Relevansi Nilai Pancasila Dengan Generasi Langgas

Relevansi Nilai Pancasila Dengan Generasi Langgas
info gambar utama

Pertanyaan mendasar yang melatarbelakangi judul tulisan ini adalah, “Apakah Pancasila masih relevan dengan generasi muda saat ini?" Pendahulu telah menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Semua orang mengetahui hal ini. Semua mengakui bahwa Pancasila merupakan jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, atau secara singkat identitas dasar bangsa.

Sang proklamator menjadikan Pancasila sebagai dasar negara yang akan menentukan pandangan hidup bersama. Jiwa terdalam bangsa menurut Soekarno sendiri adalah gotong royong. Adanya kerja sama, bahu-membahu, membanting tulang bersama, saling membantu, keringat semua buat kebahagiaan semua.[1] Apakah semangat ini masih ada dalam diri pemuda sekarang? Generasi langgas tentu mempunyai caranya sendiri dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

Margareta Astaman, dalam sebuah webinar tentang Pancasila dan generasi muda mengatakan, "Nilai Pancasila sangat nyambung dengan generasi sekarang (generasi langgas) mereka bahkan memiliki kesadaran komunitas yang tinggi. Generasi langgas serba cepat, dinamis, tidak suka doktrin-doktin, sangat menghargai interaksi, kreatif, melek teknologi dan dekat dengan media sosial. Mereka sangat prihatin dengan isu ekonomi dan komunitas serta mempunyai kepedulian tinggi terhadap hukum dan patriotisme, dibandingkan dengan genersai sebelumnya. Generasi langgas memiliki kesadaran komunitas yang lebih tinggi, mencari ideologi memajukan masyarakat.” [2] Dilihat dari hal ini, generasi muda dan Pancasila tetap relevan.

“Sebagai contoh; seorang pengusaha muda Indonesia (sukses) mendapat kedudukan pertama dan masuk dalam forbes Asia adalah James Prananto. Bersama rekannya, Edwar Tritanata, mendirikan usaha bernama Kopi Kenangan. Mulanya mereka melihat banyaknya orang yang gemar minum kopi, mereka sepakat untuk mendirikan kedai kopi pada tahun 2017. Usaha ini tetap menawarkan produk berkualitas tinggi, dengan harga terjangkau. Pada Desember 2021 lalu Kopi Kenangan mendapat, pendanaan sebesar U$96 atau setara dengan 1,37 triliun.[3] Dari contoh tindakan ini, tampak jelas bahwa kedua pemuda ini peka denagan situasi sosial masyarakat,” jelas Margareta.

Garuda Pancasila
info gambar

Saya setuju dengan pernyataan Margareta Atsman dalam suatu webinar, bahwa nilai Pancasila tetap relevan dari dulu hingga sekarang. “Tidak harus menghafal butir-butir Pancasila, paling penting ialah bagaimana menghidupinya.” (Margareta) Realitas telah ada bahwa banyak kaum muda tidak menghafal seluruh butir-butir Pancasila.

Baca juga: Mengenal Makna Lambang pada Pancasila

Namun, belum tentu mereka mengabaikan nilai-nilainya. Pastinya paling penting bukanlah teori, melainkan praktek. James Prananto adalah orang muda sukses, tetapi apakah dia tahu butir-butir Pancasila? Belum tentu, Bisa ya atau bisa tidak. Namun, yang pasti bahwa ia sudah mengamalkan nilai-nilainya.

Sebab, setiap individu harus punya pilihan dan bisa bertanggunjawab, serta mempunyai tujuan yang akan menjadi tujuan bersama. Semuanya berasal dari pengetahuan dan kesadaran dalam diri kita. Berani meiliki mimpi dan kemauan untuk memberi sesuatu bagi bangsa tercinta. Memang hingga dewasa ini Pancasila berada diantara berguna dan tidak berguna (relevan atau tidak), masihkah diterima sebagai dasar negara?

Antara bernilai atau tidak bernilaipun pula dalam diri pemuda. Akan tetapi, sangat diyakini Pancasila dibutuhkan demi perkembangan Indonesia. Pancasila terbukti telah memainkan peranan sentral sebagai keyakinan bersama dasar negara, ideologi bangsa, dan lebih dari itu adalah substansi pemersatu.[4] Meskipun ada pada zaman yang berbeda nilai, Pancasila selalu berlaku dalam kehidupan pemuda (tetap relevaan dengan generasi langgas). Pemuda sebaiknya belajar mencintai dari dalam, mencintai apa yang dimilikinya, kemampuannya, pengetahuannya, selaras dengan perkembangan zaman dan semakin mengamalkan nilai Pancasila sebagai dasar negara. Sebagai masa depan bangsa, pemuda mengungkapkan tanggungjawabnya dalam bentuk tindakan yang berguna. Sebaiknya pemuda harus sadar akan posisinya dalam kehidupan berbangsa dan negara.

Referensi:

[1] Armada Riyanto dkk; Kearifan Lokal Pancasila; Butir-Butir Filsafat Keindonesiaan (Kanisius: Yogyakarta, 2018), 58-59.

[2] Komisi Kerawam KWI; Revitalisasi Pancasila; Margareta Astaman; Pancasila Sebagai Gaya Hidup Generasi Langgas, 79.

[3] Internet (Kopi Kenangan; James Prananto https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=kopi+kenangan+james+prananto)

[4] Amdreas Doweng Belo, dkk., Pancasila Kekuatan Pembebas, (Kanisius: Yogyakarta, 2015), 50.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini