (lepas landas), karena sebetulnya dari segi tempat (venue gedung) kita sudah siap, infrastrukturnya ada, penerbangan juga banyak," terang Raty awal Februari 2020, saat konferensi pers soal penyelenggaraaan ICCA Indonesia Forum 2020.

Sementara, pengelola gedung pertemuan seperti JIExpo di Kemayoran, Jakarta Pusat, mengakui terjadinya sejumlah pembatalan atau pengunduran waktu penyelenggaraan pameran terkait wabah ini.

Ralph Scheunemann, Deputi Chair & Official Venue JIExpo, mengatakan bahwa sebagian besar pameran yang digelar di JIExpo merupakan pameran business-to-business (B2B). Pesertanya didominasi oleh pengusaha lokal namun pembelinya datang dari mancanegara.

Lihat saja pameran otomotif seperti Indonesia International Motor Show (IIMS) dan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) regional Surabaya yang batal digelar.

"… Sampai Mei kami mengalami penundaan atau pembatalan sampai hampir 50 persen," ungkapnya.

Nantinya, sambung Ralph, pameran-pameran yang ditunda itu akan dicarikan tanggal pengganti yang sesuai pada Semester II 2020 (Juli-Desember).

Pun jika para promotor tetap menjalankan pamerannya, Ralph tak menjamin bahwa pada Semester II nanti akan terisi semua. Ia juga memprediksi bakal ada penurunan pendapatan dari penyewaan venue sebesar 20 persen.

Sementara Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (events) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Rizki Handayani, mengatakan bahwa saat ini akibat dampak wabah industri pariwisata pun sedang sakit.

Saat ini, jelasnya, pemerintah tengah menggodok insentif yang akan diberikan pada sektor pariwisata dan industri MICE lainnya.

Pendapatan Agen Travel Terjun Bebas

ASTINDO yang merupakan asosiasi agen travel Indonesia mengungkapkan adanya pengembalian dana (refund) besar-besaran terkait wabah ini. Hal itu terjadi sejak akhir Januari 2020.

Banyak konsumen yang melakukan pembatalan tiket pesawat untuk perjalanan ke luar negeri maupun domestik karena meluasnya wabah virus Corona di tempat tujuan.

Ilustrasi resort | Shutterstock
info gambar

Sekjen Astindo, Pauline Suharno, menyebut bahwa akibat dampak refund tersebut perjalanan internasional dan domestik yang dibatalkan mencapai 80 persen. Dengan kondisi ini, sambungnya, pelaku agen pelaku travel mesti putar untuk melancarkan operasionalnya.

Sementara pelaku industri pariwisata, semisal hotel, pun terkena dampaknya. Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Seluruh Indonesia (PHRI), Maulana Yusran, mengatakan bahwa saat ini sudah kurang lebih 1.200 hotel tutup lantaran terhantam efek pandemi Corona.

Jumlah tersebut menurutnya akan terus bertambah jika pandemi mematikan ini tetap berlangsung berkepanjangan.

"Dampaknya ini dirasakan oleh hotel di semua daerah karena memang enggak ada tamu. Ada pun hanya sedikit," ujar Maulana pada Tempo.co.

Dampak dan Strategi

Dampak wabah ini terhadap industri MICE tentu membuat para penyelenggara putar otak untuk menyusun strategi baru. Beberapa di antaranya ada yang menunggu langkah cepat pemerintah guna merespons dampak sosial ekonomi ini.

Bahkan Agus Riyanto, Founder Pasar Jongkok Otomotif (PARJO) yang rutin menyelenggarakan gelaran eksibisi berbasis industri kreatif dan kustom kultur otomotif mengatakan, bahwa puncak pandemi bakal merusak peradaban sebuah penyelenggaraan event.

''Bisa jadi, karena kita nggak pernah tahu sampai kapan wabah ini usai. Pantauan grafik pemerintah seberapa besar? kebijakan yang ada justru menjadi tanda tanya besar masyarakat, bagaimana sistemnya, prosesnya, dll," ujarnya pada GNFI, Rabu (8/4).

Jika menurut beberapa kalangan pandemi ini akan berakhir Juni 2020, Gusno--sapaan akrab Agus--justru sedikit menyangsikan hal tersebut. Artinya, ia tak sepakat dengan prediksi Ralph yang menyebut bahwa Semester II akan jadi kebangkitan industri pameran pasca pandemi.

Belum lagi soal kesembuhan ekonomi (economy recovery) bagi para pelaku usaha dan masyarakat pada umumnya. Waktunya tak bisa sebentar.

Lantas, bagaimana strategi Parjo agar terus eksis di tengah pandemi ini?

Gusno menjabarkan ada beberapa strategi dan upaya yang bakal ia ramu bersama timnya di PT Sebelas Kawan Parjo.

Sekadar info, Sebelas Kawan Parjo merupakan bagian dari unit usaha grup besar (holding company) industri pameran di Indonesia, yakni PT Amara Pameran Indonesia (API).

API memiliki sebelas unit usaha yang di antaranya merupakan penyelenggara Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show/GIIAS, Gaikindo Indonesia Commercial Vehicle Indonesia/Gicomvec, I See Fest, Indonesia Motor Show/IMoS, Indonesia Commercial Technology/Indocomtech, OutFest, Hospitality Indonesia, dan masih banyak lagi.

Gusno memapar, Parjo diuntungkan dengan kekuatan sosial komunikasi komunitas pada sub-kultur industri kustom secara digital.

Karena sejak 2019, Parjo mengubah cara pandang atas pamerannya, yakni dengan menggaungkan ''Indonesia Creative Movement'' yang bermakna pergerakan insan-insan kreatif Indonesia, baik secara online maupun offline.

Dari sana, sambungnya, Parjo memiliki ekosistem yang cukup kuat. Intensitas hubungan antar-komunitas maupun dengan pihak jenama (brand), membuat Parjo dapat melakukan pergerakan apapun. Salah satunya kampanye atau aktivitas pameran berbasis digital.

Dengan bekal kekuatan media sosial dan komunikasi, Gusno telah merancang pameran berbasis digital (online exhibition) di tengah pesimisnya pameran offline.

"Sudah dipikirkan, dan sudah kita ramu juga bersama tim," tegasnya.

Para peserta pameran Parjo akan memulai cara baru di tengah pandemi dengan konsep baru ini. Diharapkan konsep ini dapat berjalan dengan lancar sesuai harapan. Dalam pameran digitalnya nanti, Parjo bakal menyuguhkan produk-produk kolaboratif dengan beberapa pihak yang telah sepakat.

Meski begitu, masih ada rasa pesimistis ketika melihat sosial ekonomi masyarakat yang terdampak pada pandemi ini.

Karenanya, beberapa elemen pameran digital ini dikemas dengan konsep Corporate Sosial Responsibility (CSR), yang bisa jadi nanti hasilnya bakal didonasikan kepada kaum tak berpunya, atau yang terdampak secara sosial ekonomi akibat wabah ini.

Empati Gusno boleh jadi beralasan, karena data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat sudah sebanyak 1,2 juta pekerja telah dirumahkan dan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Berdasarkan data Kemnaker per 7 April 2020, terdapat 39.977 perusahaan yang melakukan PHK dan merumahkan 1.010.579 karyawan. Rincinya, sebanyak 873.090 pekerja dari 17.224 perusahaan yang harus dirumahkan dan 137.489 pekerja dari 22.753 perusahaan yang terkena PHK.

Sementara jumlah perusahaan dan tenaga kerja terdampak di sektor informal sebanyak 34.453 perusahaan dengan jumlah pekerjanya sebanyak 189.452 orang.

Lain Gusno, lain pula apa yang akan dilakukan Dante Irwansyah, Founder Fanfare Indonesia. Fanfare merupakan unit usaha berbasis EO yang telah mengembangkan sayapnya sejak 2015 melalui ''Indonesia Greaser Party''.

Seiring berjalannya tahun, Fanfare berubah menjadi event organizer (EO) skala besar dengan klien/pelanggan dari jenama-jenama besar, seperti bank, perusahaan pembiayaan, kementerian, dan masih banyak lagi.

Tentunya dampak pandemi ini berpengaruh besar bagi Fanfare, yang belakang rutin menggarap aktivitas luar ruangan, seperti fun run, gathering, dsb.

Dante menjabarkan bahwa dalam situasi yang cukup genting bagi industri MICE ini sudah tak terhitung perusahaan EO yang gulung tikar.

Ada yang menutup kantor secara permanen hingga pandemi usai, atau ada yang menutup sementara kantor dengan memberikan gaji setengah dari biasanya dan mengefisienkan karyawan.

Lakon terakhirlah yang dilakukan Fanfare saat ini. Demikian pengakuannya pada GNFI, Rabu (8/4).

Bukan tanpa alasan Dante melakukan hal tersebut, karena ia memikirkan bahwa nafas perusahaan harus tetap panjang hingga akhir tahun. Bahkan ia mengatakan bahwa pada Semester I 2020, ia telah menyiapkan empat event yang siap jalan, delapan event lainnya sedang dalam proses finalisasi.

Namun semuanya tak berjalan sesuai rencana. Hanya pada periode Januari-Februari saja yang berjalan lancar.

Sekarang yang dilakukannya adalah merancang segala konsep pasca pandemi dan tahun depan (2021). Berbeda dengan Gusno, Dante optimistis jika tahun depan Industri MICE akan kembali menggeliat.

Apa yang ada di benak Dante bisa jadi serupa dengan rasa optimis Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (ASPERAPI), Hosea Andreas Runkat.

Dalam kondisi ini, ia mengajak para pelaku industri MICE khususnya pameran untuk bergerak bersama di tengah kondisi yang terpuruk akibat wabah virus corona.

Hosea optimistis bahwa pergantian struktur di Kemparekraf yang terjadi pada pada 2020 akan sedikit membawa perubahan.

"Berpikir positif saja dengan kerjasama antara pemerintah dan ASPERAPI bisa membangkitkan kembali industri pameran atau industri MICE dan menjadi raja di Indonesia," harapnya dalam Kompas.com.

Industri Manufaktur Terdampak

Sebagai salah satu peserta pameran, industri manufaktur juga mengalami dampak akibat pandemi ini. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengaku pasrah bila harus menerima risiko buruk yang ditimbulkan dari efek wabah ini atas penjualan mobil di dalam negeri.

Yohannes Nangoi, Ketua Umum Gaikindo mengatakan bahwa para anggota Gaikindo harus menerima jika penjualan mobil pada semester I menurun drastis dari target. Nangoi pun berujar bahwa itu menjadi salah risiko bisnis dan kosekuensi masing-masing jenama.

Sebelum wabah menyerang, Gaikindo menargetkan penjualan mobil di dalam negeri sebesar 1,05 juta unit atau kira-kira serupa dengan tahun lalu. Namun selama dua bulan diawal tahun ini gejala penekanan penjualan pun sudah mulai tampak, seiring dengan isu wabah di Tiongkok.

Pada Januari, penjualan tercatat hanya 80.424 unit, sementara Februari lebih para lagi, hanya menyentuh angka 79.572 unit. Mirisya, beberapa manufaktur pun memutuskan untuk menyetop produksi dan merumahkan karyawan pabrik.

Dampak lainnya adalah terkait prosesi peluncuran kendaraan baru. Karena kendaraan telah siap dan pihak agen pemegang merek (APM) telah merancang jadwal peluncuran.

Maka ada beberapa jenama yang menerapkan konsep peluncuran kendaraan secara live streaming atau virtual. Cara ini dinilai efektif untuk menghindari keramaian yang berpotensi menjadi rantai penyebaran virus.

"Dampak penjualan ya kami sudah prediksi bagaimana tahun ini. Anda bisa bayangkan, orang ke mal saja berkurang, belanja semakin minim. Apalagi ini beli kendaraan yang bukan serupiah dua rupiah," kata Nangoi mengutip CNN Indonesia (20/3).

Pameran otomotif GIIAS yang rutin dilakukan setahun sekali pada periode Agustus | Shutterstock
info gambar

Namun terkait dampak ini terhadap industri manufaktur, pemerintah bergerak cepat dengan membebaskan bea impor bahan baku untuk 19 sektor industri.

Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang, mengatakan bahwa ada insentif yang bakal diberikan untuk mengurangi ganggguan produksi atau distribusi produk industri manufaktur.

Apalagi Tiongkok yang merupakan sumber wabah menjadi pemasok bahan baku sekira 30 persen bagi industri manufaktur nasional.

Terganggunya pengiriman barang dari Tiongkok membuat pabrik-pabrik di Tanah Air harus berlomba mencari sumber pasokan bahan baku dari negara lain.

Beberapa di antara sektor yang mendapatkan insentif adalah sektor industri bahan kimia, industri peralatan listrik, industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer, industri farmasi, industri logam dasar, industri alat angkutan lainnya, dan masih banyak lagi.

Saluran Komunikasi dengan Pemerintah

Kemenparekraf saat ini membuka jalur pengaduan bagi pelaku industri ekonomi kreatif dan pariwisata yang usahanya terdampak wabah.

Kebijakan itu tertuang dalam Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang tindak lanjut imbauan pencegahan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

"Termasuk juga melaporkan potensi kerugian serta dampak kesehatan dan finansial yang menimpa tenaga kerja masing-masing," kata Menparekraf, Wishnutama Kusubandio (4/4).

Dalam surat edaran itu, Wishnutama meminta pelaku industri melalui asosiasi melaporkan perkembangan pelaksanaan antisipasi dan penanganan dampak pandemi di sektor masing-masing secara berkala.

Laporan itu kemudian disampaikan kepada Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di daerah dan kementeriannya, melalui Ketua Manajemen Krisis Kepariwisataan.

UMKM industri kepariwisataan di kampung Sade, Lombok, NTB | Shutterstock
info gambar

Kemenparekraf sebelumnya juga telah mengaktifkan Pusat Krisis Terintegrasi. Harapannya agar dapat menjadi jalur komunikasi dan edukasi antara pemerintah dan pelaku usaha serta masyarakat untuk menekan dampak pandemi bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Pusat Krisis Terintegrasi itu akan melakukan pendataan informasi industri terkait yang terdampak wabah di seluruh daerah.

Lewat kantong layanan itu, para pelaku dapat mengikuti forum daring (online) untuk menyampaikan masukan agar dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam menyusun kebijakan serta langkah selanjutnya.

---

Sumber: Sindonews.com | Katadata.co.id | Kompas.com | Tempo.co | Kumparan.com | CNN Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mustafa Iman lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mustafa Iman.

Terima kasih telah membaca sampai di sini