Peradaban Para Leluhur untuk Menghadapi Alam di Candi Ratu Boko

Peradaban Para Leluhur untuk Menghadapi Alam di Candi Ratu Boko
info gambar utama

Candi Ratu Boko, di Kabupaten Sleman, Yogyakarta memiliki banyak karakteristik dan keistimewaan yang sulit dicari tandingannya. Karena masyarakat sekitar Candi Ratu Boko di masa lampau sudah memiliki pengetahuan untuk menghadapi lingkungan.

Keberadaan produk-produk budaya bendawi purba yang ditemukan di Candi Ratu Boko menunjukkan telah terjadi interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya. Apalagi lingkungan tempat Candi Ratu Boko berada kurang ideal untuk ditempati.

Ngabuburit di Kawasan Candi Prambanan, Borobudur, dan Ratu Boko

Tri Worosetyaningsih dalam Candi Ratu Boko menyebut lingkungan tersebut merupakan bagian dari pegunungan selatan yang berupa perbukitan kering dan tandus dengan tanah kapur. Karena itu tidak semua faktor pendukung kehidupan dapat diperoleh.

“Tanaman pangan tidak dapat tumbuh dengan baik, hanya tanaman yang tidak membutuhkan air yang dapat tumbuh,” ucapnya.

Teknologi air

Kondisi Candi Ratu Boko berupa pegunungan yang tandus membuat permasalahan air jadi sangat pokok. Tidak seperti dataran rendah yang mengandung potensi air alam tanah yang cukup dan mudah diperoleh.

Disebutkan oleh Tri, ditemukan kolam-kolam kuno yang berisi air di Candi Ratu Boko, bukanlah berasal dari air hujan. Air hujan merupakan sumber air yang paling pokok untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Kolam-kolam tersebut digali dan dibuat dari batuan induk yang dipahat sedemikian rupa sehingga dapat menampung air hujan dalam jangka waktu yang lama,” ucapnya.

Dikatakannya. lapisan batuan sedimen yang tersementasi memiliki sifat tidak mudah menyerap dan meloloskan air. Hal ini telah disadari oleh masyarakat dulu. Bahkan, kondisi tersebut didayagunakan dengan cermat dan mengagumkan.

 View this post on Instagram 

A post shared by Cerita dan Ceritera Masa Lampau (@lampaubercerita)

 ">Bulan Juni, Wisata Candi Kembali Dibuka dengan Menerapkan Protokol Covid-19

“Kolam-kolam dengan bangunan di sekitarnya tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Akan tetapi, juga untuk kebutuhan yang bersifat sakral yang ditujukan untuk pelaksanaan ritual keagamaan,” paparnya.

Saluran-saluran ini memiliki beberapa tujuan untuk menampung dan mengalirkan air hujan ke tempat-tempat yang dikehendaki, untuk mengurangi erosi tanah, serta untuk menjaga tanah agar kondisinya baik.

Tanah di Candi Ratu Boko memiliki tingkat kedalaman efektif yang rendah. Fenomena ini diperparah dengan tingkat kedalaman efektif tanah yang rendah. Akibat semakin luas lapisan batuan induk yang tersingkap.

“Oleh sebab itu, dibangun saluran-saluran yang dapat digunakan untuk mengendalikan air hujan,” jelasnya.

Pembangunan talud

Disebutkan oleh Tri, relief Candi Boko yang terdiri dari lereng-lereng dengan sudut kemiringan yang bervariatif membuatnya landai hingga curam. Tetapi masyarakat di sana telah memiliki strategi dan adaptasi yang ada.

Hal ini terbukti dengan adanya talud, bekas penambangan tanah, dan sisa-sisa pemangkasan lapisan batuan induk. Dengan kondisi lahan yang tidak rata, jelas Tri keberadaan Talud merupakan fenomena yang khas.

Dilanjutkannya bahwa talud yang ada selain berperan sebagai pengelolaan air, juga dijadikan sarana pokok dalam membentuk lahan. Selain itu, untuk menjaga agar kondisi lahan yang telah terbentuk.

6 Obyek Wisata Budaya Jogja yang Wajib Dikunjungi

Sementara itu dalam mengolah lahan yang tidak rata agar dapat digunakan, masyarakat menggunakan sistem urug. Tanah urug ini dapat diperoleh dari bagian Candi Ratu Boko yang sekarang masih ada jejak penambangannya.

Hal yang menarik lainnya adalah singkapan-singkapan batu dasar di hampir seluruh penjuru candi. Bila diamati, hal ini merupakan kesulitan tersendiri dalam memanfaatkan, menata, dan mengolah lahan yang sedemikian rupa.

Bahan yang digunakan dalam membuat bangunan-bangunan di Candi Ratu Boko berupa batuan andesit dan batu putih (tufa). Penggunaan batu putih disebabkan lingkungan geografis yang terkandung di dalamnya sampai saat ini.

“Dengan melihat kondisi yang ada sekarang menunjukkan adanya strategi yang cermat untuk mengubah faktor-faktor lingkungan yang keras menjadi faktor pendukung dalam memenuhi kebutuhan dan kenyamanan hidup masyarakat pada masa lampau,” tulisnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini