Kawasan Pecinan Hasil Akulturasi Budaya, Apa yang Menarik di Glodok?

Kawasan Pecinan Hasil Akulturasi Budaya, Apa yang Menarik di Glodok?
info gambar utama

Sepanjang sejarah, kawasan Chinatown memang selalu identik dengan pusat aktivitas, perdagangan, dan menjadi elemen kunci di setiap kota. Berada di Taman Sari, Jakarta Barat, Glodok disebut-sebut sebagai kawasan pecinan terbesar di Indonesia. Menjadi bagian dari Kota Tua, Glodok menjadi rumah bagi masyarakat keturunan Tionghoa dan wilayahnya sendiri sudah terkenal sebagai pecinan sejak zaman kolonial.

Di zaman modern, Glodok paling dikenal sebagai pusat perdagangan elektronik terbesar di Jakarta. Kawasan tersebut juga cocok untuk menjadi tujuan jalan-jalan untuk menyaksikan jejak-jejak sejarah yang tertinggal di kota, melihat bangunan bersejarah, kuil kuni, dan dilengkapi dengan arsitektur tradisional bernuansa China.

Konon nama Glodok berasal dari kata dalam bahasa Sunda yaitu golodog yang artinya pintu masuk ke sebuah rumah karena Jakarta pernah menjadi pintu gerbang Kerajaan Sunda kuno.

Kawasan pecinan Glodok ternyata sudah ditetapkan menjadi Desa Wisata Pecinan Glodok. Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, desa wisata ini memiliki nilai storynomics tourism yang kuat karena merupakan hasil akulturasi dari budaya Tionghoa, Sunda, Betawi, hingga Jawa.

“Saya melihat Desa Wisata Pecinan Glodok ini memiliki potensi sebagai daya tarik wisata budaya dan sejarah. Tadi kita sudah melihat berbagai pertunjukan tarian dari Betawi, wushu, dan lainnya. Desa ini memiliki storynomics yaitu cerita yang akan mampu menarik wisatawan," kata Menparekraf dalam kunjungannya ke Desa Wisata Pecinan Glodok, Minggu (26/6/2022).

Berikut beberapa tempat yang wajib dikunjungi di Desa Wisata Pecinan Glodok:

Pancoran Chinatown Point

Pancoran Chinatown Point merupakan kawasan masterplan terpadu antara kawasan residensial, komersial, pendidikan. Kawasan ini juga menjadi destinasi batru di pusat kota yang memadukan bangunan klasik dengan area komersial serta pusat perbelanjaan tematik.

Pancoran Chinatown Point resmi dibuka sejak tahun 2018 dan menjual produk-produk lokal serta impor, seperti obat-obatan China, jamu, elektronik, pakaian, makanan, dan lain-lain. Di tempat ini juga terdapat area kuliner luar ruangan dengan nuansa yang kental dengan budaya China.

Mempelajari Filosofi Gonjong Pada Rumah Gadang di Desa Sarugo

Petak Enam

Petak Enam merupakan salah satu tempat wisata kuliner yang ada di Glodok. Berlokasi di Gedung Chandra Glodok, Petak Enam memiliki bangunan dengan desain dan arsitektur unik dan dipenuhi dengan ornamen-ornamen khas China, tentunya termasuk lampion berwarna merah. Bangunan tempat Petak Enam berada ini dulunya merupakan pusat perbelanjaan tertua di Jakarta yang masih berdiri, selain Sarinah.

Petak Enam juga semakin terkenal sebagai tempat kongko baru di Jakarta Barat dan memang memiliki area cukup luas untuk wisata kuliner, belanja, hingga wisata sejarah. Kawasan ini memiliki konsep compound complex dan di sana terdapat 30 tenant makanan dan minuman. Menunya tentu tak terbatas pada makanan khas negeri tirai bambu saja, tetapi ada juga makanan khas Manado, Cirebon, Medan, hingga kuliner peranakan dan barat.

Menilik Potensi Wisata Alam, Budaya, Rohani, Hingga Kuliner di Floratama

Gang Gloria

Sesuai namanya, Gang Gloria memang hanyalah sebuah hang sempit di kawasan Pancoran-Glodok. Namun, di sana merupakan surganya kuliner. Meski didominasi makanan non-halal seperti Bakmie Amoy, Siomay Lim Asiung, Sekba Gloria, Sekba Gloria, dan Pi-oh, ada pula menu-menu halal yang dijual.

Pilihan makanan halal di Gang Gloria antara lain Kari Lam, Mie Kangkung Si Jangkung, Cakwe Medan Gang Gloria, dan Ketupat Sayur Gloria 65. Di sana juga ada kedai kopi yang tersohor yaitu Kedai Kopi Tak Kie yang telah berdiri sejak tahun 1927.

Pantjoran Tea House

Ketika berjalan-jalan di sekitar Glodok, Anda kemungkinan akan melewati gedung unik satu ini. Namanya Pantjoran Tea House, kedai teh dengan gaya tradisional China yang autentik. Bangunan tempat kedai ini berdiri sudah berdiri sejak tahun 1635 dan menjadi ikon kawasan pecinan Glodok.

Pada awalnya, gedung berfungsi sebagai toko obat Apotheek Chung Hwa. Namun, demi mendukung upaya pemerintah menjadikan kawasan Kota Tua Jakarta sebagai situs warisan budaya dunia oleh UNESCO, tahun 2015 gedung ini direvitalisasi dan alih fungsi menjadi kedai teh.

Tak hanya menyajikan teh, di kedai tersebut juga tersedia banyak pilihan makanan dan camilan. Selain makanan dan minuman, kedai ini juga dipercantik dengan benda-benda bernuansa lawas, mulai dari cawan teh, guci, koleksi giok, furnitur, hingga hiasan kepala ala orang China zaman dulu, serta akan diputarkan lagu-lagi China zaman dahulu.

Melancong ke Pulau Siberut untuk Melihat Satwa Endemik dan Kehidupan Suku Mentawai

Kelenteng Toa Se Bio

Klenteng Toa Se Bio | @Lanywati Shutterstock
info gambar

Kelenteng Toa Se Bio merupakan salah satu dari kelenteng tua yang ada di Jakarta. Nama Toa Se Bio merupakan gabungan dari dua kata, yaitu Toase yang berarti pesan dan Bio adalah kelenteng. Bangunan rumah ibadah ini sudah ada sejak tahun 1775 dan dikenal sebagai kelenteng yang menyembah dewa Qing Yuan Zhen Jun (Tjeng Gwan Tjeng Kun).

Pada 18 Juni 2022 lalu, Kementerian Agama telah menetapkan Toa Se Bio sebagai prasasti sejarah. Penetapan ini dilakukan setelah terjadi pemasangan dan penandatanganan prasasti yang dipajang pada bagian dalam bangunan. Prasasti tersebut akan menjadi sarana untuk meningkatkan kepedulian terhadap sejarah dan akan diwariskan kepada generasi penerus.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini