KGPAA Paku Alam VIII, Raja yang Punya Dedikasi Penuh pada Indonesia

KGPAA Paku Alam VIII, Raja yang Punya Dedikasi Penuh pada Indonesia
info gambar utama

Baru-baru ini telah diumumkan 5 nama tokoh yang dikategorikan sebagai Pahlawan Nasional, salah satunya adalah KGPAA Paku Alam VIII.

Lalu, siapakah beliau dan mengapa Paku Alam VIII tergolong sebagai pahlawan nasional?

Paku Alam VIII lahir pada 10 April 1910 di Pakualaman dengan nama Bendara Raden Mas Harya (BRMH) Sularso Kunto Suratno. Sesuai dengan namanya, ia adalah seorang Adipati Pakualaman ke-8. Sementara KGPAA sendiri merupakan gelar kehormatan yang memiliki kepanjangan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya.

Sebagai keturunan keluarga bangsawan, ia bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) Yogyakarta. Lalu, dilanjutkan ke Christelijke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Yogyakarta dan AMS B Yogyakarta.

Sejak usia sekolah, jiwa perlawanannya sudah sangat membara dan sangat ingin membantu rakyat lepas dari penderitaan. Ia sebenarnya ingin melanjutkan pendidikan di Akademi Militer Belanda. Namun, akhirnya ia menempuh pendidikan sekolah hukum di Rechtshogeschool te Batavia.

Selang 2 tahun setelahnya, ia mencoba untuk bekerja pada bidang agraria. Sebuah profesi yang tergolong berbeda dari kebanyakan bangsawan. Alasannya agar ia bisa lebih dekat dengan rakyat kecil dan memahami apa yang jadi permasalahan mereka.

Pada 13 April 1937, ia mulai diangkat menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Prabu Suryodilogo. Lalu sejak tahun 1942, nama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII pun resmi ia gunakan.

Mengenal Sosok K.H. Ahmad Sanusi, Ulama Pahlawan Nasional dari Tanah Sukabumi

Integrasi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Republik Indonesia

Presiden Sukarno, Sri Paku Alam VIII, dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam acara kongres pemuda | Arsip Nasional Republik Indonesia
info gambar

Alasan utama yang membuatnya diangkat menjadi pahlawan nasional adalah karena jasanya untuk melakukan integrasi antara Kesultanan Ngayogyakarta dan Kadipaten Pakualaman Hadiningrat, dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Lepas dua hari setelah kemerdekaan, ia mengirimkan telegram ke Soekarno-Hatta terkait dengan kemerdekaan Indonesia. Pesan ini berisi ucapan selamat atas berdirinya RI dan pernyataan sikap untuk bergabung dengan Republik Indonesia.

Sebelumnya Sri Sultan Hamengkubuwono IX sempat ditawari agar wilayahnya menjadi bagian dari Belanda. Namun bersama dengan Paku Alam VIII, mereka menolak dengan tegas tawaran tersebut dan lebih memilih untuk bergabung dengan Indonesia saja.

Telegram itu pun sampai ke Soekarno dan direspons secara hangat. Yang mana, Republik Indonesia menyetujui integrasi kerajaan tersebut. Lalu, pada 5 September 1945, Paku Alam VIII bersama dengan Sri Sultan Hamengkubuwono IX membuat sebuah Amanat/Dekrit.

Amanat ini berisi sebuah pernyataan bahwa Yogyakarta adalah sebuah Daerah Istimewa yang berada pada naungan Republik Indonesia. Hal ini juga kembali dipertegas dalam Amanat 30 Oktober 1945, yang menyebutkan bila wilayah yang sebelumnya jadi kekuasaan Belanda dan Jepang akan kembali menjadi milik Yogyakarta.

Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Gubernur DIY dan Paku Alam VIII sebagai wakilnya bagaikan 'duet maut' yang penuh dengan pengabdian. Ketika masa agresi militer oleh Belanda, waktu itu Yogyakarta sempat menjadi Ibu Kota sementara.

Pada saat itu, para pejabat dan militer juga berpindah ke Yogyakarta. Pura Pakualaman sendiri sempat menjadi kantor pemerintahan sementara untuk Indonesia. Alasan dipilihnya Yogyakarta ini juga berkaitan dengan kestabilan ekonomi dan reputasi yang baik dari kedua pemimpinnya tersebut.

Bahkan, Paku Alam VIII dan Hamengkubuwono IX juga turut membantu untuk memberikan gaji kepada para negarawan yang pindah ke Yogyakarta. Termasuk juga Soekarno dan Hatta yang menjadi pemimpin negara.

Selama masa itu pula, kedua pemimpin tersebut memberikan akomodasi gratis kepada tentara yang bergerilya dan menggratiskan seluruh layanan kedokteran. Ia pun akhirnya diangkat menjadi Gubernur Militer dan secara gesit menciptakan berbagai keputusan strategis.

Selain itu, masih banyak lagi jasa-jasa yang sudah dilakukan oleh Paku Alam VIII sebagai pemimpin dengan masa jabatan yang cukup lama. Beliau mangkat pada 1 September 1998. Dengan diangkatnya Paku Alam VIII sebagai pahlawan nasional semakin menambah jajaran tokoh yang berasal dari Yogyakarta.

Hamengkubuwono IX, Raja yang Membela Republik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MM
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini