Pengusaha Indonesia Ini yang Pertama Bangun Pabrik Tempe di Negeri Tirai Bambu

Pengusaha Indonesia Ini yang Pertama Bangun Pabrik Tempe di Negeri Tirai Bambu
info gambar utama

Kalau bicara soal tempe, maka sudah tentu kita akan bicara soal bahan bakunya, yaitu kacang kedelai. Di Negeri Tirai Bambu, China, kacang kedelai konon sudah dikenal sejak lima ribu tahun lalu. Kacang kedelai ini diolah menjadi berbagai makanan dan salah satu yang terkenal adalah tahu.

Tapi berbeda dengan keberadaan tempe. Makanan hasil olahan kacang kedelai ini justru bukan berasal dari China, melainkan dari Nusantara. Redaksi Voi.id mengutip pernyataan Sejarawan Ong Hok Ham dalam bukunya berjudul Tempe Sumbangan Jawa Untuk Dunia (2000) yang menjelaskan bahwa keberadaan kedelai, baik di Eropa maupun bumi Nusantara, baru dikenal pada abad ke-19.

‘’Dengan demikian, tempe menjadi produk lain dari kacang kedelai, diduga lahir pada abad ke-19 pula,’’ tulis Ong dalam bukunya.

Namun, selama jangka waktu lebih dari dua ratus tahun itu, bisa dibilang hanya orang Indonesia yang mampu membuat makanan yang kaya protein itu. Padahal, para pengrajin tempe di Indonesia kerap menggunakan kacang kedelai impor, yang salah satunya berasal dari China.

Salah satu ahli botani Hinda-Belanda berkebangsaan Jerman bernama Rumphius dalam karyanya berjudul Herbanium Amboinense pernah mengamati kedelai. Dari hasil pengamatannya, Rumphius berani memberikan fatwa bahwa orang Tionghoa tidak mengolah kedelai menjadi tempe.

‘’Tapi mengolah biji kedelai tersebut menjadi tepung, sebagai bahan tahu, dan laxa atau tausjian, mie berbentuk pipih,’’ kutip redaksi Voi.id.

Baik para diaspora Indonesia di China, maupun masyarakat China yang sudah mengetahui kenikmatan tempe, mereka harus mendapatkannya secara impor. Meskipun kini semua dipermudah dengan adanya pasar daring China seperti Taobao dan Alibaba, namun kerap kali ketersediaan tempe selalu lebih kecil dibandingkan dengan permintaan di sana.

Melihat semakin banyaknya permintaan dan potensi makanan tempe untuk go international semakin luas, baru di awal abad ke-21 ini akhirnya pabrik tempe Indonesia pertama berdiri di pusat kedelai dunia, China. Dan ini bisa menjadi awal sejarah perjalanan tempe di China.

Rustono, Pria Asal Grobogan, Jawa Tengah, yang Bangun Pabriknya

Rustono, Rusto Tempeh
info gambar

Tersohornya tempe di dunia internasional tidak bisa dilepaskan dari sosok Rustono, pria asal Grobogan, Jawa Tengah yang sudah sejak tahun 2000 membangun usaha pabrik tempe. Bukan di Indonesia, melainkan di luar negeri, khususnya kawasan Asia.

Mengawali karirnya sebagai pengrajin tempe internasional di Jepang, ternyata pabrik tempe pertama yang dibangun di China juga adalah milik Rustono. Pabrik itu dinamakan dengan merek yang selama ini ia pakai, yaitu Rusto Tempeh, di bawah bendera Seastar Foods Co Ltd.

Baca: Ini Pria di Balik Ketenaran Tempe di Dunia

Pabrik tempe ini bertempat di kawasan Food Processing di Songjiang District, Shanghai. Dan sudah diresmikan pada Selasa, 19 Januari 2021 lalu, yang dibuka langsung oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun.

‘’Keberadaan pabrik tempe di Tiongkok menunjukkan kecintaan anak bangsa untuk mempromosikan kuliner Indonesia melalui tempe sebagai wujud nyata. Tidak saja (menjadi) diplomasi kuliner Indonesia di Tiongkok, juga menjadi tools dalam diplomasi kuliner Indonesia memasuki pasar kuliner Tiongkok yang begitu besar dan terbesar di dunia saat ini,’’ ungkap Djauhari dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Detikcom (21/1/2021)

Dengan hadirnya pabrik tempe Indonesia di China, diharapkan tidak hanya mampu untuk memenuhi permintaan para diaspora Indonesia akan tempe yang semakin tinggi. Melainkan dapat menjadi ajang promosi kuliner Indonesia yang kaya akan manfaatnya itu.

‘’Saya berharap pabrik tempe ini dapat menjadi salah satu foot print kuliner Indonesia di pasar Tiongkok,’’ pungkas Djauhari dikutip Tribunnews.com (22/01/2021).

Kisah Tempe: Berawal Dari Stigma ‘’Melarat’’ yang Dijuluki ‘’Daging dari Pertanian’’

Tahu dan Tempe
info gambar

Kaya akan kandungan protein dan gizinya, tempe—yang sering dipasangkan dengan tahu juga—memang sering dijuluki sebagai ‘’daging dari pertanian’’ oleh para ahli nutrisi. Namun, dulu julukan itu juga kerap dihubungkan sebagai makanan negara penghasilan rendah.

Sejarawan Ong Hok Ham juga melihat ini didasari oleh kepadatan penduduk yang terjadi di Pulau Jawa pada abad ke-19. Bahkan kala itu Jawa menempati pulau paling padat di Asia Tenggara. Di tengah kemunculan perkebunan-perkebunan kolonial yang dibuat secara masif oleh Belanda, wilayah hutan yang menjadi tempat hewan-hewan sumber protein pun semakin sempit.

Ditambah aturan tanam paksa kepada petani yang kala itu terpaksa membuat masakan orang Jawa tidak bisa memenuhi protein dari daging. Dari kondisi itulah disinyalir kreativitas orang Jawa untuk membuat olahan kacang kedelai untuk dijadikan tahu dan tempe sebagai pengganti fungsi protein dalam kebutuhan makanannya sehari-hari.

Seiring berjalannya waktu, stigma makanan ‘’melarat’’ pun mulai pudar. Keistimewaan tempe sering dipuji karena sangat mendukung bagi siapapun yang sedang menjalani program diet, bahkan bagi seorang vegetarian sekali pun.

Lantas julukan ‘’daging dari pertanian’’ itu pun sangat diakui. Berbagai negara, selain Jepang dan China, negara-negara di bagian Barat seperti Belanda, Amerika, Perancis, dan lainnya semakin mengagumi tempe. Bahkan tak sedikit dari mereka, warga negara asing, yang menobatkan dirinya sebagai tempe di negaranya masing-masing.

Kini, tempe adalah makanan yang tidak lagi memandang kelas sosial. Makanan favorit siapa, nih?

Baca: Melihat Tempe yang Semakin Terkenal di Negara Lain

--

Sumber: Finance.Detik.com | CNNIndonesia.com | VOI.id | Good News From Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

DY
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini