Anjing Bernyanyi Papua, Anjing Hutan Yang Pernah Punah

Anjing Bernyanyi Papua, Anjing Hutan Yang Pernah Punah
info gambar utama

Indonesia memiliki keanekaragaman fauna yang eksotis dan unik, salah satunya adalah Anjing Bernyanyi asal Papua. Anjing hutan dari anggota famili Canidae ini memiliki nama latin Canis familiaris hallstromi dan sebelumnya dinyatakan punah karena sudah tidak terlihat lagi sejak 1970.

Dikenal dengan nama Anjing Bernyanyi atau New Guinea Singing Dog, anjing ini memiliki habitat yang tersebar di Papua terutama wilayah dataran tinggi di Pegunungan Carstensz, Papua. Berbeda dengan anjing pada umumnya, Anjing Bernyanyi memiliki gonggongan yang khas seperti lolongan sehingga dinamakan Anjing Bernyanyi.

Lalu selain keunikan tadi, apa sajakah keunikan dan fakta menarik tentang Anjing Bernyanyi lainnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut adalah 5 fakta menarik tentang Anjing Bernyanyi Papua, anjing hutan langka asal Papua yang perlu kamu ketahui.

1. Berbadan Kecil

Anjing Bernyanyi Papua atau Canis familiaris hallstromi yang pernah dinyatakan punah memiliki tubuh lebih kecil dibanding jenis anjing hutan lainnya

Anjing Bernyanyi walaupun dikategorikan sebagai anjing hutan, ternyata memiliki ukuran badan yang cenderung lebih kecil dibandingkan dengan anjing hutan biasanya. Tinggi dari anjing jantannya berkisar antara 45 cm dengan panjang tubuh 65 cm, sedangkan untuk anjing betinanya berkisar antara 37 cm dengan panjang tubuh 55 cm.

Para peneliti menyebutkan bahwa meskipun secara genetik Anjing Bernyanyi ini mirip dengan Dingo atau Anjing Liar Australia, namun Anjing Bernyanyi Papua mewakili jenis yang berbeda berdasarkan dari morfologi dan perilakunya.

2. Tersebar di Pulau Papua

Anjing Bernyanyi Papua atau Canis familiaris hallstromi yang pernah dinyatakan punah tersebar di dataran tinggi Papua

Anjing Bernyanyi merupakan hewan endemik dari Pulau Papua dan dapat ditemui pada dataran tinggi hingga ketinggian 4.000 mdpl, salah satu habitatnya adalah Pegunungan Carstensz dan Puncak Jayawijaya yang merupakan kawasan pegunungan tertinggi di Indonesia.

Tetapi sejak 1970, para pakar biologi dunia menyatakan bahwa spesies Anjing Bernyanyi Papua telah punah di habitat aslinya dikarena spesiesnya sudah tidak ditemukan lagi di Pegunungan Carstensz.

3. Lolongan yang Merdu

Anjing Bernyanyi Papua atau Canis familiaris hallstromi yang pernah dinyatakan punah memiliki lolongan yang unik dan merdu dibanding jenis anjing lainnya

Sesuai dengan namanya, anjing ini mengeluarkan suara merdu seperti orang yang sedang bernyanyi. Hal inilah yang membuat Anjing Bernyanyi Papua sangat berbeda daripada anjing hutan pada umumnya.

Nyanyian tersebut dijadikan sebagai bentuk komunikasi antar individu saat sedang berkumpul. Dan Anjing Bernyanyi Papua hidup dalam kawanan kecil dengan jumlah sekitar 2 sampai 3 ekor dalam satu kelompoknya.

Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anang Setiawan Achmadi, nyanyian anjing tesebut merupakan lolongan yang panjang menyerupai serigala namun lebih lembut dan berirama dari melodi rendah hingga tinggi.

Uniknya nyanyian tersebut sering muncul disaat bulan purnama dan mengikuti arah naiknya bulan sampai akhirnya nyanyian tersebut bergeser ke barat bersamaan dengan pergeseran arah bulan.

Baca juga: Ajak, Anjing Hutan Asal Indonesia Yang Terancam Punah

4. Hewan Sakral Suku-Suku Papua

Suku Moni Papua menganggap sakral Anjing Bernyanyi Papua atau Canis familiaris hallstromi

Anjing Bernyanyi ini dianggap sakral untuk masyarakat suku-suku yang tersebar di wilayah dataran tinggi Papua salah satunya Suku Moni. Mereka menganggap bahwa anjing ini merupakan bagian dari leluhur mereka. Selain itu, karena hidup di dataran tinggi Carstensz Pyramid, puncak tertinggi Jayawijaya, Anjing Bernyanyi Papua disebut sebagai pelindung atau penjaga kawasan tersebut.

Anjing hutan satu ini juga dipercaya sebagai nenek moyangnya anjing liar di Indonesia, karena beberapa catatan dan bukti fosil anjing ini sudah ditemukan sejak 6.000 tahun yang lalu. Studi juga menyebutkan bawa Anjing Bernyanyi Papua dibawa oleh Ras Papua Melanesia yang merupakan ras yang tertua di tanah Nusantara saat bermigrasi ke pulau Papua.

5. Pernah Dianggap Punah

Anjing Bernyanyi Papua atau Canis familiaris hallstromi yang pernah dinyatakan punah ditemukan kembali oleh ekspedisi dari Universitas Cendrawasih pada 2016

Walaupun sejak 1970 dianggap punah, pada tahun 2016 pada sebuah ekspedisi yang dipimpin oleh lembaga New Guinea Highland Wild Dog Foundation (NGHWDF) dan Universitas Cendrawasih Papua melaporkan bahwa terdapat temuan 15 anjing liar di dataran tinggi pada sebelah barat Pulau New Guinea tepatnya di dekat tambang terbuka Grasberg.

Hingga pada 2018 saat NGHWDF bersama Universitas Cendrawasih Papua melangsungkan riset di Puncak Jaya, Distrik Tembagapura di Kabupaten Mimika, menemukan 18 Anjing Bernyanyi dengan 10 diantaranya merupakan Anjing Bernyanyi yang baru diteliti sedangkan 8 dari mereka merupakan anjing yang sudah teramati sejak penelitian sebelumnya pada tahun 2016.

Tetapi interaksi yang minim terhadap manusia membuat jumlah populasi Anjing Bernyanyi Papua ini sulit dipastikan. Keberadaanya pun cukup terancam dengan adanya konflik bersenjata di Intan Jaya yang dilakukan oleh kelompok kekerasan bersenjata (KKB) yang dikhawatirkan dapat melukai tubuh anjing hutan ini. Apalagi anjing ini tak terbiasa dengan kebisingan karena selalu berada di rimba dataran tinggi yang sunyi dan jarang dijamah manusia.

Tetapi kabar baiknya, pada tahun 2020 Anjing Bernyanyi Papua dikabarkan terlihat kembali dan diabadikan oleh salah satu karyawan PT. Freeport Indonesia yang bertugas Tambang Grasberg, Kabupaten Mimika, Papua Tengah dan diunggah melalui akun media sosial Twitter miliknya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Phyar Saiputra lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Phyar Saiputra.

Terima kasih telah membaca sampai di sini