Sejarah Hari Ini (18 Juli 1946) - Perjuangan Frans Kaisiepo Lewat Nama "Irian"

Sejarah Hari Ini (18 Juli 1946) - Perjuangan Frans Kaisiepo Lewat Nama "Irian"
info gambar utama

Papua yang kini kita kenal sempat menyandang nama "Irian".

Nama tersebut dicetuskan oleh pahlawan nasional Indonesia, Frans Kaisiepo, ketika berunding dengan pihak Belanda.

Frans Kaisiepo menyebutkan nama "Irian" saat ia menghadiri Konferensi Malino di kota Malino, Sulawesi Selatan, yang berlangsung pada 15 Juli - 25 Juli 1946.

Van Mook memimpin Konferensi Malino pada 16 Juli 1946.
info gambar

Konferensi Malino sendiri digagas oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hubertus van Mook untuk membahas rencana pembentukan negara-negara bagian yang berbentuk federasi di Indonesia serta rencana pembentukan negara yang meliputi daerah-daerah di Indonesia bagian Timur.

Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah dari Kalimantan (Borneo) dan Timur Besar (De Groote Oost).

Dalam kesempatan itu Frans Kaisiepo merupakan perwakilan dari Papua Barat yang ditunjuk oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

Sebelum berangkat ke Konferensi Malino, Frans telah diberik bekal berupa pikiran-pikiran yang mengandung kemerdekaan Republik Indonesia oleh teman-temannya.

Salah satu 'bekal yang ia bawa ialah mengganti nama "Papua" dengan nama "Irian".

Pada 18 Juli 1947, Frans pun mendapatkan kesempatan untuk menyuarakan usulannya tersebut yang ternyata membuat terkejut pihak Belanda.

Bagaimana tidak terkejut? Karena Irian merupakan singkatan dari "Ikut Republik Indonesia Anti Nederlands (Belanda)" di mana itu berarti sebuah perlawanan darinya.

Sebenarnya nama "Irian" sudah disebutkan Kaisiepo lewat tulisannya di majalah Penjuluh yang beredar di Brisbane, Australia.

Frans Kaisiepo muda.
info gambar

"Pada waktu itu saya menulis artikel tentang nama Irian di majalah Penjuluh, yang kemudian diterbitkan di Brisbane. Saya berharap bahwa semua orang Papua yang berada di Indonesia pada saat itu sangat senang dengan nama itu. Di Manado dan Ambon mereka semua berkata, 'Itu saja'. Sebagian besar dari mereka kemudian kembali. Sayangnya, ada juga beberapa yang tertinggal," terang Kaisiepo dikutip GNFI dari surat kabar Nieuw Guinea Koerier yang terbit pada 16 Oktober 1961.

Ada pun nama Irian memiliki makna lain yakni panas yang berasal dari bahasa Biak.

Biasanya, pelaut Biak yang hendak menuju Pulau Papua selalu mengharapkan panas matahari untuk melenyapkan kabut yang menyelebungi daratan.

''Berarti di sini bahwa Irian juga, yaitu cahaya yang mengusir kegelapan,'' tulis Kaisiepo dalam risalahnya.

Pidato Frans Kaisiepo selama sejam lima menit pada konferensi itu kemudian disampaikan pada malam harinya oleh Radio Makassar (saat itu bernama Ujung Pandang).

Sayangnya usulan Frans Kaisiepo tidak mendapatkan dukungan dari Belanda dan wakil-wakil Indonesia.

Gubernur Irian Barat, Frans Kaisiepo, saat menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Indonesia, Adam Malik, pada Agustus 1966.
info gambar

Meskipun begitu pada tahun 1963, nama " Irian" kemudian dipakai setelah Kerajaan Belanda mengembalikan wilayah ini ke Indonesia.

Saat itu namanya ialah Provinsi Irian Barat.

Setahun kemudian, Frans Kaisiepo selaku pencetus nama Irian ditunjuk sebagai Gubernur yang memangku jabatan tersebut hingga 1973.

Baca Juga:

Frans Kaisiepo, Pemersatu Bumi Cendrawasih ke Pangkuan NKRI


Referensi: Algemeen Handelsblad | Nieuw Guinea Koerier | Onnie Lumintang, P. Suryo Haryono, Restu Gunawan, Dwi Ratna Nurhajirini, "Biografi Pahlawan Nasional Marthin Indey dan Silas Papare"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini