Begini Cara ‘Emas Hitam’ Diekstraksi dan Diolah Jadi Komoditas Penting

Begini Cara ‘Emas Hitam’ Diekstraksi dan Diolah Jadi Komoditas Penting
info gambar utama

Kebanyakan orang secara umum tidak asing lagi dengan salah satu komoditas paling berharga di dunia, yakni minyak bumi. Hingga detik ini, minyak bumi menjadi salah satu jenis sumber daya alam yang berperan besar dalam memengaruhi kondisi kestabilan berbagai aspek lainnya, terutama kondisi ekonomi dan geo-politik secara global.

Kendati begitu, di lain sisi dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari pemanfaatan minyak bumi juga bukan perkara sepele. Pemanfaatannya secara terus menerus tidak hanya dapat menyebabkan SDA yang menipis dan habis. Melainkan juga menyebabkan kerusakan dalam skala global bahkan dunia termasuk krisis iklim.

Mengesampingkan dua fakta di atas, meski banyak yang tak asing dengan istilah minyak bumi, namun tak banyak masyarakat awam yang tahu bagaimana sebenarnya wujud minyak bumi yang asli dan bagaimana komoditas tersebut diolah. Apalagi jika melihat produk turunannya yang bisa menjadi berbagai macam jenis minyak dan kegunaan.

Lalu bagaimana sebenarnya proses pengolahan minyak bumi yang selama ini berjalan?

Menjelang Habisnya Minyak Timor-Leste

Emas hitam berharga

Proses pengolahan minyak bumi (yachya imans/flickr)
info gambar

Minyak bumi kerap disebut juga sebagai ‘emas hitam’, di mana kata emas merujuk pada keberadaannya yang memang begitu bernilai bak emas. Sementara itu makna hitam sendiri menggambarkan warna dari minyak tersebut saat pertama kali diambil dari perut bumi.

Melihat wujudnya, minyak bumi merupakan cairan kental berwarna cokelat pekat/gelap atau kehijauan, yang mudah terbakar.

Komoditas satu ini lazimnya berada di lapisan atas dari beberapa area di lapisan kerak bumi. Proses pengambilan minyak bumi selama ini dilakukan dari jutaan lubang sumur yang sudah digali di berbagai belahan dunia.

Dalam prosesnya, untuk mengetahui apakah suatu titik wilayah benar memiliki kandungan minyak bumi ditentukan lewat berbagai macam proses panjang. Mulai dari studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber, serta berbagai macam studi lainnya.

Untuk diketahui, sumur minyak bumi pertama di dunia berada di Pennsylvania, Amerika Serikat. Sumur minyak di kawasan tersebut pertama dibor pada tahun 1859.

Kilang Minyak Pertama di Indonesia Ternyata Ada di Wonokromo, Surabaya

Dari ekstraksi hingga penyulingan

minyak mentah (yachya imans/flickr)
info gambar

Pernah menyaksikan film-film eksplorasi atau sains fiksi tentang penggalian minyak bumi di bawah laut? Salah satunya sebut saja Deepwater Horizon, yang diangkat dari kisah nyata. Di lapangan, proses, fasilitas, dan infrastruktur dalam pengambilan atau ekstraksi minyak bumi memang semegah dan sekompleks apa yang digambarkan, bahkan bisa lebih rumit.

Karena nyatanya, titik lokasi sumber minyak bumi tidak hanya ada di darat, namun kebanyakan juga di laut. ‘Penggalian’ sumur minyak bumi dalam dunia teknik lebih dikenal dengan istilah pengeboran.

Jika titik wilayah minyak bumi yang sudah diketahui berada di darat, titik pengeboran dan lokasi sumur umum dikenal dengan istilah oil rig. Sementara jika berada di laut, umumnya dikenal dengan kawasan oil platform.

Mengutip salah satu sumber, Berdasarkan metode pengeborannya disebutkan jika ada 3 jenis cara yang umum dikenal dalam bidang ini. Pertama yaitu developmental drilling, yang dilakukan di kawasan yang memang diketahui memiliki cadangan minyak.

Kedua adalah exploration drilling, yakni melakukan pengeboran di daerah yang belum diketahui keberadaan minyak buminya. Terakhir adalah directional drilling, yaitu pengeboran terarah yang dilakukan ke sumber minyak bumi yang sudah diketahui. Namun, mata bor dibelokkan ke sudut tertentu dengan tujuan mengakses sumber energi tambahan yang ada dalam satu titik yang sama.

Minyak bumi atau minyak mentah dalam wujud aslinya mengandung berbagai macam senyawa yang membuat komoditas ini tidak bisa langsung dipakai begitu saja. Karenanya, perlu dilakukan penyulingan untuk membentuk berbagai karakter jenis minyak baru, sesuai kebutuhan yang diperlukan.

Pada tahap ini, prosesnya terjadi di sebuah fasilitas atau lokasi yang dikenal dengan istilah kilang minyak. Sederhananya, proses pengilangan atau penyulingan minyak berjalan untuk menghasilkan ragam jenis minyak dengan titik didih yang berbeda.

Setelah melalui proses penyulingan dan pendidihan, minyak mentah yang tadinya berwarna sejenis hitam pekat berubah warna. Hasil atau produk paling umum dari penyulingan minyak bumi adalah bahan bakar yang saat ini banyak digunakan, dan dikenal sebagai bahan bakar fosil.

Adapun perbedaan dan fungsinya dapat dilihat dari batas titik didih berikut:

  • Gas, dengan titik didih -40° celsius,
  • Petroleum Eter, titik didih 30-90° celsius,
  • Bensin, 70-140° celsius,
  • Nafta, atau bensin berat yang menjadi bahan baku industri petrokimia seperti plastik, karet sintetis, deterjen, obat, cat, serat sintetis, 80-170° celcius,
  • Kerosin (minyak tanah) dan Avtur, 170-250° celcius,
  • Solar, yang banyak digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel, 270-350° celcius,
  • Oli, titik didih 350-500° celcius, dan
  • Aspal, residu yang terbentuk dari proses pemanasan minyak bumi, dengan titik didih 525°
Tim ITB Berhasil Kembangkan Bensin dari Minyak Sawit dan Sukses Uji Coba

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini