Cacing Beludru, Cacing Predator Purba Penghuni Hutan Hujan Kalimantan

Cacing Beludru, Cacing Predator Purba Penghuni Hutan Hujan Kalimantan
info gambar utama

Indonesia sebagai negara dengan hutan hujan tropis terbesar dunia, tentunya memiliki keanekaragaman fauna yang eksotis dan unik, salah satunya adalah Cacing Beludru atau Onychophora yang termasuk dalam filum Ecdysozoa. Cacing yang memiliki memiliki kekerabatan dekat dengan Tardigrada dan Artropoda ini memiliki nama yang dalam bahasa latin dengan arti "Pembawa Cakar".

Hal tersebut dikarenakan jenis cacing ini memiliki tubuh yang berambut halus nan lebat seperti beludru dan berkaki banyak yang berada di sepanjang tubuhnya. Cacing Beludru juga merupakan salah satu cacing predator dengan tampilan tubuhnya yang berwarna merah atau coklat cerah.

Lalu selain keunikan tadi, apa sajakah keunikan dan fakta menarik tentang Cacing Beludru lainnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut adalah 5 fakta menarik tentang Cacing Beludru, cacing predator langka asal Indonesia yang perlu kamu ketahui.

1. Bertubuh Lunak dan Lentur

Cacing Beludru memiliki rambut halus di permukaan tubuhnya dan berkaki banyak dibawah tubuhnya

Cacing Beludru memiliki tubuh yang lunak dan lentur sehingga hewan ini dapat dengan mudahnya masuk dan meliuk-liuk kedalam celah yang sempit. Cacing ini tergolong sebagai organisme bersegmentasi dan memiliki kulit berambut halus, mata kecil, antena, beberapa pasang kaki mirip tonjolan, dan kelenjar lendir pada kepalanya. Penampilan cacing ini sering kali juga dibandingkan dengan cacing berkaki, ulat, atau siput.

Keunikan pada Cacing Beludru adalah adanya pembuluh yang berisi cairan bening di sekujur bagian dalam tubuhnya, yang digunakan sebagai pembuluh darah dan pengganti rangka pada tubuhnya.

Dan pada saat cacing ini menggerakkan tubuhnya pembuluh tersebut akan memadat karena terisi dengan cairan sehingga otot-otot pada Cacing Beludru memanfaatkan pembuluh ini juga sebagai tumpuan ketika bergerak. Lalu cacing ini juga bernapas dengan menggunakan trakea yang terhubung dengan spirakel seperti serangga pada umumnya.

2. Si Cacing Predator

Cacing Beludru atau Onychopora, cacing predator asal hutan hujan Kalimantan yang sudah ada sejak 500 juta tahun yang menyemprotkan lendir atau mukus untuk menangkap mangsa

Cacing ini menggunakan sensori dengan memanfaatkan rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya untuk mendeteksi lingkungan dan mangsanya. Selain itu Cacing ini juga memiliki antena yang memiliki kepekaan terhadap bau-bauan dan aliran udara.

Dan saat Cacing Beludru akan memangsa buruannya, cacing ini akan menyemprotkan cairan lengket sejenis lendir atau mukus yang sangat lengket untuk menjerat mangsa yang berasal dari organ yang menyerupai selang pada bagian kepalanya. Semprotan dari cairan ini dapat menjangkau mangsanya hingga jarak 20 cm dan memangsa hewan kecil seperti berbagai macam serangga, cacing, siput, hingga laba-laba.

Cacing Beludru juga dikenal sebagai hewan nokturnal. Mereka akan bersembunyi pada siang dan beraktivitas pada malam hari untuk menghindari diri dari predator alaminya dan suhu lingkungan yang lebih rendah.

3. Cara Reproduksi yang Bervarian

Cacing Beludru atau Onychopora, cacing predator asal hutan hujan Kalimantan yang sudah ada sejak 500 juta tahun lalu memiliki keunikan pada cara bereproduksinya

Cacing Beludru dapat melakukan metode reproduksi yang cukup unik, karena dapat bereproduksi dengan cara bertelur, melahirkan, sampai kombinasi keduanya. Namun, untuk sebagian besar spesies Cacing Beludru berkembang biak dengan cara melahirkan, dengan masa kehamilan bisa mencapai 15 bulan. Diketahui pula, Cacing Beludru betina akan mulai melakukan reproduksi pada usia 17 bulan.

Pada beberapa jenis Cacing Beludru terdapat keunikan cara berkembang biaknya masing-masing seperti Cacing Beludru jantan di Australia memiliki kemampuan untuk menampung sperma di kepalanya sebelum disalurkan ke kelamin betinanya, lalu di negara Cina, Cacing Beludru jantan akan mengolesi tubuh betina dengan cairan sperma yang akan diserap oleh betina melalui kulitnya.

Baca juga fauna unik asal Indonesia lainnya: Anjing Bernyanyi Papua, Anjing Hutan Yang Pernah Punah

4. Menyukai Tempat Lembap

Cacing Beludru atau Onychopora, cacing predator asal hutan hujan Kalimantan yang sudah ada sejak 500 juta tahun lalu menyukai tempat lembap dan nokturnal

Cacing Beludru merupakan hewan yang dikenal sebagai hewan soliter, mereka menghabiskan waktunya untuk bersembunyi di kegelapan dan lembap. Cacing ini memiliki habitat di dalam tanah, di bawah batu, dan kayu yang membusuk. Hewan ini juga lebih menyukai untuk beraktivitas di malam hari terutama saat cuaca sedang hujan.

Cacing Beludru tersebar di semua habitat tropis dan subtropis. Spesies ini ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan, pulau-pulau Karibia, Afrika Barat dan Afrika Selatan, timur laut India, Thailand, dan hutan hujan Kalimantan, Indonesia.

5. Cacing Purba dengan Hierarki yang Kuat

Fosil Cacing Beludru atau Onychopora, cacing predator asal hutan hujan Kalimantan yang sudah ada sejak 500 juta tahun lalu

Cacing Beludru diketahui dapat hidup bersama 15 ekor lainnya didalam satu kelompok. Mereka dipimpin oleh Cacing Beludru betina dan melakukan perburuan bersama-sama. Uniknya, si Cacing Beludru betina ini akan memakan mangsanya untuk pertama kali kemudian diikuti oleh betina lain sampai akhirnya disusul oleh cacing jantan dan cacing muda.

Fakta lainnya adalah Cacing Beludru ini sudah ada dan melata di hutan hujan Kalimantan sejak periode Kambrium atau sejak 500 juta tahun yang lalu lho.

Nah itulah fakta-fakta menarik mengenai Cacing Beludru, cacing predator asal hutan hujan Kalimantan. Semoga fauna unik satu ini tetap terlestarikan keberadaannya ya!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Phyar Saiputra lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Phyar Saiputra.

Terima kasih telah membaca sampai di sini