Ragam Jenis Mangga di Indonesia dan Rasa Manisnya yang Mendunia

Ragam Jenis Mangga di Indonesia dan Rasa Manisnya yang Mendunia
info gambar utama

Ada banyak jenis mangga di Indonesia. Buah satu ini memang jumlahnya berlimpah dan mudah ditemui. Tak hanya dinikmati masyarakat lokal, manisnya rasa mangga Indonesia bahkan telah mencapai mancanegara.

Manisnya mangga bisa menggoda siapapun untuk menikmatinya. Beruntungnya, Indonesia adalah surga bagi pecinta buah mangga. Buah tropis satu ini sangat mudah ditemui dimana-mana.

Ada banyak jenis mangga di Indonesia. Berdasarkan laporan riset Fitmawati, Alex Hartana, dan Bambang S. Purwoko berjudul Taksonomi Mangga Budidaya Indonesia dalam Praktik yang diterbitkan Jurnal Agronomi Indonesia, diketahui jenis mangga di Indonesia terdiri dari 80 lebih varietas mangga di mana varietas-varietas tersebut biasa dibudidayakan oleh petani.

Dari 80 lebih varietas mangga yang ada, riset Fitmawati, Alex Hartana, dan Bambang S. Purwoko mengelompokkannya menjadi delapan kelompok utama. Adapun delapan kelompok jenis mangga tersebut adalah Berem, Golek, Kepodang, Bapang, Arumanis Gedong, Madu dan Kebo, 17 kelompok kultivar, dan 84 kultivar.

Berrdasarkan informasi yang dirilis Kementerian Petanian RI, mangga sebetulnya berasal dari India. Seperti diwartakan GNFI sebelumnya, Konon mangga ditemukan oleh Alexander Agung di Lembah Indus India pada tahun 327 SM sebelum mulai menyebar luas ke berbagai belahan dunia.

Dari India, persinggahan mangga yang pertama adalah Asia Tenggara, tepatnya di Filipina. Di Indonesia sendiri, mulai masuknya buah mangga masuk diperkirakan terjadi pada tahun 1600 di Kepulauan Maluku.

Di Indonesia, mangga tumbuh dengan optimal di tempat yang durasi masa keringnya lebih dari tiga bulan. Daerah yang dikenal sebagai tempat produksi mangga di Indonesia di antaranya Pulau Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan sebagian wilayah Sumatera.

Kendati jenis mangga ada banyak ragamnya, namun secara umum wujudnya tidak jauh berbeda. Lazimnya mangga berbentuk lonjong, berwarna hijau hingga kuning kemerahan, dan daging buahnya kuning dengan tekstur lembut dan berair.

Selain dimakan langsung, mangga juga biasa diolah menjadi aneka makanan seperti es krim, puding dan es buah. Tidak hanya mangga masak, namun mangga yang masih masam pun banyak digemari. Salah satu makanan yang memanfaatkan mangga masam adalah rujak. Salad buah bercitarasa pedas, manis, dan asam ini bahkan masuk ke dalam daftar 50 street food terbaik di Asia.

Tidak hanya nikmat, mangga juga punya kandungan gizi yang tinggi. Mangga mengandung berbagai vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh, termasuk sebagai antioksidan, mulai dari kalsium, fosfor, vitamin C, karoten, dan favlinoid.

Dengan segala kandungan gizinya, mangga baik untuk mencegah berbagai masalah kesehatan mulai dari kanker, kelebihan panas badan, dan infeksi. Selain itu, mangga berkhasiat untuk pengobatan asma, bronkhitis, dan influenza.

Mengenal Pohon Ulin, Si Kayu Besi yang Dibanggakan oleh Suku Dayak

Mangga Indonesia di Pasar Mancanegara

Nikmatnya mangga Indonesia tidak hanya dinikmati masyarakat lokal, namun juga mancanegara. Sudah lama Indonesia menjadikan mangga sebagai salah satu komoditas yang diandalkan untuk ekspor.

Produksi mangga Indonesia memang terbilang melimpah. Data BPS mencatat jika Indonesia memproduksi lebih dari 2,8 juta ton mangga pada tahun 2021. Angka ini hampir sama dengan produksi nanas yang juga mencapai 2,8 juta ton, dan hanya lebih rendah dari pisang yang volume produksinya mencapai 8,7 juta ton.

Baru-baru ini, kabar gembira datang dari ranah usaha pertanian mangga. Pertama, buah mangga Indonesia diketahui aman dari serangan lalat buah. Kedua, Indonesia dihadapkan terbuka luasnya potensi untuk mengekspansi ekspor mangganya ke pasar Eropa dan Timur Tengah.

Mangga bebas lalat buah hadir lewat riset kolaboratif antara Institut Pembangunan Jabar Universitas Padjadjaran (Injabar Unpad) dan Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian. Riset ini penting mengingat lalat buah membawa bakteri yang bisa menempel di buah mangga.

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) Keri Lestari menerangkan jika pihaknya dan Kementan telah mengamati 2.800 lalat buah yang menghinggapi mangga. Hasilnya, tidak ada bakteri yang menempel pada buah.

"Sehingga tidak perlu takut apalagi panik dalam melakukan proses ekspor mangga ke luar negeri, dalam hal ini Jepang," ujar Keri Lestari seperti dilansir Tempo.co.

Lalat yang membawa bakteri pada mangga bukannya tidak ada. Hanya saja, jumlahnya sangat sedikit dan keberadannya eksis di pelosok hutan Kalimantan Utara sehingga tidak sampai menganggu ekspor mangga.

Dari semua riset yang kita lakukan, ada sekitar 2.800 lalat buah yang sudah kami teliti. Hasilnya, 14 lalat buah dicurigai sebagai bactrocera. Itu pun adanya di hutan Tarakan dan jauh dari pemukiman. Dari sisi jumlah tidak banyak," lanjut Keri Lestari.

Sementara itu, mangga Indonesia kini menatap pasar Eropa dan Timur Tengah sebagai sasaran ekspor dengan volume yang lebih besar. Melalui program Food Estate yang diinisiasi Kementerian Pertanian, pelaku usaha yakin produksi mangga dari program tersebut mampu bersaing di dua kawasan tersebut.

Menurut Sekretaris Perusahaan PT Galasari Gunung Sejahtera Rizky, banyak orang Eropa dan Timur Tengah yang menggemari rasa mangga lokal Indonesia. Itulah yang membuatnya yakin akan potensi ekspor mangga dari Tanah Air.

“Kebutuhan ekspor cukup tinggi untuk pasar di Eropa. Karena selama ini mangga yang diekspor ke sana banyak dari Pakistan dan Brasil. Rasa mangga kita di sana lebih disukai, termasuk di Middle East,” ujar Rizky seperti dilansir Antaranews.com.

Program food estate mangga kini berjalan di Gresik, Jawa Timur. Program ini diresmikan pemerintah pada 22 Agustus lalu. Dengan PT Galasari Gunung Sejahtera sebagai penampung hasil produksi, para petani menanam mangga di lahan seluas 1.000 hektare.

Bukan tanpa alasan mangga Indonesia diyakini bisa mendapat tempat di Eropa dan Timur Tengah. Rizky percaya diri mangga Indonesia mampu bersaing karena kualitasnya terjaga.

“Program kerja dibuat sedemikian rupa dengan infrastruktur yang didukung oleh pemerintah, dari hulu ke hilir, sudah pasti sustain. Tidak ada kata tidak sustain karena sangat menguntungkan,” lanjut Rizky.

Bersama Indonesia, Pakistan dan Brasil memang termasuk dua negara produsen mangga terbesar dunia. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2019, Pakistan adalah negara produsen mangga terbesar kelima, sementara Brasil ada di urutan ketujuh. Indonesia ada di peringkat kedua, hanya kalah dari India.

Kancilan Flores, Burung Arwah Bersuara Nyaring di Danau Kelimutu

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini