Kapur Barus Pengawet Fir’aun Ternyata dari Indonesia

Kapur Barus Pengawet Fir’aun Ternyata dari Indonesia
info gambar utama

Jika Tana Toraja, Indonesia punya Ritual Ma’nene, maka Mesir punya ritual pengawetan Mumi yang harus dipelihara agar. Ini adalah warisan leluhur Mesir Kuno yang harus dipertahankan. Sekilas, dua ritual tersebut sama-sama memperlakukan seseorang yang sudah meninggal, lalu diawetkan.

Hanya saja warisan Mesir memilih orang-orang tertentu saja yang akan diawetkan. Mumi Fir'aun menjadi salah satu warisan Mesir kuno yang paling terkenal. Orang Mesir percaya bahwa badan adalah tempat seseorang yang sangat penting dalam masa setelah hidup.

Sehingga tidak heran beberapa mayat yang diawetkan identik dengan tokoh atau jasad raja-raja Mesir terdahulu.

Jika Kawan GNFI lebih mengenal cara pengawetan yang sering dilakukan di Mesir adalah proses pembalseman, sebenarnya pada masa tertentu mereka juga menggunakan kapur barus sebagai pengawet alami mayat.

Dan setelah ditelusuri, ternyata kapur barus yang digunakan pada mumi Fir'aun berasal dari Indonesia. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan hanya Indonesia yang memiliki kapur barus alami yang pada masa terdahulu tersebar di seluruh dunia.

Menyusuri Perjalanan Kapur Barus ke Seluruh Dunia

Pohon Kapur Barus
info gambar

J. Fachruddin Daulay, salah satu staf pengajar Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, dalam artikel penelitiannya yang berjudul Bandar Barus dalam Catatan Sejarah mengungkapkan, daerah Barus di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, pernah termahsyur di seluruh dunia.

Alasannya adalah daerah ini merupakan bandar dagang pengekspor hasil kapur barus terbesar yang banyak diminati pasar dunia.

Ya, penamaan kapur barus memang diambil dari daerah tempat kapur ini berasal, yaitu wilayah Barus.

Kapur barus berasal dari cairan yang dikeringkan hasil ekstraksi pohon kamper dengan nama latin Cinnamomum camphora. Itulah sebabnya kapur barus juga kerap dikenal sebagai kamper.

Di Sumatera sendiri kapur barus dikenal juga dengan sebutan haburuan atau kaberun. Hanya saja penamaan kapur barus lebih mudah dikenal oleh banyak orang sampai era modern seperti sekarang.

Letak wilayah Barus sejak awal tahun Masehi, dijelaskan Fachruddin, memang menjadi tempat berkumpulnya saudagar-saudagar dari luar Nusantara.

Dalam buku berjudul Geographike Hyphegesis (160 Masehi) seperti yang dikutip Kumparan, menyebutkan bahwa sebenarnya bukan bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Barus. Melainkan pedagang-pedagang China, India, dan Arab sudah memiliki hubungan dagang dengan pelabuhan Barus.

Buku kitab ilmu bumi karangan Ptolomeus tersebut juga menyebutkan bahwa hubungan dagang yang terjalin atas tiga negara tersebut, menjadi keterangan bahwa Mesir seolah memperpanjang hubungan dagang komoditas berharga ini.

Sehingga hampir bisa dipastikan bahwa kapur barus ini punya kesempatan sampai di Mesir dan digunakan untuk mengawetkan mumi Fir’aun dan raja-raja Mesir. Tidak heran kalau mereka harus membayar mahal untuk mendapatkan komoditas ini. Mengingat sulit dan jauhnya lokasi kapur barus terbaik yang harus mengarungi perjalanan dari Barus, China, Arab, sampai ke Mesir.

Lagipula, Ptolomeus juga menuliskan, seperti yang dijelaskan oleh Fachruddin bahwa, komoditas ini hanya dapat ditemui di wilayah Barus. Itulah sebabnya nilai komoditas ini sangat tinggi.

Komoditas Mahal yang Langka

Kapur Barus Langka
info gambar

Sejak ribuan tahun lalu, getah yang mengkristal dari pohon kapur itu sudah menjadi komoditas yang paling banyak dicari. Hal ini tercatat dalam buku tertua ilmu kedokteran yang ditulis dalam bahasa Persia pada abad ke-19 M.

Salah satu khasiatnya adalah untuk menghentikan mimisan dengan dicampur air kurma hijau dan kemangi. Dalam kadar tertentu, kapur barus juga dapat diminum untuk mengobati gangguan asam lambung, usus halus, dan usus besar.

Sayangnya, komoditas berharga ini sudah mulai langka bahkan diambang kepunahan. Ini karena penebangan yang tidak terkendali sehingga pohon-pohon yang mengandung kristal kapur mati. Padahal tidak semua pohon memiliki kadar kristal yang sama.

Mengutip detikX, di Singapura, satu botol kecil berisi 6 milimeter cairan aroma terapi dengan kandungan kamper alami bisa dijual sampai Rp500 ribu. Di pasar internasional, bentuk kristal dengan konsentrasi 98 persen bisa dijual sampai Rp100 juta.

Sebenarnya China punya jenis pohon kapur sendiri. Namun mereka mengaku bahwa kapur asli Sumatera memiliki kualitas yang lebih baik dengan aroma yang lebih kuat. Mengetahui kualitas tersebut, tercatat China sudah mengimpor kamper dari Sumatera sedikitnya 400 kilogram. Catatan ini hanya untuk transaksi dari 1839 sampai 1844.

Produk kapur barus dan kamper yang diketahui oleh Kawan GNFI sekarang ini bukanlah kapur barus alami, melainkan produk sintesis yang diolah secara modern dan hanya mengandung bahan-bahan kimia dengan mengadopsi sifat alami dari kapur barus.

Marco Polo Terkesima dengan Kapur Barus

Marco Polo di Sumatera
info gambar

Usianya baru beranjak 17 tahun ketika ia pertama kali mengikuti ayah dan pamannya menjelajah ke seluruh dunia. Setelah perjalanan panjang, sekitar tahun 1271, ia menghentakan kakinya pertama kali ke China dan tinggal di sana selama kurang lebih 20 tahun.

Baru pada tahun 1292, Marco Polo dewasa beserta ayah dan pamannya menumpang armada kapal Mongol untuk menuju ke wilayah Levant yang merupakan wilayah Mediterania Timur atau wilayah besar di Asia Barat. Kini wilayah Levant meliputi Lebanon, Suriah, Yordania, Israel, dan Palestina.

Dalam perjalanannya itulah Marco Polo sempat singgah di bagian utara Sumatera. Hanya lima bulan memang ia di wilayah kekuasan Kerajaan Samudera Pasai itu. Selama di sana, Marco Polo sempat singgah di beberapa daerah, salah satunya Barus.

Tak ada yang percaya memang jikalau Marco Polo tak pernah menuliskan pengalaman perjalanan panjangnya. Ia tetap produktif menceritakan perjalanannya meski saat dia di penjara karena Venesia di bawah kepemimpinannya kalah telak dari serdadu Genoa.

Rustichello of Pisa adalah kawan sekaligus orang yang juga membantu Marco Polo menuliskan dan menerjemahkan kisahnya ke dalam Bahasa Perancis Tua.

Pada saat itulah ia mengungkapkan hal-hal luar biasa yang ia temui di Sumatera, yang kala itu ia menyebutnya dengan ‘’Jawa Kecil’’. Dimulai dari ritual kanibalisme, orang kerdil, sampai kapur yang ia temukan di daerah Barus.

Marco Polo akhirnya menyadari betapa beruntungnya dia mengetahui salah salah satu komoditas berharga di dunia. Ia tahu bahwa kapur itu sangat terkenal dan merupakan yang terbaik di dunia. Dia menaksir bahwa komoditas kristal putih itu harganya bisa setara dengan menjual sebuah logam mulia yang mahal dan berharga.

--

Sumber: Bandar Barus dalam Catatan Sejarah (J. Fachruddin Daulay, 2015) | Merdeka.com | Phinemo.com | Kumparan.com | detikX | Bobo | Wikipedia

--

Baca Juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini