Asal Usul Sarang Burung Walet, Kuliner Indonesia yang Dihargai Triliunan Rupiah

Asal Usul Sarang Burung Walet, Kuliner Indonesia yang Dihargai Triliunan Rupiah
info gambar utama

Tiongkok dikabarkan akan melakukan ekspor besar-besaran sarang burung walet dari Indonesia. Bahkan dikabarkan transaksi ini akan mencapai Rp16 triliun pada tahun 2021.

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menjelaskan saat ini realisasi ekspor sarang walet ke Tiongkok baru mencapai setengah dari target tersebut. Pemerintah sendiri akan terus mengejar komitmen dari Negeri Tirai Bambu tersebut.

“Pemerintah Tiongkok telah berkomitmen untuk membeli komoditas sarang burung walet Indonesia senilai Rp16 triliun. Kami akan berupaya merealisasikan komitmen tersebut untuk kepentingan petani dan industri lokal,” ujar Mendag dalam keterangan resminya, Selasa (4/5/2021).

Lebih lanjut, Mendag menyampaikan bahwa Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar sarang burung walet di dunia. Bahkan, hampir 80 persen dari kebutuhan sarang walet dunia disuplai dari Indonesia.

Namun, terjadi disparitas harga sarang burung walet antara satu negara dengan negara lainnya. Sebagai contoh, Hong Kong menjual sarang burung walet sebesar 88 dolar AS/kg, sedangkan Cina 1.500 dolar AS/kg.

"Oleh karena itu kami akan adakan persamaan aturan-aturan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, tapi idenya satu, kami coba galakkan ekspor dari kekayaan Indonesia untuk dapatkan hasil terbaik bagi petani-petani," jelas Lutfi.

Sarang burung walet memang seringkali dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan seperti kesehatan dan kecantikan. Diantaranya adalah mampu mengobati penyakit batuk, influenza, menjaga stamina tubuh, hingga menjaga elastisitas kulit supaya terlihat awet muda.

Berawal dari saudagar-saudagar Tiongkok yang membawa makanan ini ke negerinya. Sarang burung walet pun menjadi komoditas yang begitu dicari sekarang ini.

Asal mula sarang burung walet di Kerajaan Tiongkok

Mengutip dari laman Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI), asal-usul sarang burung walet bukanlah dari Tiongkok. Melainkan berasal dari kawasan Asia Tenggara.

Meski selama berabad-abad kemudian, bangsa Tiongkok selalu jadi pengimpor sarang burung walet nomor wahid dunia. Dari beberapa literatur kuno, seorang sejarawan asal Malaka, Lin Biao, menyebut pada abad 17 Admiral Zheng He yang mempopulerkan makanan eksotis ini ke Tiongkok.

Bermula dari armada kapal Zheng He sempat terperangkap badai topan yang sangat kuat hingga akhirnya memutuskan untuk mencari perlindungan di sekitar kepulauan dekat peninsula Malaysia.

Kondisi sumber makanan dan air minum yang tidak memadai membuat awak kapal armada Zheng He kelaparan. Menyadari kondisi sudah semakin gawat, mereka pun mulai mencari benda apa saja yang bisa dimakan.

Hingga mereka menemukan sarang burung walet yang menempel di dinding gua pinggir laut. Tanpa menaruh harapan yang tinggi, mereka pun memasak dan memakan sup sarang walet yang pertama di dunia.

Tidak disangka-sangka, ternyata keesokan harinya, para awak kapal yang telah memakan sarang burung walet menjadi pulih dan bersemangat lagi. Menyadari khasiat yang dimiliki sarang burung walet, Admiral Zheng He langsung memanen sarang burung pertama yang dihadiahkan ke raja dinasti Ming, (1368-1644 AD) Chengzu.

Sejak itulah, sarang burung walet menjadi popular di kalangan elite kerajaan di Tiongkok. Lalu produk ini berkembang menjadi komoditas kuliner dunia. Tak terkecuali di Indonesia.

Di Indonesia sendiri cerita tentang khasiat sarang burung walet telah terdengar dari kisah-kisah masyarakat. Seperti kisah Kiai Surti, seorang utusan Kerajaan Mataram Kartasura yang ditugasi mencari sebuah obat untuk permaisuri.

Setelah perjalanan jauh, akhirnya Kiai Surti tiba di Pantai Karang Bolong. Kiai Surti lalu bertapa sampai akhirnya mendapat wangsit dari Dewi Suryawati anak buah dari Nyi Roro Kidul.

Sang Dewi memberikan petunjuk bahwa obat yang dicari itu adalah sarang burung walet yang ada di dalam goa Karang Bolong. Sejak peristiwa itu Kiai Surti akhirnya menikah dengan Dewi Suryawati secara lahir.

Ritual khusus saat proses panen

Burung walet umumnya tinggal dan beranak-pinak di gua-gua dekat laut, jauh dari jangkauan manusia. Untuk mengambilnya, butuh ketrampilan dan pengalaman karena umumnya dilakukan dengan peralatan sederhana. Salah sedikit, nyawa melayang.

Di Indonesia sendiri proses panen sarang burung walet diperlalukan secara sakral. Warga di pantai selatan Jawa, misalnya, perlu membuat ritual khusus agar Nyi Roro Kidul, Ratu Pantai Selatan, turut menjaga aktivitas mereka saat mencari sarang walet.

Upacara ini diadakan pada bulan ke Sembilan di pananggalan atau Kalender Jawa karena waktu tersebut adalah waktu yang paling tepat untuk panen sarang burung walet. Warga di desa Karang Bolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah adalah salah satu penduduk pesisir yang melakukan upacara ini.

Menurut kepercayaan, sarang burung walet di desa Karang Bolong itu adalah milik dari Nyi Roro Kidul si penguasa laut kidul. Supaya tidak terkena musibah maka panen sarang burung walet harus dilakukan dengan mengadakan rangkaian ritual adat yang intinya sebagai upacara keselamatan.

Sebagai contoh lain adalah di bibir gua di pantai karang bolong dilaksanakan persiapan pagelaran wayang kulit dengan semua perangkat gamelan dan panayagan. Dalang mulai membaca mantra sebagai pembuka pagelaran.

Dia meminta ijin pada sang pencipta penguasa laut kidul termasuk pengikutnya. Di pagelaran wayang kulit terdapat peraturan, yaitu tokoh wayang tidak boleh gugur atau mati di medan perang sebab jika di pagelaran itu ada yang mati diyakini akan ada musibah kepada pemetik sarang burung walet.

Puncak upacara ditutup dengan acara syukuran beserta pagelaran Tari Tayub. Keesokan harinya, yaitu acara memetik sarang burung walet yang dipercayai akan aman dan selamat sebab sudah mendapat restu dari Nyi Roro Kidul.

Kualitas sarang walet memang ditentukan oleh lingkungan alam dan kondisi gua. Sarang terbaik, adalah yang didapat dari gua lembab yang dalam dan diambil sebelum burung walet bertelur.

Semangkuk sup sarang burung walet bisa dijual di restoran top di Jakarta seharga Rp250 ribu sampai Rp400 ribuan. Produk kemasannya bisa ditemukan di toko obat-obatan Pecinan. Harga per kilo sarang burung walet untuk kualitas biasa Rp5 juta, sedangkan harga kualitas paling paten Rp25 juta-Rp30 juta.

Mahalnya harga komoditas ini, tak pelak membuat sarang burung walet juga dikenal sebagai "kaviar dari timur". Menyamakan makanan telur ikan sturgeon yang kerap disajikan untuk para raja dan bangsawan Rusia.

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini