Suka Merasa jadi ‘Si Paling Benar’? Waspada Sindrom Thanos!

Suka Merasa jadi ‘Si Paling Benar’? Waspada Sindrom Thanos!
info gambar utama

Masih ingat dengan Thanos? Musuh Avengers dalam film besutan Marvel ini dikenal dengan rupa tubuhnya yang tinggi, besar, dan berwarna ungu. Ternyata bukan hanya di film, Thanos di dunia nyata juga ada, lo! Biasanya disebut dengan sindrom Thanos.

Thanos sendiri memiliki ambisi untuk mengembalikan keseimbangan alam semesta, membuatnya terlibat pertarungan hebat dengan para Avengers. Salah satu scene-nya yang ikonik adalah saat Thanos menjentikan jarinya dan menyebabkan ‘blip’, fenomena saat hampir setengah populasi di dunia menghilang.

Saat itu, Thanos merasa keputusannya lah yang paling benar. Dari kisah itu, kemudian lahir yang disebut dengan Sindrom Thanos. Dilansir dari penjelasan oleh Instagram @darlingrabbits, Sindrom Thanos merupakan suatu istilah yang menggambarkan kepribadian seseorang yang toxic.

Individu yang memiliki sindrom ini akan selalu merasa dirinya yang paling benar dan hebat. Ia akan merasa semuanya akan kacau jika dia tidak hadir atau bukan ia yang menanganinya.

Wah, emang ciri-cirinya apa aja, sih? Tanda-tanda kalau mempunyai Sindrom Thanos dapat ditunjukan dengan selalu merasa apa yang dilakukannya yang paling benar.

Ilustrasi marah dan egois karena sindrom thanos | Foto: Pexels/Andreapac
info gambar

Thanos memiliki sifat egois tidak ingin mendengarkan nasihat atau saran dari orang lain. Selain itu, sindrom ini juga ditunjukan dengan sikap suka meremehkan orang lain, tidak ingin disalahkan, dan sulit menerima kenyataan jika tidak sesuai dengan keinginannya.

Menurut Beautynesia, terdapat lima tipe orang toxic. Salah satunya tipe dengan Sindrom Thanos. Keempat tipe lainnya adalah the pessimist, the victim, the manipulate dan the criticise.

Apabila terdapat rekan kerja atau temanmu yang memiliki sikap selalu merasa paling benar, tips menghadapinya adalah dengan kepala dingin. Usahakan untuk tidak terpancing emosi dengan sikapnya tersebut.

Jika sedang terlibat dalam sebuah percakapan, anggaplah seperti angin lalu apabila ia mulai membicarakan kehebatan dirinya. Namun, bila sudah tidak dapat ditoleransi lagi, kamu berhak kok memberitahukan letak kesalahannya.

Akan tetapi, bagaimana kalau tanpa disadari, justru kita sendiri yang memiliki sindrom tersebut? Salah satu solusinya adalah dengan melakukan introspeksi diri.

Hindari Sindrom Thanos dengan introspeksi diri

Ilustrasi sindrom thanos si paling benar | Foto: Pexels
info gambar

Kamu bisa kok menghindari Sindrom Thanos dengan meningkatkan self-awareness. Salah satunya melalui introspeksi diri.

Introspeksi diri akan sangat penting dilakukan karena memiliki tujuan untuk melakukan refleksi atau flashback terhadap kekurangan atau kelemahan diri kita. Agar nantinya kita dapat perlahan memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Merangkum penjelasan oleh Kumparan, tahapan pertama untuk melakukan introspeksi diri dapat dimulai dari menyadari kekurangan dan kelemahan diri. Kamu dapat menuliskan daftar berisi apa saja kekurangan yang kamu miliki.

Tahapan ini mungkin akan terasa challenging bagi kamu yang selalu merasa benar dan sulit menerima fakta. Kamu dapat mencoba meminta bantuan pada orang terdekat yang bisa memberikan penilaian secara objektif.

Jangan lupa untuk coba mengontrol emosi ya, usahakan untuk tidak mudah tersinggung dengan penilaian atau kritik yang mereka berikan. Kamu dapat melatih diri menjadi pendengar yang baik dan lebih menghargai pendapat orang lain.

Cobalah untuk memilah mana masukan yang memang bermanfaat untuk membangun dirimu menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya. Tahapan selanjutnya mungkin akan terasa lebih sulit lagi. Berani mengakui kesalahan dan meminta maaf.

Singkirkan rasa gengsi yang kamu punya. Terkadang rasa gengsi yang kita miliki dapat menghalangi niat untuk meminta maaf meski kita sudah menyadari kesalahan yang kita lakukan.

Selanjutnya, kembangkan rasa empati. Empati merupakan kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan melihat dari perspektif orang lain. Sebelum memutuskan sesuatu atau mengambil sikap, cobalah untuk mempertimbangkan kembali dampak dari keputusan kita pada orang maupun lingkungan sekitar.

Kamu dapat membayangkan dengan menempatkan diri pada posisi orang-orang tersebut. Bagaimana jika kita berada di posisi mereka? Apakah keputusan ini dapat memberikan hasil yang lebih baik atau justru lebih banyak penderitaannya?

Terakhir, alihkan stres melalui kegiatan positif yang kamu gemari. Misalnya, melakukan olahraga, berkebun di rumah, membuat kue, membaca buku, menonton film atau sesederhana menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga dan teman-teman.

Berikan waktu istirahat sejenak untuk diri sendiri agar dapat kembali berpikir lebih jernih. Dengan menghindari sindrom Thanos, orang di sekitar tidak akan lagi menganggap kamu menjadi 'si paling benar'.

Referensi: Instagram @darlingrabbits | Kumparan | Beautynesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini