Melihat Kehidupan Masyarakat Desa Agraris di Lembang Nonongan Toraja Utara

Melihat Kehidupan Masyarakat Desa Agraris di Lembang Nonongan Toraja Utara
info gambar utama

Indonesia memiliki lebih dari seribu kelompok etnik atau suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku bangsa memiliki karakter yang beragam, dari budaya, bahasa, dan tradisi-tradisi yang dijalankan sejak zaman dahulu.

Dari banyaknya suku di Nusantara, Toraja menjadi salah satu suku yang menarik dari segi budaya dan tradisi peninggalan leluhur yang masih terus dilestarikan hingga saat ini. Suku Toraja tinggal di kawasan pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan dan menyebar di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa.

Salah satu tradisi yang identik dengan masyarakat Toraja adalah ritual pemakaman meriah yang dikenal sebagai pemakaman termahal di dunia. Upacara pemakaman Suku Toraja dikenal dengan nama Rambu Solo dan dilakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi seseorang yang sudah meninggal dunia.

Rangkaian upacara kematian tersebut membutuhkan biaya sangat besar karena ada proses penyembelihan hewan seperti babi dan kerbau. Umumnya, kerbau yang dikurbankan adalah Tedong Bonga atau kerbau albino yang satu ekornya dijual dengan harga puluhan hingga ratusan juta. Semakin tinggi status sosial keluarga yang ditinggalkan, semakin banyak pula hewan yang harus dikurbankan. Kira-kira dibutuhkan biaya ratusan juta hingga milyaran untuk sebuah upacara pemakaman.

Selain keunikan ritual pemakaman, Toraja juga dikenal memiliki objek wisata yang eksotis. Di Kabupaten Toraja Utara saja, ada beberapa destinasi wisata yang populer seperti Desa Kete Kesu, Tongkonan Lempe, Tongkonan Siguntu, Londa, Danau Limbong, Rante Kalimbuang - Bori', dan Lo'ko' Mata.

Tak hanya itu, di Toraja Utara juga ada tempat wisata yang memiliki potensi kearifan lokal dan tengah didorong Kemenparekraf untuk meningkat statusnya dari desa wisata rintisan menjadi desa wisata mandiri berkelanjutan, yaitu Desa Wisata Lembang Nonongan.

Diyakini Bisa Mengantar ke Surga, Kerbau Tana Toraja Bisa Dibanderol Rp1 Miliar

Potensi Desa Wisata Lembang Nonongan

Desa Wisata Lembang Nonongan | Dokumentasi Kemenparekraf
info gambar

Pada Senin (22/11/2021), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno berkunjung ke Desa Wisata Lembang Nonongan. Perlu diketahui bahwa desa wisata tersebut telah masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 untuk kategori desa wisata rintisan.

“Ini adalah kesempatan kita untuk membangkitkan ekonomi, kembali menjadikan Toraja dan Toraja Utara sebagai destinasi unggulan," kata Sandiaga.

Soal potensi, Desa Wisata Lembang Nonongan terkenal sebagai kawasan agraris dan kehidupan masyarakatnya begitu bersahaja karena mereka menjaga hubungan antar sesama manusia dan lingkungan. Masyarakatnya pun masih terus menjaga dan mempertahankan tradisi-tradisi yang dijalankan oleh leluhur mereka.

Kehidupan masyarakat yang tinggal di desa tersebut pun begitu menarik untuk disimak. Misalnya, To Mangrengnge’ Pare yaitu kegiatan masyarakat menanam padi dan To Ma’lambuk atau kegiatan menumbuk padi. Ada pula To Mangrengnge’ Utan yaitu memanen hasil hutan dan To Mewai, kegiatan mengambil air di sungai.

Di Desa Wisata Lembang Nonongan juga terdapat Tongkonan Nonongan, rumah adat tertua dan memiliki nilai historis tinggi dari sisi mitologi masyarakat Toraja serta adat istiadat yang berlaku. Tongkonan merupakan rumah adat Toraja yang bangunannya dibuat dari bahan kayu uru dan bagian atapnya berbentuk serupa perahu. Ini menjadi pengingat nenek moyang Suku Toraja yang dulunya menyeberangi lautan dengan perahu untuk sampai ke Sulawesi.

Katokkon, Cabai dengan Sensasi Ekstra Pedas dari Tana Toraja

Seni budaya Desa Wisata Lembang Nonongan

Ragam seni dan budaya di Desa Wisata Lembang Nonongan juga menarik untuk dilihat. Di sana, terdapat beberapa tari-tarian tradisional seperti Pa’ Gellu’, tarian sukacita yang biasa ditampilkan pada upacara adat rambu tuka seperti saat penyambutan tamu, pernikahan, atau peresmian rumah adat. Pa’gellu atau ma’gellu dalam bahasa Toraja artinya menari dengan riang gembira sambil melenggak-lenggok.

Ada juga Pa’randing, tarian adat yang biasa dipentaskan dalam upacara pemakaman besar, biasanya orang dengan kasta tinggi. Tarian ini termasuk dalam tari perang karena penarinya menggunakan pakaian dan senjata tradisional, biasanya berupa pedang dan perisai yang terbuat dari kulit kerbau sebagai simbol kekayaan.

Kemudian, ada Pa’dena’-dena’, tarian yang melambangkan hidup berdampingan antara manusia, hewan, dan alam. Tarian ini dilakukan dengan gerakan berputar dengan tangan terayun.

Kuliner khas Toraja

Berkunjung ke Desa Wisata Lembang Nonongan, tentunya wajib mencoba kuliner tradisionalnya yang unik. Misalnya kue depa tori yang dibuat dari tepung beras dicampur gula merah. Kue ini memiliki rasa manis dan gurih, serta teksturnya renyah. Camilan ini dulunya hanya disajikan dalam perayaan adat seperti pernikahan. Namun, saat ini sudah biasa dikonsumsi sehari-hari sebagai teman menikmati secangkir kopi khas Toraja.

Kemudian, ada pa’piong yang terbuat dari bahan ayam, ikan, daging kerbau atau daging babi. Ciri khas masakan ini adalah proses memasaknya menggunakan tabung bambu. Potongan daging dicampur dengan daun miana, parutan kelapa, irisan cabai, bawang merah, bawang putih, serai, dan jahe. Setelah itu semua bahan dimasukkan ke dalam bambu yang sudah dilapisi daun pisang, kemudian dibakar sampai matang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini