Sejarah Hari Ini (30 Juli 1998) - Nelayan Manado Tangkap Ikan Purba Coelacanth

Sejarah Hari Ini (30 Juli 1998) - Nelayan Manado Tangkap Ikan Purba Coelacanth
info gambar utama

Ikan Coelacanth merupakan ikan purba yang hidup 360 juta tahun yang lalu dan dinyatakan punah sejak akhir zaman Cretaceous sekitar 65-70 juta tahun silam.

Awalnya begitu, tetapi sejak tahun 30-an ikan Coelacanth diketahui masih hidup di perairan Samudera Hindia Barat atau sebelah tenggara benua Afrika.

Coelacanth dari perairan Afrika itu diberi nama latin Latimeria chalumnae.

Rupanya tak hanya di Afrika, tetapi Coelacanth juga hidup di Indonesia.

Pada 1997, peneliti dari Universitas of California, Berkeley, Amerika Serikat, Dr. Mark V. Erdmann dan istrinya Arnaz Mehta berbulan madu di Manado.

Di sana ia secara kebetulan melihat seekor ikan yang tampak mencolok di atas gerobak di Pasar Bersehati, Manado.

Temuan ikan Coelacanth pertama.
info gambar

Saat itu Mark dan istrinya sempat memotret ikan tersebut.

Dikiranya ikan itu gombessa, sebutan lain untuk ikan Coelacanth asal Afrika.

Namun dugaan Mark salah, karena Coelacanth Afrika memiliki badan berwarna biru sedangkan yang ia lihat di Manado berwarna coklat.

Potret Lameh Sonatham, nelayan Manado yang tak sengaja menangkap ikan Coelacanth.
info gambar

Sejak saat itu Coelacanth Conservation Council (CCC) menaruh perhatian pada perairan Manado sebagai habitat Coelacanth jenis terbaru.

Pagi hari pada 30 Juli 1998, seorang nelayan bernama Lameh Sonatham (beberapa sumber menyebut 'Sonathan') secara tidak sengaja menangkap Coelacanth.

Ikan purba Coelacanth setelah ditangkap.
Ikan purba Coelacanth setelah ditangkap. Sumber: Mark V. Erdmann, Roy L. Caldwell & M. Kasim Moosa, "Indonesian ‘king of the sea’ discovered"

Ikan yang disebut warga setempat dengan nama ikan raja laut itu kemudian diserahkan ke Dr. Erdmann dalam keadaan hidup.

Setelah melakukan dokumentasi dan penelitian lebih lanjut, pada Maret 1999, Comptes Rendus de L'Academie de Sciences menyatakan Coelacanth ini jenis terbaru dengan nama Latimeria menadoensis dan diberi nomor CCC 175.

Panjang total dari Coelacanth kedua berjenis betina itu 124 cm, berat 29,2 kg dan terdapat tiga butir telur di perutnya.

Spesimen ini kemudian dipindahkan, diawetkan, dan disimpan di Museum Zoologi Bogor.

Baca Juga:

---

Referensi: Nature.com | Ucmp.Berkeley.edu | Bunakenchacha.com | Augy Syahailatua, Oseana 2011, "Ikan Raja Laut (Indonesian Coelacanth, Latimeria menadoensis): Status Riset Terkini" | F. F. Hukom, Masamitsu Iwata, et.al, "History, Conservation and Research Program of Indonesian Coelacanth"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini